PG Line Pengemasan SentralCentral Packaging

23 dilakukan secara manual menggunakan mesin vakum sedangkan di bagian cephalosporin menggunakan sistem automatic line jadi semua proses dilakukan secara kontinu mulai dari pencucian, sterilisasi dan pendinginan vial, pengisian bulk, penutupan dengan rubber stopper dan flip off serta sealing. Alur proses produksi serbuk injeksi kering dapat dilihat pada Lampiran 11.

3.2.4 PG Line

Proses produksi PG PG Line dilakukan secara terpisah dari produksi PT. PRAFA dikarenakan kegiatan produksinya berskala besar sehingga produk- produk PG memiliki jalur produksi sendiri. Ada 3 jenis item yang diproduksi di PG line yaitu: a. Vicks Formula 44, dengan tiga variannya yakni F44 adult, F44 anak-anak dan F44 DT Day Time. Masing-masing diproduksi dalam kemasan botol berukuran 27 ml, 54 ml dan 100 ml serta dalam kemasan sachet berukuran 7 ml khusus untuk F44 DT. b. Vicks Vaporub, yakni dalam kemasan ukuran 10 g dan 50 g. c. Vicks Inhaler. Kegiatan di jalur ini menggunakan sistem produksi secara in line atau automatic line untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses produksi. Hal ini berarti proses dilakukan secara kontinu mulai dari pencampuran bahan awal, pengisian, pengemasan primer hingga ke pengemasan sekunder. Proses produksi ini berbeda dengan sebagian besar produk PRAFA yang mana setelah dilakukan pengemasan primer, produk harus dikirim dahulu ke divisi pengemasan sentral untuk dilakukan pengemasan sekunder.

3.2.5 Pengemasan SentralCentral Packaging

Secara garis besar, ada dua tahap proses pengemasan yakni pengemasan primer dan pengemasan sekunder. Di PRAFA, pengemasan primer dilakukan oleh masing-masing divisi produksi baik di ruangan grey area atau white area tergantung pada bentuk sediaan produk, sedangkan pengemasan sekunder dilakukan secara terpusat di divisi pengemasan sentral, setelah seluruh produk dikemas dalam kemasan primer. Universitas Sumatera Utara 24 Divisi pengemasan sentral dibagi lagi menjadi 3 area yaitu pengemasan produk non betalaktam, pengemasan produk betalaktam dan produk cephalosporin. Divisi ini dipimpin oleh seorang supervisor yang membawahi section head, group leader dan line leader. Tahapan pengemasan yaitu: a. Persiapan bahan kemas dengan meminta bahan pengemas master box, primary box, label serta leaflet dari gudang bahan kemas serta melakukan coding. b. Pengemasan produk ruahan dari semua divisi produksi. Pengemasan yang dilakukan disesuaikan dengan jenis produk dalam kemasan botol, vial, strip, sachet, blister, ampul dari primary box sampai master box. Setelah selesai pengemasan, produk jadi produk ruahan yang sudah dikemas sekunder dikirim ke gudang obat jadi. Secara garis besar, divisi pengemasan sentral melakukan dua kegiatan utama yakni coding dan secondary packaging. Alur prosesnya dimulai ketika departemen PPIC mengeluarkan MO, MRD dan PDRS beserta jadwal kegiatan guna dilakukan pengemasan sekunder. MRD terkait juga akan diberikan ke bagian gudang bahan kemas paling lambat tiga hari sebelum jadwal pengemasan yang telah ditentukan H-3. Pada H-2, gudang akan mengirimkan bahan kemas sekunder beserta MI terkait ke divisi pengemasan sentral. Setelah itu, pada hari H- 1 baru dilakukan coding yang meliputi penomoran bets, manufacturing date, expired date, dan harga eceran tertinggiHET pada kemasan sekunder box, label, master box dengan menggunakan mesin coding. Untuk menghindari terjadinya kesalahan coding maka proses diawali terlebih dahulu dengan coding satu buah kemasan kemudian diverifikasi dan ditandatangani oleh group leader, petugas QA inspector dan operatornya. Bila tahapan ini sudah selesai dan tidak terjadi masalah, proses coding baru dapat dilanjutkan untuk semua kemasan. Setelah selesai, hasil coding ini lalu dimasukkan ke dalam suatu kotak penyimpanan terkunci. Pada H-0, pengemasan sekunder dimulai dan dilakukan berdasarkan PDRS Packaging Direction Record Secondary. Setiap kali sebelum pengemasan sekunder dikerjakan, selalu dilakukan penyiapan jalurline clearance terlebih dahulu baru dilanjutkan dengan proses penyortiran untuk memisahkan produk-produk yang tidak memenuhi persyaratan Universitas Sumatera Utara 25 untuk dikemas sekunder. Produk yang tidak memenuhi syarat ini lalu dicatat dan dilaporkan kepada supervisor pengemasan sentral, yang kemudian akan mengembalikan produk tersebut ke divisi kemas primer bersangkutan untuk dilakukan pengemasan ulang. Selama pengemasan sekunder berlangsung, juga dilakukan IPC internal setiap jamnya dan inspeksi akhir oleh petugas QA inspector baru dilakukan setelah proses pengemasan sekunder selesai sebelum masuk master box. Setelah itu dilakukan penimbangan menggunakan alat timbang yang senantiasa diverifikasi setiap hari seperti yang terdapat dalam SOP dalam proses penimbangan tiap hari walau nomor betsnya sama. Untuk setiap batch produk operator membuat standar bobotbox dengan cara operator mengambil 10 box berikut isinya dan ditimbang, kemudian mengambil isinya dan menimbang kembali box-nya saja untuk mengetahui variasi berat box yang digunakan. Penyimpangan penimbangan master box ini tidak boleh lebih dari berat ½ unit primary box. Setelah tahapan ini selesai, divisi pengemasan sentral akan membuat dokumen Pengiriman Hasil ProduksiPHP untuk kemudian diserahkan ke gudang obat jadi dan dimasukkan datanya ke dalam stok gudang di sistem informasi ERIC. Hingga tahapan ini, produk jadi tersebut belum dinyatakan released atau dalam status karantina dengan penempelan label karantina pada setiap palet oleh pihak QAQC sampai semua dokumen lengkap yang terkait dengan produk ini telah terkumpul dan tidak ada laporan penyimpangan yang signifikan. Alur proses pengemasan sentral dapat dilihat pada Lampiran 12.

3.3 Departemen Quality AssuranceQuality Control QAQC