Letak geografis dan kondisi lansekap yang sedemikian ini menyebabkan Kota Palu sebagai daerah bayang-bayang hujan dengan curah hujan terendah di
Indonesia. Di sisi lain, adanya kawasan terbuka berupa lahan kering yang ada pada sebagian pesisir teluk juga telah berkontribusi menghasilkan emisi radiasi
permukaan yang secara simultan dengan pergerakan udara dari permukaan air laut di Teluk Palu berperan menghasilkan suhu udara yang tinggi utamanya di
kawasan perkotaan pada siang hari. Hal ini akan ditambah dengan permasalahan trend percepatan pertumbuhan penduduk perkotaan, peningkatan mobilisasi
penduduk dan pembangunan industri yang tentunya akan berimbas pula terhadap kenaikan suhu udara di perkotaan
Kondisi Kota Palu telah mengalami tekanan dan ancaman yang disebabkan oleh aktivitas industri dan kendaraan bermotor serta aktivitas manusia yang
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi ekologis terutama iklim mikro sebagai penyeimbang dan penyerap polusi.
c. Identifikasi Sistem Parameter
rancang sistem
adalah parameter-parameter
yang mempengaruhi input sampai menjadi transformasi output. Tiap-tiap sistem
memiliki parameter rancangan tersendiri, yang dapat berupa lokasi fisik, ukuran dari sistem dan komponennya, ukuran fisik dari sistem, serta jumlah dan tipe
komponen dari sistem. Parameter rancang sistem cenderung konstan karena hal ini tidak dapat diubah tanpa penggantian sumberdaya. Dalam beberapa hal
mungkin diharapkan untuk mengubahnya selama sistem berjalan untuk
memperbaiki kemampuan sistem agar tetap berjalan baik apabila ada perubahan kondisi lingkungan.
Pembangunan perkotaan akan menyebabkan penurunan fungsi ekologis terutama dari fungsi RTH. Pembangunan perkotaan akan menambah ruang
kawasan terbangun baik berasal dari kawasan hunian maupun non kawasan hunian sehingga akan menyebabkan pengurangan luas ruang terbuka hijau
selanjutnya akan menyebabkan perubahan iklim mikro. Secara garis besar Causal Loop Diagram tersaji pada Gambar 9 . Diagram Blackbox disajikan pada Gambar
10.
Gambar 9. Diagram sebab akibat causal loop diagram pemodelan hutan kota untuk ameliorasi iklim mikro di Kota Palu.
Luasan Hutan Kota
Pembanguna n Hutan Kota
Lahan Terbangun
+
-
-
Kebutuhan Hutan Kota
+
+ Penduduk
Manusia
+ +
Lahan Terbuka
- SUHU
-
RTH
Penggunaan Listrik
+
-
Lahan Pengembangan
- -
+ -
+
Gambar 10. Diagram input-output Black Box pemodelan hutan kota untuk ameliorasi iklim mikro di Kota Palu.
INPUT LINGKUNGAN ♦
Letak Geografis ♦
Iklim: Suhu Tinggi, INPUT TAK TERKENDALI
♦ Jumlah Penduduk
♦ Luasan RTH
♦ RTRWK Palu
♦ Kebijakan
OUTPUT DIKEHENDAKI ♦
Suhu rendah, kelembaban tinggi
♦ Luasan hutan kota dan
RTH cukup ♦
Lingkungan kota yang sejuk, sehat dan indah
♦ Vegetasi jenis terpilih
OUTPUT TAK DIKEHENDAKI 1. VegetasiJenis Eksotik Tidak
Terkendali 2. Alokasi Lahan Hutan Kota
untuk Peruntukan Lainnya 3. Biaya Pembangunan dan
Pemeliharaan Tidak Terkendali
PENGELOLAAN HUTAN KOTA
PEMODELAN HUTAN KOTA UNTUK AMELIORASI IKLIM MIKRO
INPUT TERKENDALI ♦
Vegetasi Jenis Terpilih ♦
Alokasi lahan Letak ♦
Luasan Hutan Kota ♦
Dana Pembangunan dan Pengembangan Hutan Kota
PARAMETER Pengukuran Suhu , kecepatan angin, kelembaban,
arah angin, curah hujan, menentukan elevasi dari
3.3.4 Merumuskan
Kebijakan yang Dapat Direkomendasikan untuk Pembangunan Hutan Kota di Kota Palu
Untuk merumuskan arahan kebijakan model hutan kota di Kota Palu digunakan pendekatan Analisis Hierarkhi Proses AHP. AHP digunakan dalam
pengambilan keputusan atas permasalahan yang dilakukan secara kelompok dan permasalahan yang belum. AHP yang dikembangkan oleh Saaty 1993,
merupakan suatu metode dalam memecahkan situasi kompleks dan tidak berstruktur ke dalam bagian komponen yang tersusun secara hierarki baik
struktural maupun fungsional. Proses sistemik dalam AHP memungkinkan pengambil keputusan mempelajari interaksi secara simultan dari komponen dalam
hirarki yang telah disusun. Keharusan nilai numerik pada setiap variabel masalah membantu pengambil keputusan mempertahankan pola pikiran yang kohesif dan
mencapai suatu kesimpulan. Penyusunan secara hirarki dalam AHP mencerminkan pemikiran untuk
memilahkan elemen
sistem dalam
berbagai tingkat
berlainan dan
mengelompokkan unsur yang serupa pada tiap tingkat. Tingkat puncak yang disebut fokus hanya satu elemen yaitu sasaran keseluruhan yang sifatnya luas.
Tingkat berikutnya masing–masing dapat memiliki beberapa elemen. Dikarenakan elemen dalam suatu tingkat akan dibandingkan satu dengan yang lainnya terhadap
suatu kriteria yang berada di tingkat atas, maka elemen dalam setiap tingkat harus dari derajat besaran yang sama Gambar 11.
Metode AHP dimulai dengan menstrukturkan suatu situasi yang kompleks tak struktur ke dalam bagian-bagian komponennya, menata
komponen atau variabel ke dalam suatu hirarki, memberi nilai relatif tingkat kepentingan yang ada setiap variabel dengan pertimbangan subyektif dan
mensintesis berbagai pertimbangan tersebut untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tertinggi dalam mempengaruhi hasil.
a. Prinsip dasar AHP
Prinsip dasar penyelesaian persoalan dengan metode AHP adalah decomposition, comparative judgement, synthesis of priority, dan logical
consistency. 1 Decomposition
Decomposition adalah proses pemecahan persoalan menjadi unsur- unsurnya. Pemecahan dilanjutkan terhadap unsur-unsurnya sampai tidak
dapat dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tersebut untuk mendapatkan hasil yang akurat
2 Comparative judgement Comparative judgement adalah membuat penilaian tentang kepentingan
relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat di atasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena akan
berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil penilaian dapat disajikan dalam bentuk matriks pairwise comparition.
3 Synthesis of Priority Synthesis of priority adalah menentukan peringkat elemen-elemen
menurut relatif pentingnya. Penentuan peringkat dilakukan dengan cara mencari eigenvector pada setiap matrik pairwise comparison untuk
mendapatkan local priority. Karena matrik pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus
dilakukan sintesis diantara local priority. Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesa dinamakan priority
setting. 4 Logical Consistency
Konsistensi memiliki dua makna. Pertama adalah bahwa obyek-obyek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan
relevansi. Kedua adalah menyangkut tingkat hubungan antara obyek- obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu. Konsistensi logis menjamin
bahwa semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis.
5 Komparasi berpasangan
Penentuan tingkat kepentingan bobot dari elemen-elemen keputusan pada setiap tingkat hirarki dilakukan dengan
judgement melalui
pembandingan. Nilai tingkat kepentingan ini dinyatakan dalam bentuk kualititif dengan
membandingkan antara satu elemen dengan elemen lainnya. Untuk
mengkuantifikasikan digunakan skala penilaian. Menurut Saaty 1993, skala penilaian 1 sampai 9 merupakan yang terbaik berdasarkan nilai Root Mean
Square Deviation RMS dan Median Absolute Deviation atau MAD Tabel 6.
Tabel 6. Skala komparasi dalam AHP
Tingkat Kepentingan
Definisi
1 Sama pentingnya
3 Sedikit lebih penting
5 Jelas lebih penting
7 Sangat jelas lebih penting
9 Mutlak lebih penting
2, 4, 6, 8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan
1 1- 9 Kebalikan nilai tingkat kepentingan dari skala 1 – 9.
Sumber: Saaty 1993
b. Langkah-langkah Penyelesaian
6. Matriks pendapat individu
Pada penentuan tingkat kepentingan bobot dari elemen-elemen keputusan di setiap tingkat hirarki keputusan dilakukan dengan
judgement melalui komparasi berpasangan. Nilai yang didapat disusun dalam bentuk matrik individu dan gabungan yang kemudian diolah untuk
mendapatkan peringkat.