Skenario Optimis Penyusunan Skenario Model Hutan Kota untuk Ameliorasi Iklim Mikro
planning yang turut melibatkan masyarakat dalam setiap pembangunan termasuk dalam pengembangan hutan Kota Palu.
Pada level tujuan kebijakan pembangunan hutan kota di Kota Palu diperoleh kelestarian lingkungan merupakan prioritas utama dengan bobot sebesar
0,3 Gambar 46. Tujuan kebutuhan masyarakat dan ameliorasi iklim mikro menunjukkan bobot yang sama besar sehingga dapat diungkapkan memiliki peran
yang sama dalam pelaksanaan kebijakan pembangunan hutan kota. Sedang ketersediaan ruang terbuka memiliki bobot terkecil sebesar 0,21.
Gambar 46. Nilai bobot pada level tujuan
Tujuan kelestarian lingkungan dalam pengembangan hutan Kota Palu terkait dengan ameliorasi iklim. Hutan kota yang telah dibuktikan dapat
menurunkan suhu kota dan akan memperbaiki ekosistem kota. Dalam Undang Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup diuraikan bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran danatau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,
pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. Olehnya itu, dalam pengembangan hutan Kota Palu perlunya dibuat kebijakan yang merupakan hasil
upaya sistematis dan terpadu.
Ameliorasi iklim merupakan tujuan kedua dalam pengembangan hutan Kota Palu. Iklim Kota Palu yang terbukti semakin panas dapat direduksi dengan
perluasan hutan kota. Dengan upaya tersebu, maka Kota Palu akan menjadi lebih nyaman bagi kehidupan manusia dan tentunya akan mendukung pertumbuhan
ekonomi kota. Hal ini juga menunjukkan bahwa pengembangan hutan kota di Kota Palu merupakan kebutuhan masyarakat.
Hasil analisis pada level alternatif memberikan distribusi bobot Gambar 47. Tampak bahwa alternatif utama dalam pengembangan hutan kota di Kota
Palu adalah penyempurnaan peraturan dan penyediaan ruang terbuka hijau dan tanaman. Kedua alternatif ini memiliki bobot sebesar 0,4. Kedua alternatif utama
menunjukkan bahwa dalam menerapkan kebijakan pengembangan hutan kota diperlukan adanya kegiatan penyediaan lahan untuk hutan kota dan
penyempurnaan regulasi.
Gambar 47. Nilai bobot pada level alternatif
Penyediaan lahan untuk hutan kota hendaknya dilakukan dengan memperhatikan penyebaran ruang terbuka hijau. Kawasan padat penduduk
merupakan kawasan prioritas yang sering mengabaikan kebutuhan ruang terbuka hijau. Selanjutnya penyediaan bibit tanaman yang sesuai dengan karakteristik
biofisik juga merupakan kegiatan awal dalam kebijakan pengembangan ruang terbuka hijau. Penyempurnaan peraturan diawali dengan pembuatan draft RTRW
yang selanjuntya ditetapkan oleh lembaga legislatif sebagai peraturan daerah. Selanjutnya kebijakan tersebut hendaknya didukung dengan implementasi yang
dapat dicapai dengan adanya institusi pemerintah sebagai pengelola dan pelibatan masyarakat.
Undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, pasal 29 ayat 2 mengatur bahwa proporsi Ruang Terbuka Hijau RTH pada wilayah kota
paling sedikit 30 dari luas wilayah kota. Batasan 30 memberi harapan yang lebih besar bagi upaya memperoleh ameliorasi iklim mikro perkotaan.
Berdasarkan Konferensi Tingkat Tinggi KTT Bumi di Rio de Janero, Brazil 1992 dan dipertegas lagi pada KTT Johanessburg, Afrika Selatan 10 tahun
kemudian 2002, Rio + 10, telah disepakati bersama bahwa sebuah kota memliki luas RTH ideal minimal 30 dari total luas kota. Penggunaan lahan di Kota Palu
pada umumnya terbagi atas enam jenis yaitu pemukiman, lahan basah, hutan produksi terbatas, hutan lindung, suaka alam dan sarana prasarana. Ruang
Terbuka Hijau Kota Palu 2010 masih tersedia 78. Kuantitas yang masih di atas batas limit sebuah RTH Kota masih terpenuhi tetapi belum mampu menurunkan
suhu kota. Sebuah RTH tidak hanya terpenuhi dari luasan kuantitas tetapi harus diikuti oleh kualitas bentuk dan struktur yang tepat. Bentuk dan Struktur Hutan
Kota mampu menurunkan suhu antara 2 - 5°C. Potensi luasan RTH dan angin yang tinggi diharapkan dapat menurunkan suhu kota. Diperlukan penataan RTH
Pemukiman, Jalan Raya, Perindustrian dengan penataan bentuk dan struktur yang tepat.