53
5.3.4. Penyulaman
Penyulaman dengan metode SRI maupun konvensional di Kabupaten Cianjur dilakukan dengan melihat terlebih dahulu kondisi tanaman, apakah
tumbuh dengan baik atau tidak. Jika tanaman ada yang roboh atau bila ada kerusakan akibat adanya gangguan hama seperti keong atau serangga. Ini perlu
dilakukan penyulaman dengan cara menanaminya kembali, pada umumnya penyulaman dilakukan maksimal pada umur tujuh hari setelah tanam. Penyulaman
pada metode SRI lebih sering dilakukan oleh petaninya, jika bibit yang baru ditanam lepas dari lubang tanam karena air hujan yang terlalu menggenang atau
karena serangan hama dan penyakit.
5.3.5. Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan tujuan untuk membersihkan atau mengurangi tanaman lain selain tanaman pokok yaitu padi atau sering disebut
dengan tanaman gulma yang dapat menjadi pesaing dalam penyerapan unsur hara sekaligus dapat memberi dukungan terhadap kondisi pertukaran dan perputaran
udara aerasi, selain itu penyiangan juga dapat mencegah serangan hama. Penyiangan yang dilakukan oleh petani dengan metode SRI tidak jauh
berbeda dengan padi konvensional, hanya saja yang membedakannya adalah frekuensi kegiatan penyiangan yang dilakukan. Kegiatan penyiangan pertama
pada metode SRI dilakukan pada umumnya ketika tanaman berumur 7-14 hari, penyiangan kedua dan seterusnya dilakukan setiap 10 hari sekali. Rata-rata
penyiangan dilakukan selama 3-4 kali dalam satu kali musim tanam sedangkan kegiatan penyiangan padi konvensional dilakukan sebanyak dua kali dalam satu
musim tanam.
54
5.3.6. Pemupukan
Pemupukan merupakan kegiatan yang dapat memenuhi kebutuhan hara tanah yang sangat terbatas terkandung didalam tanah, sehingga dengan
pemupukan kebutuhan hara tersebut dapat ditambah dari luar dengan pupuk organik maupun pupuk anorganik kimia. Kegiatan pemupukan metode SRI
sepenuhnya berupa pupuk organik mulai dari pemupukan dasar hingga pemupukan dasar hingga pemupukan susulan yang berbentuk padat ataupun cair
yaitu MOL Mikro Organisme Lokal. Pupuk organik yang diberikan petani padi metode SRI berupa pupuk kompos. Pupuk kompos terdiri dari bahan-bahan
organik yang berasal dari alam, seperti jerami, rerumputan, limbah sayuran, limbah buah-buahan dan kotoran hewan. Bahan-bahan tersebut dikompos melalui
proses penguraian dengan bantuan mikro organisme. Pemberian MOL pada metode SRI adalah pemberian cairan yang terbuat
dari bahan-bahan alami yang disukai oleh media hidup dan berkembangnya mikro organisme yang bertujuan untuk mempercepat penghancuran bahan-bahan organik
dan sebagai aktivator atau tambahan nutrisi bagi tanaman padi. Petani padi SRI di Kabupaten Cianjur mengaplikasikan MOL sebagai campuran dalam pembuatan
kompos aktivator dan juga dalam bentuk cairan yang pengaplikasiannya dilakukan penyemprotan dengan menggunakan handsprayer. MOL tidak memiliki
efek samping yang menyebabkan overdosis pada tanaman terutama padi, sehingga dalam pemberiannya terhadap tanaman padi dapat disesuaikan dengan kebutuhan
tanaman dan kemampuan petani sendiri. Pemupukan yang diberikan kepada padi metode konvensional di
Kabupaten Cianjur biasanya sampai dua kali pemupukan dalam satu musim
55
tanam. Pupuk yang digunakan adalah pupuk buatan pabrik yaitu urea, TSP, dan KCL namun terdapat pula petani yang menggunakan pupuk Ponska, Decis,
Buldog, Fiodan, Furadan.
5.3.7. Pengendalian Hama dan Penyakit