Analisis Perubahan Luasan dan Sebaran Jenis Tutupan Lahan.

30 3.3.1 Analisis Hubungan Perubahan Luas RTH dan Distribusi Suhu, Hubungan Jumlah Penduduk dan Penggunaan Listrik, serta Peran dan Kebutuhan RTH di Kota Palu. a. Metode Pengumpulan Data Pengukuran Suhu dan kelembaban udara di sembilan titik pengambilan sampling. Pengukuran dilakukan secara serentak, pada pukul 10.00 WITA dan masing-masing titik dilakukan pengukuran ulangan sebanyak 6 kali. Selain melakukan pengamatan langsung, dilakukan juga proses pengumpulan data citra dengan cara mengunduh di website USGS melalui BIOTROP , analisis citra time series 1997-2010. Jenis penutupan lahan dan lokasi pengambilan contoh sampling disajikan dalam Tabel 5 dan Gambar 7. b. Metode Analisis Data Analisis perubahan penutupan lahan dilakukan dengan kegiatan pengolahan citra Landsat TM dan ETM menggunakan perangkat lunak ERDAS Imagine. Pengolahan citra Landsat TM dan ETM meliputi layer stack, koreksi geometrik, pemotongan citra, klasifikasi penutupan lahan, uji akurasi untuk hasil klasifikasi penutupan lahan. Untuk analisis distribusi suhu tidak dilakukan karena citra lansat yang ada rusak sehingga analisis suhu tidak valid untuk itu digunakan data BMKG series thn 1997-2010. Langkah-langkah dalam melakukan interpretasi citra dilakukan berdasarkan langkah-langkah berikut: b.1. Koreksi Geometrik Citra Landsat Data citra yang telah di layerstack kemudian dikoreksi berdasarkan koordinat geografisnya yang disebut dengan koreksi geometrik. Proses koreksi geometrik dilakukan dengan dua cara yaitu koreksi citra ke peta acuan atau koreksi citra ke citra acuan yang telah terkoreksi Jaya, 1997 dalam Haris, 2006. Pada penelitian kali ini koordinat yang digunakan adalah Universal Transverse Mercator UTM dan sebagai acuan adalah citra series tahun 1997-2010 yang telah terkoreksi. Penggunaan koordinat UTM dimaksudkan untuk mempermudah proses analisis. Adapun langkah-langkah pengkoreksian citra adalah sebagai berikut: o Koreksi geometrik citra menggunakan titik ikat medan GCP pada citra Landsat yang akan dikoreksi dengan peta atau citra acuan. Pada penelitian ini yang digunakan adalah citra tahun series 1997-2010 yang telah terkoreksi proses georeferensi dari citra ke citra. Dari citra yang akan dikoreksi diambil koordinat filenya, dan citra acuan diambil koordinat lintang dan bujur pada lokasi yang sama. o Pencarian harga error dari titik kontrol agar dapat diketahui tingkat kesalahan pengolahan, dengan harga error maksimum 0,1. o Jika error mendekati 0,5 maka dapat dilakukan koreksi dengan interpolasi nearest neighbours. b.2 Pemotongan Citra Cropping Pemotongan citra dilakukan sesuai dengan daerah penelitian. Pada penelitian ini citra yang telah terkoreksi dipotong dengan peta Batas Administratif Kota Palu yang diperoleh dari BAPPEDA Kota Palu. b.3. Klasifikasi Penutupan Lahan Klasifikasi yang digunakan pada penelitian ini adalah klasifikasi terbimbing yang menggunakan training sample. Klasifikasi dilakukan dengan menggunakan Band 5, 4, dan 2. Adapun langkah yang dilakukan adalah: o Pengambilan Sampel Sebelum dilakukan proses klasifikasi peta diambil daerah latihan training sample areas dengan menggunakan peta rupa bumi sebagai acuan. Pengambilan sampel berdasarkan pada kenampakan warna yang terdapat pada citra atau pengamatan visual. Sampel dibagi dalam kelas lahan bervegetasi pohon, ladang, sawah, semak dan rumput, lahan terbangun, lahan terbuka dan badan air. o Proses Klasifikasi Klasifikasi dilakukan terhadap hasil sampling dengan menggunakan metode pengkelas kemiripan maksimum maximum like hood classification. Metode klasifikasi pengkelas kemiripan maksimum yaitu metode mempertimbangkan kemiripan spektral dengan spektral maksimum suatu objek yang dominan akan dimasukkan menjadi satu kelas dan jika nilai spektralnya jauh dari maksimum akan dimasukkan ke dalam kelas lain. Pada proses klasifikasi ini akan diperoleh citra kelas penutupan lahan dan presentase penutupan lahan dari masing-masing kelas. o Uji Akurasi Proses uji akurasi hanya dilakukan pada pengolahan penutupan lahan. Kegiatan uji akurasi digunakan untuk menilai seberapa besar kesesuaian antara hasil klasifikasi dengan kondisi tutupan lahan di lapangan. Tabel 5. Lokasi pengambilan sampel iklim mikro Lokasi Waktu Jenis Penutupan Lahan Posisi Geografis Elevasi Dpl m LS BT 1 Ngata Baru 10.00 Hutan Rakyat 00° 55 16,5 119° 57 16,5 317 2 Palupi 10.00 Permukiman 00° 55 39,6 119° 51 43,6 70 3 Bayoge 10.51 Kebun Campuran 00° 55 00,1 119° 57 17,0 49 4 Hasanudin Pertokoan 10.40 Pertokoan 00° 53 55,5 119° 52 21,3 38 5 Hasanudin Taman Kota 10.37 Taman Kota 00° 53 47,2 119° 52 06 37 6 Jl. Sudirman 10.33 Jalan Raya 00° 53 36,9 119° 52 11,3 28 7 S.T.Q 10.05 Hamparan Tumbuhan 00° 52 07,9 119° 53 16,5 90 8 Tondo 10.13 Industri 00° 49 12,5 119° 52 55,6 22 9 Taman Ria 10.27 Tepi Pantai 00° 53 05,1 119° 57 24,2 22 34

3.3.3 Membangun Model Hutan Kota di Kota Palu

Sistem dinamik digunakan untuk mensimulasikan perilaku interaksi antar sistem yang menentukan tingkat keberlanjutan kota-kota yang ada yang ditentukan oleh variabel biofisik sosial ekonomi dan lingkungan. Metode ini digunakan untuk menganalisis kompleksitas permasalahan pembangunan infrastruktur terpadu melibatkan banyak pihak stakeholders dan komponen- komponen dalam sistem tersebut sangat kompleks meliputi aspek lingkungan, ekonomi, sosial-budaya, teknologi, hukum dan kelembagaan. Pendekatan sistem didefinisikan sebagai suatu metodologi penyelesaian masalah yang dimulai dengan cara tentatif mendefinisikan atau merumuskan tujuan dan hasilnya adalah suatu sistem secara operasi yang secara efektif dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan. Menurut Eriyatno 2003, permasalahan tersebut dapat dalam bentuk perbedaan kepentingan conflict of interest atau keterbatasan sumberdaya limited of resource. Pendekatan sistem memberikan penyelesaian masalah dengan metode dan alat yang mampu mengidentifikasi, menganalisis, mensimulasi dan mendesain sistem dengan komponen-komponen yang saling terkait, yang diformulasikan secara lintas disiplin dan komplementer untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan metode pendekatan sistem diperlukan beberapa tahapan secara sistematis dan terintegrasi, secara diagramatik disajikan pada Gambar 8. Lebih lanjut Eriyatno 2003 menjelaskan, prosedur analisis sistem meliputi beberapa tahapan diantaranya analisis kebutuhan, formulasi permasalahan, identifikasi sistem, pemodelan sistem, verifikasi model dan implementasi. a. Analisis Kebutuhan Pada tahap ini dinyatakan kebutuhan-kebutuhan yang ada, meliputi stakeholders yang terdiri dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Daerah KotaKabupaten, Pengusaha, Masyarakat Pelaku Ekonomi Lokal, LSM, Masyarakat Perkotaan dan Lembaga KeuanganBadanNegara Donor. Kemudian dideskripsikan daftar kebutuhannya. Analisis kebutuhan dilakukan terhadap semua pelaku yang terlibat dalam sistem tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengetahui gambaran awal terhadap perilaku sistem yang akan terjadi. Gambar 8. Tahapan pendekatan sistem dalam penelitian b. Formulasi Masalah Terjadinya konflik kepentingan antara para pemangku kebijakan, merupakan masalah yang membutuhkan solusi agar sistem dapat bekerja secara konstruktif dalam rangka mencapai tujuan dengan mengetahui permasalahan-permasalahan yang ada dari masing-masing pemangku kebijakan dengan adanya pengaruh dari pemangku kebijakan yang lain. Kota Palu sebagai Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah, secara geografis terletak diantara 0,36 -0’,560” LS dan 119,45 -121’,10” BT, merupakan kota tropis yang memiliki bentang alam dengan kondisi biofisik dan panorama alam yang khas, membentang pada bagian Utara Lembah Palu dan Pesisir Teluk Palu. Mulai Analisis Kebutuhan Formulasi Permasalahan Identifikasi Sistem A A Pemodelan Sistem Implementasi Selesai Memuaska Memuaskan B Letak geografis dan kondisi lansekap yang sedemikian ini menyebabkan Kota Palu sebagai daerah bayang-bayang hujan dengan curah hujan terendah di Indonesia. Di sisi lain, adanya kawasan terbuka berupa lahan kering yang ada pada sebagian pesisir teluk juga telah berkontribusi menghasilkan emisi radiasi permukaan yang secara simultan dengan pergerakan udara dari permukaan air laut di Teluk Palu berperan menghasilkan suhu udara yang tinggi utamanya di kawasan perkotaan pada siang hari. Hal ini akan ditambah dengan permasalahan trend percepatan pertumbuhan penduduk perkotaan, peningkatan mobilisasi penduduk dan pembangunan industri yang tentunya akan berimbas pula terhadap kenaikan suhu udara di perkotaan Kondisi Kota Palu telah mengalami tekanan dan ancaman yang disebabkan oleh aktivitas industri dan kendaraan bermotor serta aktivitas manusia yang menyebabkan terjadinya penurunan fungsi ekologis terutama iklim mikro sebagai penyeimbang dan penyerap polusi. c. Identifikasi Sistem Parameter rancang sistem adalah parameter-parameter yang mempengaruhi input sampai menjadi transformasi output. Tiap-tiap sistem memiliki parameter rancangan tersendiri, yang dapat berupa lokasi fisik, ukuran dari sistem dan komponennya, ukuran fisik dari sistem, serta jumlah dan tipe komponen dari sistem. Parameter rancang sistem cenderung konstan karena hal ini tidak dapat diubah tanpa penggantian sumberdaya. Dalam beberapa hal mungkin diharapkan untuk mengubahnya selama sistem berjalan untuk memperbaiki kemampuan sistem agar tetap berjalan baik apabila ada perubahan kondisi lingkungan. Pembangunan perkotaan akan menyebabkan penurunan fungsi ekologis terutama dari fungsi RTH. Pembangunan perkotaan akan menambah ruang kawasan terbangun baik berasal dari kawasan hunian maupun non kawasan hunian sehingga akan menyebabkan pengurangan luas ruang terbuka hijau selanjutnya akan menyebabkan perubahan iklim mikro. Secara garis besar Causal Loop Diagram tersaji pada Gambar 9 . Diagram Blackbox disajikan pada Gambar 10.