Keadaan Umum Permasalahan Kabupaten Cianjur

38

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH, RESPONDEN, DAN BUDIDAYA PADI

5.1. Keadaan Umum Permasalahan Kabupaten Cianjur

Penduduk Kabupaten Cianjur pada tahun 2010 berjumlah 2.168.514 jiwa yang terdiri atas 1.120.550 laki-laki dan 1.047.964 perempuan. Dari hasil sensus penduduk 2010 masih tampak bahwa penyebaran penduduk kabupaten Cianjur masih bertumpu di Cianjur wilayah utara yakni sebesar 60,68 persen, sedangkan wilayah tengah dan selatan hanya 39,32 persen. Dengan luas wilayah kabupaten Cianjur sekitar 3.501,48 kilometer persegi yang dialami oleh 2.168.514 orang maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk kabupaten Cianjur adalah sebanyak 127 jiwa perkilo meter persegi. 8 Penduduk yang merupakan angkatan kerja sebanyak 960.201 jiwa. Jumlah tersebut terdiri dari yang bekerja sebanyak 847.542 jiwa dan pengangguran sebanyak 112.659 jiwa. Sektor pertanian menjadi penyerap tenaga kerja terbesar dengan kontribusi sebesar 48,12 persen diikuti dengan sektor perdagangan dengan kontribusi sebesar 23,73 persen. Persentase penyerapan tenaga kerja tahun 2008 di Kabupaten Cianjur dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah Angkatan Kerja di Kabupaten Cianjur Tahun 2008 Angkatan Kerja Jumlah Persentase Pengangguran 112.659 Bekerja - Pertanian, Kehutanan, Perkebunan dan Perikanan - Industri - Perdagangan, Rumah Makan dan Hotel - Jasa Kemasyarakatan - Lainnya 847.542 407.837 55.175 201.122 72.634 110.774 48,12 6,51 23,73 8,57 13,07 Jumlah 847.542 100,00 Sumber: BPS Kabupaten Cianjur, 2011 8 http:www.bps.go.idhasilSP2010jabar3203.pdf. Diakses tanggal 3 Maret 2011. 39 Volume air permukaan di Kabupaten Cianjur pada tahun 2010 sebesar 917.000 m 3 menurut PSDAP 2011. Penggunaan air permukaan dibutuhkan dalam menanam padi sedangkan penyuplaian dengan sistem air permukaan membutuhkan kapasitas penyimpanan yang besar untuk mengumpulkan air sepanjang tahun dan melepaskannya pada suatu waktu tertentu. Keadaan curah hujan di suatu daerah sangat berpengaruh terhadap ketersediaan air dan kondisi lahan pertanian. Peningkatan curah hujan menyebabkan peningkatan jumlah curah hujan itu sendiri, sebaliknya penurunan curah hujan akan menyebabkan penurunan jumlah curah hujan. Hal ini tentu saja akan memperpanjang atau memperpendek musim hujan Handoko et al. 2008. Curah hujan yang tidak stabil telah menyebabkan meningkatnya serangan hama dan penyakit terhadap tanaman padi. Data curah hujan Kabupaten Cianjur tahun 2006-2008 dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Data Curah Hujan Kabupaten Cianjur Tahun 2006-2008 Tahun Luas Kabupaten Km 2 Curah Hujan mm per tahun Rata-Rata mmkm 2 2006 3433,00 1454,0 0,42 2007 3433,00 3292,0 0,96 2008 3433,00 3202,1 0,93 Sumber: Integrated Microhydro Development and Application Program, 2009 Kabupaten Cianjur memiliki rata-rata luas tanam yang lebih tinggi dari pada luas panennya selama empat tahun. Rata-rata produktivitas yang diperoleh sebesar 53,51 persen dengan rata-rata produksi 785.575 kg. Perkembangan intensifikasi pertanian tanaman pangan Kabupaten Cianjur sangat baik sehingga perlu upaya yang dicapai dalam meningkatkan peran aktif masyarakat tani yaitu dengan melalui suatu ikatan atau kelompok kelembagaan profesi Gabungan 40 Petani Organik agar keberadaan kelembagaan petani seperti P3A Mitra Cai, Kelompok Tani, Gapoktan dapat mengembangkan dinamika kelompoknya. Informasi lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Perkembangan Intensifikasi Pertanian Tanaman Pangan di Kabupaten Cianjur Periode Tahun 2010-2011 Tahun Luas Tanam ha Luas Panen ha Produksi kg Produktivitas kgha 2007 156.465 135.071 688.749 50,99 2008 142.348 137.269 733.900 53,46 2009 154.303 148.950 804.385 54,00 2010 149.874 164.647 915.266 55,59 Rata-rata 150.747 146.485 785.575 53,51 Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, 2011 Organisasi Gabungan Petani Organik terbentuk pada tanggal 27 Juli 2008 yang merupakan wadah untuk menghimpun para petani organik yang terdapat di wilayah Kabupaten Cianjur. Anggotanya terdiri dari perwakilan para petani yang telah mengikuti pelatihan SRI. Adapun visi dan misi terbentuknya GPO yaitu memiliki visi sebagai organisasi yang menjadi wadah untuk meningkatkan kesejahteraan para petani dan melestarikan lahan serta lingkungan. Misi GPO yaitu untuk menghimpun potensi berbagai pihak yang terkait dengan pertanian organik, membina kerjasama yang saling menguntungkan diantara pihak yang terkait dengan petani organik dan membantu pemerintah dalam menyelamatkan lahan dan mensukseskan lingkungan pembangunan pertanian dalam rangka mensejahterakan tani melalui pertanian organik Program Go Organik Cianjur. Susunan Oganisasi yaitu sebagai berikut 41 Sumber: Gabungan Petani Organik GPO Gambar 3. Gabungan Petani Organik GPO Pengembangan padi ramah lingkungan metode SRI dapat memberikan kesadaran kepada petani untuk lebih bersikap arif terhadap penggunaan pupuk dan pestisida kimia. Petani menjadi lebih mandiri karena tidak harus tergantung kepada penggunaan input tersebut. Usahatani padi organik metode SRI berbeda dengan usahatani padi metode konvensional, meskipun tahapan kegiatan Pelindung Bupati Kabupaten Cianjur Penasehat HKTI Kabupaten Cianjur Pembina Dinas Pertanian TPH dan Dinas PSDAP Ketua H.U Suparman Wakil Ketua Didin Bendahara Yayan Royani dan Enang Sekretaris Asep Ramdan dan Ani Bidang Advokasi Dadang H Bidang Pemasaran H. Enoh Konsultasi Publik POPT dan Para PPLJapung 42 budidayanya pada umumya sama saja. Teknik budidaya organik SRI telah menggunakan bahan-bahan organik sebagai inputnya seperti pupuk kandang, sisa- sisa tanaman dan berbagai jenis tanaman yang berguna untuk pestisida alami. Budidaya organik SRI ini menyebabkan kebutuhan organik seperti pupuk kandang dan jerami berubah fungsi sebagai pengganti pupuk kimia. Pembuatan pupuk organik dipermudah lagi dengan adanya bantuan dari dinas pertanian Kabupaten Cianjur berupa mesin appo yang dapat mencacah bahan-bahan organik tersebut. Mesin tersebut dapat mengolah sekitar tujuh ton perhari kotoran hewan yang dihasilkan dari hewan-hewan ternak. Budidaya padi dengan metode SRI dibedakan dengan teknik budidaya padi konvensional. Perbedaan budidaya tersebut terlihat dalam hal penggunaan jumlah bibit per rumpun, umur bibit yang ditanam, cara seleksi benih, pemberian MOL pada padi SRI dan tata cara pengaturan air. Oleh karena itu pada bagian ini hanya diuraikan kegiatan budidaya padi dengan metode SRI yang dapat sekaligus menggambarkan kegiatan budidaya padi konvensional di Kabupaten Cianjur.

5.2. Gambaran Umum Petani Sampel

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI PADI METODE SRI DAN KONVENSIONAL (Studi Kasus Di Kelompok Tani Dewi Sri, Desa Mangunrejo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang)

0 9 19

Analisis pendapatan usahatani dan saluran pemasaran teh perkebunan rakyat Studi kasus perkebunan teh rakyat, Kecamatan Sukanagara, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat

1 13 117

Analisis Pendapatan Usahatani Padi Organik Metode SRI (System of Rice Intensification) Studi Kasus Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat

2 21 241

Analisis Usahatani Padi Konvensional dan Padi System Of Rice Intensification (SRI) Organik (Studi Kasus di Desa Ringgit, Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah)

1 13 168

Analisis Pendapatan Usahatani Lobak Korea dan Daikon (Studi Kasus Agro Farm di Desa Ciherang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)

16 111 98

Penerapan Metode Quality Function Deployment (QFD) dan Analisis Sensitivitas Harga Pada Pengembangan Padi Varietas Unggul Hibrida (Kasus : Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur Jawa Barat)

1 10 174

Pengaruh Penggunaan Benih Bersertifikat terhadap Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi di Kabupaten Cianjur

7 21 70

Pendapatan Usahatani Padi Hibrida dan Padi Inbrida di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat

0 15 85

Analisis Pendapatan Usahatani Padi Metode System Of Rice Intensification (SRI) dan Padi Konvensional di Desa Kebonpedes, Sukabumi

0 5 87

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI PADI SAWAH METODE SRI (System of Rice Intensification) DAN KONVENSIONAL DI KECAMATAN GERIH KABUPATEN NGAWI.

0 4 142