Pengendalian Hama dan Penyakit Pengairan Sawah Panen dan Pasca Panen

55 tanam. Pupuk yang digunakan adalah pupuk buatan pabrik yaitu urea, TSP, dan KCL namun terdapat pula petani yang menggunakan pupuk Ponska, Decis, Buldog, Fiodan, Furadan.

5.3.7. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit sangat penting dilakukan agar hasil produksi tidak menurun. Upaya pemberantasan hama dan penyakit, budi daya padi metode SRI berbeda dengan metode budidaya padi secara konvensional. Penggunaan obat-obatan anorganik seperti pestisida kimia buatan pabrik merupakan pengendalian kimiawi yang biasa dilakukan petani padi konvensional. Cara ini dianggap paling efektif untuk mengendalikan hama dan penyakit karena mengandung racun yang langsung kontak dengan hama atau meracuni hama secara sistematik. Berbeda dengan petani padi konvensional, petani padi metode SRI menggunakan pestisida nabati yang ramah lingkungan. Biasanya pestisida nabati dibuat sendiri oleh petani sama halnya pembuatan MOL. Bahan-bahan yang digunakan petani untuk pestisida nabati diperoleh dari bahan-bahan yang terdapat di lingkungan sekitar yang telah diketahui efektif dalam pengendalian hama dan penyakit pada padi.

5.3.8. Pengairan Sawah

Kebutuhan air di kabupaten Cianjur untuk kegiatan usahatani padi pada umumnya tercukupi dengan adanya irigasi. Pengairan yang dilakukan oleh petani SRI berbeda dengan petani padi konvensional. Metode konvensional biasanya padi selalu tergenang dari awal penanaman sampai panen, sedangkan metode SRI 56 pengairan dilakukan secara berselang intermitten sehingga padi tidak selalu tergenang oleh air karena pada dasarnya padi bukanlah tanaman air tetapi tanaman yang butuh air.

5.3.9. Panen dan Pasca Panen

Pemanenan padi dilakukan pada waktu yang tepat karena akan berpengaruh terhadap kualitas gabah. Panen dapat dilakukan setelah bulir padi sebagian besar telah menguning 90 persen. Cara pemanenan yang dilakukan petani masih menggunakan tahapan dan teknologi yang sederhana yaitu pada tahap awal padi dipotong menggunakan pisau khusus untuk panen sabit. Setelah dipotong kemudian dikumpulkan pada suatu tempat untuk dirontokan. Cara perontokannya adalah dengan membantingnya pada papan perontok atau hamparan kayu yang disiapkan. Setelah gabah diperoleh dari hasil perontokan, gabah dibersihkan dari sisa-sisa daun dan kotoran lain dengan cara diangin- anginkan. Setelah itu GKP Gabah Kering Panen dijemur di lahan yang datar selama 2-3 hari, namun waktu pengeringan tersebut fleksibel karena tergantung pula dengan cuaca. 57

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI PADI METODE SRI DAN KONVENSIONAL (Studi Kasus Di Kelompok Tani Dewi Sri, Desa Mangunrejo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang)

0 9 19

Analisis pendapatan usahatani dan saluran pemasaran teh perkebunan rakyat Studi kasus perkebunan teh rakyat, Kecamatan Sukanagara, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat

1 13 117

Analisis Pendapatan Usahatani Padi Organik Metode SRI (System of Rice Intensification) Studi Kasus Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat

2 21 241

Analisis Usahatani Padi Konvensional dan Padi System Of Rice Intensification (SRI) Organik (Studi Kasus di Desa Ringgit, Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah)

1 13 168

Analisis Pendapatan Usahatani Lobak Korea dan Daikon (Studi Kasus Agro Farm di Desa Ciherang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)

16 111 98

Penerapan Metode Quality Function Deployment (QFD) dan Analisis Sensitivitas Harga Pada Pengembangan Padi Varietas Unggul Hibrida (Kasus : Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur Jawa Barat)

1 10 174

Pengaruh Penggunaan Benih Bersertifikat terhadap Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi di Kabupaten Cianjur

7 21 70

Pendapatan Usahatani Padi Hibrida dan Padi Inbrida di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat

0 15 85

Analisis Pendapatan Usahatani Padi Metode System Of Rice Intensification (SRI) dan Padi Konvensional di Desa Kebonpedes, Sukabumi

0 5 87

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI PADI SAWAH METODE SRI (System of Rice Intensification) DAN KONVENSIONAL DI KECAMATAN GERIH KABUPATEN NGAWI.

0 4 142