42
budidayanya pada umumya sama saja. Teknik budidaya organik SRI telah menggunakan bahan-bahan organik sebagai inputnya seperti pupuk kandang, sisa-
sisa tanaman dan berbagai jenis tanaman yang berguna untuk pestisida alami. Budidaya organik SRI ini menyebabkan kebutuhan organik seperti pupuk
kandang dan jerami berubah fungsi sebagai pengganti pupuk kimia. Pembuatan pupuk organik dipermudah lagi dengan adanya bantuan dari dinas pertanian
Kabupaten Cianjur berupa mesin appo yang dapat mencacah bahan-bahan organik tersebut. Mesin tersebut dapat mengolah sekitar tujuh ton perhari kotoran hewan
yang dihasilkan dari hewan-hewan ternak. Budidaya padi dengan metode SRI dibedakan dengan teknik budidaya
padi konvensional. Perbedaan budidaya tersebut terlihat dalam hal penggunaan jumlah bibit per rumpun, umur bibit yang ditanam, cara seleksi benih, pemberian
MOL pada padi SRI dan tata cara pengaturan air. Oleh karena itu pada bagian ini hanya diuraikan kegiatan budidaya padi dengan metode SRI yang dapat sekaligus
menggambarkan kegiatan budidaya padi konvensional di Kabupaten Cianjur.
5.2. Gambaran Umum Petani Sampel
Gambaran umum petani sampel diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan para petani yang menerapakan pertanian SRI dan petani konvensional. Hal
ini berguna untuk melihat karateristik umum petani. Karateristik yang digunakan merupakan variabel yang akan digunakaan dalam menentukan faktor internal
petani menerapkan sistem pertanian SRI. Karateristik umum petani pada penelitian ini terdiri dari lama pendidikan, umur, jumlah anggota keluarga
tanggungan petani, luas lahan, status pengusahaan lahan dan pengalaman petani.
43
Rincian karateristik umum pada kedua sampel populasi petani didapat pada lampiran 1 dan 2
. Pendidikan merupakan peubah penjelas yang menerangkan lamanya petani
mengikuti pendidikan formal. Pendidikan diukur berdasarkan satuan tahun. Jumlah petani yang menerapkan pertanian SRI di Kabupaten Cianjur memiliki
pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan petani konvensional. Apabila dilihat dari jenjang pendidikan, 33,33 persen petani SRI telah mencapai
pendidikan setingkat SMU dan 16,67 persen lulusan perguruan tinggi, sedangkan petani konvensional hanya 16,67 persen lulusan setingkat SMU dan tidak satupun
yang memasuki perguruan tinggi. Lama pendidikan petani sampel dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Lama Pendidikan Petani Sampel di Kabupaten Cianjur Periode Tahun 20102011
Lama Pendidikan tahun
Frekuensi orang Petani SRI
Petani Konvensional
5 1
5-10 15
24 11-15
10 5
15 5
Jumlah 30
30 Sumber: Data Primer, 2011
Kondisi ini sesuai dengan pernyataan Soekartawi 1986, menyatakan bahwa petani yang berpendidikan tinggi adalah relatif lebih cepat dalam
melaksanakan suatu inovasi dari pada petani yang berpendidikan rendah relatif sulit untuk melaksanakan suatu inovasi.
Umur petani mencerminkan kemampuan petani dalam berusahatani. Umur terkait dengan kondisi fisik dalam menggarap lahannya. Kelompok terbesar petani
di Kabupaten Cianjur berada pada rentang umur 41 sampai dengan 60 tahun, baik
44
pada petani SRI dengan persentase 60 persen maupun konvensional dengan persentase 63,33 persen. Pada umur tersebut petani termasuk pada umur
produktif, namun sudah tidak tergolong muda. Usahatani khususnya padi tidak diminati oleh tenaga kerja muda, hal ini dapat dilihat dari persentase tenaga kerja
pada rentang umur 21 sampai dengan 40 tahun hanya 20 persen pada petani SRI dan 26,67 persen pada petani konvensional. Persentase petani yang berumur tua
lebih banyak pada petani yang menerapkan SRI, yaitu 20 persen sedangkan petani konvensional hanya 10 persen pada rentang umur 61 sampai dengan 80 tahun.
Informasi lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Umur Petani Sampel di Kabupaten Cianjur Periode Tahun 20102011
Umur tahun Frekuensi orang
Petani SRI Petani Konvensional
0-20 21-40
6 8
41-60 18
6 19
61-80 3
Jumlah 30
30 Sumber: Data Primer, 2011
Jumlah tanggungan petani merupakan beban ekonomi terhadap anggota keluarganya. Satuan pengukurannya didasarkan banyak orangjiwa yang menjadi
tanggungan petani. Petani sampel di Kabupaten Cianjur memiliki jumlah tanggungan dalam rentang dua sampai dengan empat jiwa. Hal ini dikarenakan
secara statistik rentang ini memiliki persentase tertinggi yaitu 76,67 persen petani pada petani SRI dan 83,33 persen pada petani konvensional. Jumlah tanggungan
petani sampel dapat dilihat pada Tabel 8.
45
Tabel 8. Jumlah Tanggungan Petani Sampel di Kabupaten Cianjur Periode Tahun 20102011
Jumlah Tanggungan Jiwa
Frekuensi orang Petani SRI
Petani Konvensional
2 1
2-4 23
25 4
7 4
Jumlah 30
30 Sumber: Data Primer, 2011
Luas lahan adalah banyaknya sawah yang digarap petani berdasarkan ukuran panjang dengan satuan hektar. Petani padi di Kabupaten Cianjur pada
umumnya memiliki luas garapan yang sempit. Petani SRI maupun konvensional sebagian besar menggarap sawah dengan luas kurang dari 0,5 hektar. Menurut
Soekartawi 2002, salah satu ciri pertanian di Indonesia adalah dicirikan dengan pengusahannya dalam luas usaha yang relatif sempit. Persentase luas lahan padi
sawah petani sampel menggunakan metode SRI sebesar 73,33 persen sedangkan dengan menggunakan metode konvensional memiliki luas garapan 60 persen
untuk luas lahan kurang dari 0,5 hektar. Kondisi ini dapat dikaitkan bahwa petani lahan luas tidak bersedia merubah sistem budidayanya dikarenakan kerugian yang
akan diterimanya akan lebih besar daripada lahan sempit jika sistem baru tersebut dalam pelaksanaannya mengalami kegagalan. Informasi lebih jelas dapat
dijelaskan pada Tabel 9. Tabel 9. Luas Lahan Padi Sawah Petani Sampel di Kabupaten Cianjur Periode
Tahun 20102011
Lahan ha Frekuensi orang
Petani SRI Petani Konvensional
0,5 22
18 0,5-1,0
8 11
1,0 1
Jumlah 30
30 Sumber: Data Primer, 2011
46
Status kepemilikan lahan merupakan kondisi yang menunjukan kondisi penguasaan petani terhadap lahan garapannya. Persentase pengusahaan lahan
pemilik sampel dengan metode SRI sebesar 56,67 persen sedangkan metode konvensional sebesar 20 persen. Petani penggarap dapat dibedakan menjadi dua
yaitu penggarap sakap atau bagi hasil dengan sistem 50:50 dan penggarap penyewa, dalam sampel didapat persentase petani SRI penggarap sebesar 43,33
persen sedangkan konvensional sebesar 80 persen. Status pengusahaan lahan petani sampel dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Status Pengusahaan Lahan Petani Sampel di Kabupaten Cianjur Periode Tahun 20102011
Status Pengusahaan Lahan
Frekuensi orang Petani SRI
Petani Konvensional
Pemilik 17
6 Penggarap
13 24
Jumlah 30
30 Sumber: Data Primer, 2011
Pengalaman bertani merupakan lamanya petani melakukan budidaya padi. Ukuran pengalaman bertani diukur berdasarkan satuan tahun. Pengalaman bertani
dengan metode SRI sekitar 100 persen berada pada rentang pengalaman kurang dari 10 tahun bertani. Kondisi ini mencerminkan bahwa petani relatif memiliki
sikap dan pola pikir yang sama yaitu petani membutuhkan waktu yang lama dalam menerima inovasi. Pengalaman bertani sampel di Kabupaten Cianjur tahun
2011 dapat dilihat pada Tabel 11.
47
Tabel 11. Pengalaman Bertani Petani Sampel di Kabupaten Cianjur Periode Tahun 20102011
Pengalaman Bertani tahun
Frekuensi orang Petani SRI
Petani Konvensional
0-10 30
2 11-12
21 21-30
4 31-40
3 Jumlah
30 30
Sumber: Data Primer, 2011
5.3. Budidaya Padi Organik Metode SRI