a
ij
= Elemen matrik pendapat individu pada baris ke-i dan kolom ke- j untuk matriks pendapat individu dengan Rasio Konsistensi
CR yang memenuhi persyaratan ke-k. ij
= 1, 2, …..…………. n k
= 1, 2, …………….. m m
= Jumlah matriks pendapat individu dengan CR memenuhi persyaratan
8. Pengolahan horizontal
Pengolahan horizontal digunakan untuk menyusun prioritas elemen- elemen keputusan pada tingkat hirarki keputusan. Tahapan perhitungan
yang dilakukan pada pengolahan horizontal ditunjukkan pada persamaan- persamaan berikut:
Perkalian baris Z
i
dengan rumus:
m m
1 k
i
k ij
a Z
∏
=
=
Perhitungan vektor prioritas atau vektor eigen VP
i
dengan rumus:
∑ ∏
∏
= =
= =
n 1
i n
m 1
k ijk
n m
1 k
ijk i
a
a VP
Perhitungan nilai eigen maksimum
λ
mak
dengan rumus: VP
ij a
VA ×
=
, dengan
i va
VA =
i VP
VA VB
=
, dengan
i
vb =
VB
∑
=
= λ
n 1
i i
max
vb n
1
, untuk i = 1, 2, 3, …. n
Perhitungan indeks konsistensi CI dengan rumus:
1 n
CI
max
− λ
=
− n
Perhitungan rasio konsistensi CR dengan rumus:
RI CI
CR =
Dengan RI : Indeks Acak Random Index Nilai Indeks Acak RI bervariasi sesuai dengan orde matriksnya. Untuk
lebih jelasnya, indeks acak untuk orde tertentu dapat dilihat dihalaman berikutnya.
Orde n 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 RI
0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49
Nilai rasio konsistensi CR yang lebih kecil atau sama dengan 0.1 merupakan nilai yang mempunyai tingkat konsistensi baik dan dapat
dipertanggung jawabkan. Dengan demikian nilai CR merupakan tolok ukur bagi konsistensi hasil komparasi berpasangan dalam suatu matrik
pendapat. 9.
Pengolahan Vertikal Pengolahan vertikal digunakan untuk menyusun prioritas pengaruh setiap
elemen pada tingkat hirarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama ultimate goal. Jika didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh elemen
ke-j pada tingkat ke-i terhadap sasaran utama, maka:
∑
= −
× −
=
s 1
t 1
i t
1 i
ijt ij
VW CH
CV
Untuk : i = 1, 2, 3, ……………. p
j = 1, 2, 3, ……………. r t = 1, 2, 3, ……………. s
Keterangan :
∑
= −
s t
i ijt
CH
1 1
= Nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada tingkat ke-i terhadap elemen ke-t pada tingkat di atasnya i –1, yang
diperoleh dari hasil pengolahan horizontal.
1 −
i t
VW =
Nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat ke-i-1 terhadap sasaran utama, yang diperoleh dari hasil
pengolahan vertikal. p
= Jumlah tingkat hirarki keputusan r
= Jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-i s
= Jumlah elemen yang ada pada tingkat ke- i - 1. Jika di dalam hirarki keputusan terdapat dua faktor yang tidak
berhubungan, maka nilai prioritas sama dengan nol. Vektor prioritas untuk tingkat ke-i CV didefinisikan sebagai berikut:
ij i
CV CV
=
, untuk j = 1, 2, 3, ………. s
Menurut Saaty 1980, teknik komparasi berpasangan yang digunakan dalam AHP dilakukan dengan wawancara langsung terhadap responden.
Responden bisa seorang ahli atau bukan, tetapi terlibat dan mengenal baik permasalahan tersebut. Jika responden merupakan kelompok, maka
seluruh anggota diusahakan memberikan pendapat judgement Gambar 11.
Gambar 11. Struktur analisis hirarki proses pengembangan model hutan kota untuk ameliorasi iklim mikro
Pemodelan Hutan Kota Untuk Ameliorasi Iklim Mikro
Kebutuhan Permukiman
Pemerintah 0.33
LSM 0.10
Masyarakat 0.24
Kelestarian Lingkungan
Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau
Kebutuhan Masyarakat Kota Palu
Ketersediaan Lahan
Kebijakan Insentif dan disinsentif
Perguruan tinggi
Swasta 0.12
Penyempurnaan Peraturan Pengembangan dan
Pembangunan Hutan Kota
Kebijakan Tata Ruang
Desain Hutan Kota
Fokus
Faktor
Aktor
Tujuan
Alternatif
Ameliorasi Iklim Mikro 0.24
Penyediaan Areal Ruang Terbuka Hijau dan Jenis
Tanaman Terpilih
IV ANALISIS SITUASIONAL
4.1. Gambaran Umum Kota Palu
Kota Palu secara geografis berada di tengah wilayah Kabupaten Donggala. Tepatnya sepanjang bibir pantai Teluk Palu atau memanjang dari timur ke barat,
terletak di sebelah selatan garis katulistiwa pada koordinat 119 52’ 21,3” – 120
57’ 24,2” Bujur Timur dan 0 35
’
13” – 0 53’ 24” Lintang Selatan. Batas
administratif Kota Palu: Sebelah Utara
: Teluk Palu dan Kabupaten Donggala Sebelah Timur
: Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong Sebelah Selatan
: Kabupaten Sigi Sebelah Barat
: Kabupaten Donggala Luas wilayah Kota Palu sebesar 39.506 ha terdiri dari dataran rendah,
dataran bergelombang dan dataran tinggi. Secara geografis dataran Kota Palu terbentuk karena adanya proses pengangkatan graben. Proses graben ada yang
membuat beberapa permukaan tanah terangkat cukup tinggi membentuk bukit sampai pegunungan seperti yang terlihat di sepanjang pantai Teluk Palu bagian
barat. Wilayah Kota Palu dicirikan oleh bentuk utama berupa lembah graben
dimana pusat Kota terletak di bagian tengah dari lembah tersebut. Orientasi lembah ini mengikuti arah utama jalur pegunungan di kedua sisinya, yaitu
berarah relatif utara-selatan. Secara geologis, orientasi fisiografi ini berhubungan dengan proses struktur yang terjadi serta jenis batuan yang menyusun Kota Palu,
dimana sisi kiri dan kanan Kota Palu merupakan jalur patahan utama, yaitu patahan Palu-Koro serta wilayahnya disusun oleh batuan yang lebih keras
dibanding material penyusun bagian lembah. Berdasarkan hubungan geologi tersebut, geomorfologi Kota Palu dapat
dibagi kedalam tiga satuan geomogfologi, yaitu :
3 Satuan Geomorfologi Dataran, dengan kenampakan morfologi berupa
topografi tidak teratur, lemah, merupakan wilayah dengan banjir musiman, dasar sungai umumnya meninggi akibat sedimentasi fluvial. Morfologi ini
disusun oleh material utama berupa aluvial sungai dan pantai. Wilayah tengah Kota Palu didominasi oleh satuan geomorfologi ini.
4 Satuan Geomorfologi Denudasi dan Perbukitan, dengan kenampakan berupa
morfologi bergelombang lemah sampai bergelombang kuat. Wilayah kipas aluvial aluvial fan termasuk dalam satuan morfologi. Di wilayah Palu
morfologi ini meluas di wilayah Palu Timur, Palu Utara, membatasi antara wilayah morfologi dataran dengan morfologi pegunungan.
5 Satuan Geomorfologi Pegunungan Tebing Patahan, merupakan wilayah
dengan elevasi yang lebih tinggi. Kenampakan umum berupa tebing-tebing terjal dan pelurusan morfologi akibat proses patahan. Arah pegunungan ini
hampir utara-selatan, baik di timur maupun di barat dan menunjukkan pengaruh strukturtektonik terhadap bentuk kini morfologi kota berupa
lembah. Umumnya wilayah ini bukan merupakan wilayah hunian. Kota Palu yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Donggala secara
geologis juga termasuk wilayah yang sangat dipengaruhi oleh kegiatan tektonik yang menghasilkan struktur-struktur yang diantaranya mengontrol bentukan-
bentukan ataupun timbulan permukaan bumi. Struktur-struktur baik lokal maupun regional dapat dijumpai, baik dengan mengamati peta topografi, kenampakan
bentang alam, pengaruhnya pada singkapan dan gejala alam seperti mata air panas. Jalur patahan utama yang terbentuk dan masih aktif berlangsung adalah
Sesar Palu – Koro. Di samping struktur-struktur regional, juga terbentuk struktur geologi lokal
berupa lipatan-lipatan kecil serta kekar-kekar yang terbentuk secara sporadis pada hampir seluruh jenis satuan batuan yang menyusun wilayah. Struktur-struktur
geologi meskipun bersifat lokal namun menunjukkan adanya hubungan dengan struktur regional di bagian tengah Pulau Sulawesi, dimana wilayah ini dilalui oleh
jalur patahan berupa patahan Palu-Koro Palu-Koro Fault. Struktur patahan merupakan gejala alam normal yang dapat terjadi di mana saja yang erat
kaitannya dengan kegiatan tektonik.
Sejarah gempa bumi di bagian tengah Sulawesi telah tercatat sejak abad ke- 19, dimana beberapa diantaranya mempunyai magnitude yang besar, di antaranya
tahun 1968 6,7 SR, 1993 5,8 SR dan 2005 6,2 SR. Kegempaan di Sulawesi ini juga ditandai dengan frekuensi tsunami yang tinggi di bagian Selat Makassar,
sebagaimana yang terjadi pada tahun 1927 di Teluk Palu dengan ketinggian gelombang mencapai 15 m, tahun 1968 di Mapaga 10 m dan tahun 1996 di
Simuntu-Pangalaseang 1 – 3,4 m
1
.
4.2. Kondisi Penduduk Kota Palu
Jumlah penduduk Kota Palu mencapai 313 179 jiwa BPS Kota Palu 2011. Kepadatan penduduk Kota Palu keadaan akhir tahun 2009 tercatat 793 jiwakm²,
dengan luas wilayah Kota Palu 395,06 km². Bila dilihat penyebaran penduduk pada tingkat kecamatan, ternyata Kecamatan Palu Selatan merupakan wilayah
dengan kepadatan penduduk tertinggi yaitu 1 797 jiwakm², sedangkan Kecamatan Palu Timur merupakan wilayah yang terjarang penduduknya yaitu sebanyak 392
jiwakm². Komposisi atau struktur umur penduduk Kota Palu selama tahun 2009
hampir 66,30 berada pada kelompok umur 0-34 tahun, hal ini menunjukkan bahwa penduduk Kota Palu berada pada kelompok penduduk usia muda. Dengan
melihat perbandingan jumlah penduduk yang berusia non produktif dengan penduduk usia produktif dapat diketahui besarnya angka ketergantungan pada
tahun 2009 yaitu sebesar 0,49 artinya bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif 15-64 tahun menanggung sebanyak kurang lebih 49 orang penduduk
usia tidak produktif 0-14 tahun dan 65 tahun keatas. Sebagai konsekuensi dari pertambahan jumlah penduduk adalah
bertambahnya jumlah penduduk yang masuk ke dalam angkatan kerja. Pertambahan penduduk yang tidak seimbang dengan pertambahan penyediaan
lapangan kerja berakibat pada timbulnya pengangguran. Data yang diperoleh dari
1
Sumber : Bappeda Kota Palu, Laporan Rencana Tata Ruang Kota Palu Tahun 2006-2025.