17
3.2 Departemen Produksi
Departemen ini dipimpin oleh seorang apoteker sebagai production manager, yang terdiri dari lima divisi yaitu solid non betalaktam, steril non
betalaktam, betalaktam dan cephalosporin, PG line serta pengemasan
sentralcentral packaging. Masing-masing divisi dipimpin oleh seorang supervisor yang dibantu oleh beberapa section head. Adapun struktur organisasi departemen
produksi dapat dilihat pada Lampiran 3. Departemen produksi melaksanakan kegiatan produksi berdasarkan
dokumen perintah produksi Manufacturing OrderMO yang dilengkapi dengan dokumen permintaan bahan baku dan bahan kemas ke gudang Manufacturing
Requirement DocumentMRD, bukti pengeluaran bahan baku dan bahan kemas dari gudang Manufacturing IssueMI, catatan pengolahan bets Batch
Production RecordBPR, dokumen pengemasan primer Packaging Direction Record PrimaryPDRP dan dokumen pengemasan sekunder Packaging
Direction Record SecondaryPDRS dari PPIC. Setelah itu, proses produksi dimulai dengan penyiapan jalur produksiline clearance untuk memastikan
kesesuaian jenis dan jumlah bahan baku, kesiapan peralatan dan kondisi ruangan. Selama proses produksi berlangsung, juga dilakukan In Process ControlIPC oleh
bagian produksi sesuai dengan SOP pembuatan masing-masing sediaan dan oleh QA inspector dengan di bawah pengawasan departemen QAQC. Setelah proses
produksi selesai, dilakukan pembersihansanitasi terhadap semua mesin dan ruangan yang dipakai, kemudian diberi label “bersih” lengkap dengan nama
operator dan tanggal pembersihan. Produk ruahan yang dihasilkan lalu dikirim ke divisi pengemasan sentral. Setelah proses pengemasan sekunder selesai, obat jadi
akan dikirim ke gudang obat jadi dilengkapi dengan dokumen Pengiriman Hasil Produksi PHP untuk kemudian disalurkan ke distributor . Alur proses produksi
secara umum dapat dilihat pada Lampiran 4.
3.2.1 Produksi Sediaan Solid Non Betalaktam
Bagian produksi sediaan solid non betalaktam menangani produksi tablet, kaplet, tablet salut gula dan salut film, tablet hisap, tablet effervescent dan kapsul
non-betalaktam serta pengemasan primer seperti blistering dan stripping.
Universitas Sumatera Utara
18 Sebagian besar produksi solid non betalaktam menggunakan metode granulasi
basah wet granulation dan hanya sebagian kecil saja dengan metode granulasi kering dry granulation.
a. Granulasi basah
Proses ini dimulai dengan pramixing bahan aktif dan bahan pengisi menggunakan mixer. Setelah proses pramixing selesai, dilanjutkan dengan
penambahan bahan pengikat dan zat warna, kemudian hasilnya digranulasi basah mesh yang biasa digunakan adalah mesh 6 atau 8 lalu dikeringkan
dengan Fluid Bed DryerFBD. Pada tahap ini, dilakukan pemeriksaan kadar air granul atau Loss of DryingLOD oleh bagian produksi, dengan nilai
penerimaan yang bervariasi tergantung dari persyaratan yang ada pada catatan pengolahan bets. Setelah dikeringkan, granul dihaluskanmilling dengan
menggunakan powder mill atau digranulasi kering dengan mesin comminutor. Ukuran mesh yang dipilih pada granulasi kering biasanya berkisar antara 10-
24, bergantung pada diameter tablet yang akan dicetak, apabila tablet yang akan dicetak berdiameter kecil maka digunakan mesh yang lebih tinggi dan
berlaku sebaliknya. Setelah milling atau granulasi kering, proses dilanjutkan ke tahap final mixing yaitu pengadukan granul setelah ditambahkan bahan
pelicin, bahan penghancurdisintegran dan perasa
bila diperlukan. Pengadukan ini dilakukan dalam waktu yang lebih singkat untuk menghindari
banyaknya fines yang terbentuk. Selanjutnya, QA inspector akan mengambil sampel di tahap final mixing pada titik atas, tengah dan bawah mixing tank
guna dilakukan pemeriksaan homogenitas kadar. Proses produksi dapat dilanjutkan bila granul final mix sudah memiliki status released dari QA.
Kemudian dilanjutkan dengan proses pencetakan tablet atau pengisian kapsul. Pada tahap pencetakan, petugas dari produksi dan QA inspector melakukan
IPC yang meliputi uji bobot rata-rata, waktu hancur, friabilitas, ketebalan, diameter
dan kekerasan. Sedangkan pemeriksaan kadar zat aktif, keseragaman bobot, disolusi dan angka mikroba bila diperlukan dilakukan
oleh personil laboratorium kimia QAQC dengan bantuan QA inspector untuk melakukan sampling. Untuk produk yang memerlukan penyalutan, setelah
proses pencetakan dan mendapat status QA released, proses baru dapat
Universitas Sumatera Utara
19 dilanjutkan ke tahap penyalutan. Proses penyalutan yang dilakukan ada dua
jenis yaitu penyalutan gulasugar coating dan penyalutan lapis tipisfilm coating.
Tahap berikutnya
dilakukan pengemasan
primer blisteringstripping. Selama proses blisteringstripping, juga dilakukan
pemeriksaan secara
visual yang
meliputi penampilan
hasil blisteringstripping, penandaan nomor bets dan tanggal kadaluarsa serta uji
kebocoranleakage test oleh petugas produksi dan QA inspector. Setelah melalui proses ini dan mendapat status QA released, produk selanjutnya dapat
dikirim ke divisi pengemasan sentral untuk dilakukan pengemasan sekunder. Alur proses produksi sediaan solid dengan metode granulasi basah dapat
dilihat pada Lampiran 5. Sekarang ini telah dilakukan modifikasi prosedur proses produksi yang lebih
efisien yaitu proses premixing dan pengadukan basah dilakukan sekaligus dengan menggunakan FBD. Larutan pengikat dibuat terlebih dahulu dengan
menggunakan premier mixer lalu disemprotkan melalui sprayer peristaltic pump disertai dengan pengeringan hingga terbentuk granul sesuai dengan
spesifikasi yang diinginkan. Setelah dilakukan pemeriksaan kadar air granul, tahapan dilanjutkan dengan granulasi kering menggunakan mesin
comminutor, lalu dilakukan final mixing dan pencetakan. Proses ini dinamakan dengan istilah spraying. Pada dasarnya semua bahan yang
digunakan dalam proses spraying sama halnya dengan proses granulasi basah, hanya saja jumlah larutan pengikatbinder yang diperlukan lebih banyak.
Modifikasi prosedur ini memberikan beberapa keuntungan antara lain penghematan man hours granulasi dan pengadukan basah tidak dilakukan,
lead time produksi menjadi lebih singkat, biaya produksi berkurang, penghematan ruang produksi serta dari segi formulasi diperoleh waktu hancur
tablet yang lebih baik. Alur proses produksi sediaan solid dengan metode spraying dapat dilihat pada Lampiran 6.
b. Granulasi kering
Proses dimulai dengan mixing bahan aktif, bahan pengisi dan bahan pelicin. Jika bahan pelicin ditambahkan seluruhnya maka proses dapat langsung
dilanjutkan pada tahap pencetakan tablet. Namun apabila bahan pelicin
Universitas Sumatera Utara
20 ditambahkan sebagian maka terlebih dahulu dilakukan slugging. Setelah
proses slugging, dilakukan pengayakansieving untuk menghasilkan granul dengan ukuran mesh tertentu, kemudian dilanjutkan ke tahap final mixing dan
pencetakan tablet atau pengisian kapsul. Alur proses produksi sediaan solid dengan metode granulasi kering dapat dilihat pada Lampiran 7.
3.2.2 Produksi Sediaan Steril Non Betalaktam