Biaya Usahatani Padi Metode SRI dan Konvensional

71

6.2.2. Biaya Usahatani Padi Metode SRI dan Konvensional

Total biaya usahatani adalah keseluruhan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani setiap musim tanam. Total biaya tersebut merupakan hasil penjumlahan dari total biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Perincian biaya tunai dan biaya diperhitungkan pada kegiatan usahatani padi SRI di Kabupaten Cianjur diuraikan lagi menjadi masing-masing biaya terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Berdasarkan data yang diperoleh di lapang, dapat diketahui bahwa biaya total yang dikeluarkan petani padi organik metode SRI pada musim tanam I periode 20102011 diperoleh rata-rata sebesar Rp 2.289.178,97 per hektar. Biaya tunai dan biaya diperhitungkan usahatani padi SRI memiliki proporsi yang berbeda dalam struktur biaya total. Biaya tunai yang dikeluarkan petani lebih kecil dibandingkan jumlah biaya diperhitungkan, biaya tunai yang dikeluarkan sebesar Rp 974.428,14 per hektar atau sekitar 42,60 persen dari total biaya yang dikeluarkan dalam satu musim tanam, sisanya merupakan biaya yang diperhitungkan yaitu sebesar Rp 1.314.750,83 per hektar atau sekitar 57,40 persen dari total biaya yang digunakan dalam satu musim tanam. Adapun perincian biaya usahatani yang dikeluarkan oleh petani padi organik SRI dapat dilihat pada Tabel 17. 72 Tabel 17. Biaya Usahatani Padi Organik Metode SRI pada Musim Tanam MT I Periode Tahun 20102011 No Jenis Pengeluaran Biaya Rp Persentase 1. Biaya Tunai Biaya Tetap - Pajak 149.952,03 6,55 - Irigasi 16.137,01 0,70 - Sewa Lahan 18.853,26 0,82 - Penyusutan alat 51.666,67 2,25 Sub Total 236.608,98 Biaya Variabel - Benih 5.885,83 0,25 - KomposBokhasi 300.000,00 13,15 - TKLK 431.933,33 18,88 Sub Total 737.819,16 Total Biaya Tunai 974.428,14

2. Biaya Diperhitungkan

- KomposBokashi 692.666,70 30,28 - TKDK 393.833,33 17,15 - MOL 154.683,33 6,76 - Pestisida nabati 48.666,67 2,13 - Benih 24.900,80 1,08 Total Biaya Diperhitungkan 1.314.750,83 Total Biaya 2.289.178,97 100,00 Sumber: Data Primer, 2011 Informasi lain dapat diperoleh yaitu penggunaan biaya dalam usahatani padi organik SRI sebagian besar dialokasikan untuk biaya pengadaan komposbokhasi dan membayar upah tenaga kerja. Biaya tenaga kerja termasuk biaya tenaga kerja luar keluarga TKLK dan biaya tenaga kerja dalam keluarga TKDK. Komponen biaya terbesar ini baik dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga memiliki proporsi yang berbeda dalam struktur biaya total, biaya yang dikeluarkan untuk membayar TKDK lebih kecil yaitu sebesar Rp 393.833,33 atau sekitar 17,15 persen dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar TKLK sebesar Rp 431.933,33 atau sekitar 18,88 persen. Hal ini 73 membuktikan bahwa penggunaan tenaga kerja belum tercukupi dari tenaga kerja dalam keluarga sehingga petani padi SRI perlu menggunakan tenaga kerja luar keluarga untuk budidaya padinya. Biaya terbesar kedua dalam biaya total usahatani padi SRI adalah bokhasi yaitu sebesar 13,15 persen pada biaya tunai sedangkan untuk biaya diperhitungkan sebesar 30,28 persen. Biaya bokhasi diperhitungkan lebih besar daripada biaya tunai disebabkan dalam pembuatan bokhasi menggunakan tenaga kerja dengan upah per hari orang kerja. Ini menunjukan bahwa petani padi SRI dapat memanfaatkan hasil alam untuk dijadikan kompos tanpa tergantung pembelian komposbokhasi. Biaya usahatani padi konvensional di Kabupaten Cianjur memiliki perbedaan dalam struktur biaya usahatani padi organik SRI. Biaya total usahatani yang dikeluarkan oleh petani padi konvensional sebesar Rp 1.699.641,97 per hektar. Komponen biaya yang memiliki proporsi paling besar digunakan untuk biaya tenaga kerja baik TKDK maupun TKLK, biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan TKDK sebesar Rp 716.000,00 atau sebesar 42,04 persen sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan TKLK sebesar Rp 263.666,67 atau sebesar 15,58 persen dari total biaya usahatani. Biaya TKDK pada metode ini lebih besar daripada biaya TKLK karena dilihat dari jumlah tunggangan jiwa responden, petani konvensional lebih banyak memiliki anak yang sudah dewasa sehingga dapat membantu bertani keluarganya. Lebih rincinya perhitungan tenaga kerja dalam keluarga TKDK dan tenaga kerja luar keluarga TKLK dapat dilihat pada Tabel 18. 74 Tabel 18. Penggunaan Tenaga Kerja Dalam maupun Luar Keluarga per Hari Orang Kerja Usahatani Padi Metode SRI dan Konvensional di Kabupaten Cianjur Periode Tahun 20102011 Teknik Budidaya Metode SRI Metode Konvensional TKDK Rp TKLK Rp TKDK Rp TKLK Rp Pengolahan Tanah 151.000,00 265.500,00 318.666,00 103.333,33 Pembibitan 148.666,70 40.800,00 199.166,00 112.166,70 Pemeliharaan 41.666,67 36.166,67 37.166,00 9.666,67 Panen 15.000,00 21.500,00 28.500,00 9.666,67 Pasca Panen 14.216,70 85.500,00 132.500,00 56.666,70 Rata-Rata 393.833,33 413.933,33 716.000,00 263.666,67 Sumber: Data Primer, 2011 Komponen dari biaya tunai yang memiliki proporsi biaya paling besar selain TKLK adalah pada biaya pemupukan yaitu sebesar Rp 306.850,00 atau 18,58 persen dari total biaya usahatani sedangkan untuk pestisida mengeluarkan biaya yang lebih rendah yaitu sebesar Rp 33.516,67 atau sebesar 1,97 persen dari total biaya usahatani. Ini dikarenakan, pemupukan merupakan bagian pemeliharaan terhadap budidaya padi yang dilakukan secara teratur, sedangkan untuk pestisida hanya digunakan jika terdapat organisme pengganggu tanaman OPT. Sisanya merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pajak sebesar 6,21 persen, irigasi sebesar 0,57 persen, sewa lahan sebesar 4,11 persen, penyusutan alat sebesar 2,53 persen, dan lain-lain. Informasi lebih lanjut rincian biaya usahatani padi konvensional pada musim tanam periode tahun 20102011 dapat dilihat pada Tabel 19. 75 Tabel 19. Biaya Usahatani Padi Metode Konvensional pada Musim Tanam MT I Periode Tahun 20102011 No Jenis Pengeluaran Biaya Rp Persentase 1. Biaya Tunai Biaya Tetap - Pajak 105.466,23 6,21 - Irigasi 9.749,28 0,57 - Sewa Lahan 69.893,13 4,11 - Penyusutan alat 43.000,00 2,53 Sub Total 228.108,64 Biaya Variabel - Benih 102.683,33 6,05 - Pemupukan 306.850,00 18,07 - Pestisida 33.516,67 1.97 - TKLK 263.666,67 15,58 Sub Total 706.716,67 Total Biaya Tunai 934.825,30 2. Biaya Diperhitungkan - Benih 48.816,67 2,87 - TKDK 716.000,00 42,04 Total Biaya Diperhitungkan 764.816,67 Total Biaya 1.699.641,97 100,00 Sumber: Data Primer, 2011 Proporsi biaya tunai pada usahatani padi konvensional lebih besar dibandingkan proporsi biaya diperhitungkan. Biaya tunai usahatani padi konvensional sebesar Rp 934.825,30 atau sebesar 55,07 persen sedangkan biaya diperhitungkan sebesar Rp 764.816,67 atau 44,93 persen. Ini dikarenakan pada usahatani konvensional petani cenderung suka membeli input daripada memproduksi input sendiri. Sebaliknya dengan biaya tunai dan diperhitungkan pada usahatani SRI, yaitu biaya tunai yang dikeluarkan lebih rendah dibandingkan biaya diperhitungkan, untuk biaya tunai usahatani SRI sebesar Rp 974.428,14 atau 42,60 persen sedangkan biaya diperhitungkan sebesar Rp 1.314.750,83 atau sebesar 57,40 persen. Implikasi penerapan metode SRI lebih menghemat biaya 76 tunai, dan lebih menggunakan potensi sumberdaya alam disekitarnya untuk dijadikan input dari output yang dihasilkan serta menandakan bahwa petani SRI lebih kreatif dan rajin daripada petani konvensional. Petani pada usahatani SRI secara finansial sangat bergantung pada ketersediaan biaya diperhitungkan seperti bokhasi, MOL, pestisida nabati, dan benih dapat dibuat sendiri dari alam. Adapun rincian perbandingan biaya pada kedua usahatani dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Perbandingan Biaya untuk Usahatani Padi Organik SRI dan Padi Konvensional perhektar di Kabupaten Cianjur Periode Tahun 20102011 No Biaya Usahatani SRI Konvensional Rp Rp 1 Biaya Tunai 974.428,14 42,60 934.825,30 55,07

2 Biaya Diperhitungkan

1.314.750,83 57,40 764.816,67 44,93 Total Biaya 2.289.178,97 100,00 1.699.641,97 100,00 Sumber: Data Primer, 2011

6.2.3. Pendapatan dan RC Ratio Usahatani Padi Metode SRI dan Konvensional

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI PADI METODE SRI DAN KONVENSIONAL (Studi Kasus Di Kelompok Tani Dewi Sri, Desa Mangunrejo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang)

0 9 19

Analisis pendapatan usahatani dan saluran pemasaran teh perkebunan rakyat Studi kasus perkebunan teh rakyat, Kecamatan Sukanagara, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat

1 13 117

Analisis Pendapatan Usahatani Padi Organik Metode SRI (System of Rice Intensification) Studi Kasus Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat

2 21 241

Analisis Usahatani Padi Konvensional dan Padi System Of Rice Intensification (SRI) Organik (Studi Kasus di Desa Ringgit, Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah)

1 13 168

Analisis Pendapatan Usahatani Lobak Korea dan Daikon (Studi Kasus Agro Farm di Desa Ciherang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)

16 111 98

Penerapan Metode Quality Function Deployment (QFD) dan Analisis Sensitivitas Harga Pada Pengembangan Padi Varietas Unggul Hibrida (Kasus : Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur Jawa Barat)

1 10 174

Pengaruh Penggunaan Benih Bersertifikat terhadap Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi di Kabupaten Cianjur

7 21 70

Pendapatan Usahatani Padi Hibrida dan Padi Inbrida di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat

0 15 85

Analisis Pendapatan Usahatani Padi Metode System Of Rice Intensification (SRI) dan Padi Konvensional di Desa Kebonpedes, Sukabumi

0 5 87

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI PADI SAWAH METODE SRI (System of Rice Intensification) DAN KONVENSIONAL DI KECAMATAN GERIH KABUPATEN NGAWI.

0 4 142