Pencegahan menurunnya kualitas lingkungan, melalui upaya perbaikan

memiliki masyarakat terhadap organisasi BKM juga menunjukkan hasil yang kurang maksimal. Tabel 4.45 memperlihatkan responsi responden berada pada skor rata-rata 2,75 dengan kriteria Sedang. Belum maksimalnya kelembagaan BKM yang terbentuk dalam menjalankan tugas dan fugsinya turut mempengaruhi tingkat kesadaran masyarakat untuk berperan aktif dalam setiap proses pelaksanaan P2KP yang selama penelitian berlangsung dapat disimpulkan masih belum maksimal.

10. Pencegahan menurunnya kualitas lingkungan, melalui upaya perbaikan

prasarana dan sarana dasar lingkungan. Efektivitas pelaksanaan P2KP terhadap pencegahan menurunya kualitas lingkungan melalui upaya perbaikan prasarana dan sarana lingkungan telah dapat dirasakan oleh masyarakat miskin seperti yang telah dideskripsikan pada pembahasan sebelumnya. Selama berlangsungnya pelaksanaan P2KP di Kelurahan Lubuk Pakam I-II sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 diketahui telah terbentuk 29 KSM dari keseluruhan KSM yang berjumlah sebanyak 45 KSM. Sasaran utama kegiatan Daya Lingkungan ditujukan untuk perbaikan sarana dan prasarana dasar lingkungan seperti perbaikan rabat beton jalan gang, rehab rumah miskin, pembuatan sumur bor, MCK umum, perbaikan titi jalan, pembuatan tempat sampah dan lain sebagainya. Dengan demikian pelaksanaan kegiatan P2KP di bidang Daya Lingkungan memberikan manfaat yang lebih baik ketimbang pelaksanaan kegiatan lainnya seperti yang telah dijelaskan pada point b di atas. Analisis deskriptif berkenaan dengan pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP yang di tinjau dari 4 dimensi yaitu input, proses, ouput dan outcomes pada Tabel 4.40 diketahui skor rata-rata responsi responden terhadap 19 item pertanyaan adalah 3,14 dan berada pada kriteria Universitas Sumatera Utara Sedang, dan berdasarkan penentuan kriteria hasil skor dengan menggunakan skala interval maka diketahui responsi responden yang paling tinggi adalah berkenaan dengan pemahaman responden terhadap kedudukan masyarakat sebagai subyek sekaligus obyek dalam pelaksanaan P2KP yaitu bernilai 4,23 dan berada pada kriteria Sangat Baik Tabel 4.19 dan responsi responden yang paling rendah adalah berkenaan dengan tanggapan responden terhadap sasaran pelaksanaan kegiatan P2KP yaitu bernilai 2,56 dan berada pada kriteria Kurang Tabel. 4.23. Adapun responsi responden terhadap 12 item pertanyaan analisis deskriptif tentang pemberdayaan masyarakat miskin di Kelurahan Lubuk Pakam I-II, diketahui rata-rata skor jawaban responden adalah 3,06 dan berada pada kriteria Sedang. dan berdasarkan penentuan kriteria hasil skor dengan menggunakan skala interval maka diketahui responsi responden yang paling tinggi adalah berkenaan dengan tingkat kepedulian masyarakat untuk bekerja sama melalui pelaksanaan P2KP di Kelurahan Lubuk Pakam I-II yaitu bernilai 3,48 dan berada pada kriteria Baik Tabel 4.49, dan responsi responden yang paling rendah adalah berkenaan dengan manfaat pelaksanaan P2KP terhadap ketersediaan modal usaha masyarakat miskin yaitu bernilai 2,02 dan berada kriteria Kurang Tabel 4.43. Selama berlangsungnya pelaksanaan P2KP di Kelurahan Lubuk Pakam I-II, terlihat turut memberikan pengaruh terhadap penurunan jumlah masyarakat miskin. Berdasarkan sajian pada Tabel 4.7 sebelumnya, diketahui rekapitulasi jumlah keluarga miskin dari tahun 2008 – 2010 mengalami penurunan seiring Universitas Sumatera Utara dengan bertambahnya jumlah rumah tangga yang mendiami Kelurahan Lubuk Pakam I-II. Pada tahun 2008 diketahui dengan jumlah sebanyak 1392 KK terdapat sebanyak 397 KK miskin atau 28,52 , sedangkan pada tahun 2009 terdapat 374 KK miskin atau 26,39 dari keseluruhan KK yang berjumlah 1417, dan pada tahun 2010 diketahui KK miskin berjumlah 327 KK atau 22,29 dari keseluruhan KK yang berjumlah sebanyak 1467 KK.

4.6. Analisis Dampak Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan

di Perkotaan P2KP terhadap Peningkatan Rata-rata Pendapatan Masyarakat Miskin di Kelurahan Lubuk Pakam I-II Pelaksanaan program P2KP merupakan suatu program yang mengedepankan pendekatan proses pembelajaran dan pemberdayaan kepada warga masyarakat miskin. Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP dirancang sebagai salah satu media atau wadah bagi masyarakat miskin untuk terus belajar dan berusaha. Kondisi demikian diharapkan dapat menciptakan masyarakat miskin yang semakin mampu berdaya dan memberdayakan dirinya untuk dapat menjadi semakin mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada akhirnya tujuan dilaksanakan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan dapat terwujud, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan pendapatan masyarakat miskin di perkotaan. Sejalan dengan hal tersebut, maka penulis mencoba melakukan pengujian, apakah ada perbedaaan rata-rata pendapatan rumah tangga warga miskin di Kelurahan Lubuk Pakam I-II setelah pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP yang telah terlaksana sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2010. Universitas Sumatera Utara Adapun hasil data primer berkenaan dengan kategori tingkat pendapatan perbulan dari 77 tujuh puluh tujuh orang responden KK miskin sebelum 2007 dan sesudah 2010 pelaksanaan P2KP di Kelurahan Lubuk Pakam I-II dapat dilihar pada Tabel 4.54 berikut: Tabel 4.54. Kategori Tingkat Pendapatan per Bulan KK Miskin Sebelum 2007 dan Sesudah 2010 Pelaksanaan P2KP No Kategori Pendapatan 2007 2010 1 2 3 4 5 Dibawah Rp. 500.000,- Rp. 500.000,- sd Rp. 750.000,- Rp. 750.000,- sd Rp. 1.000.000,- Rp. 1.000.000 sd Rp. 1.500.000,- Diatas Rp. 1.500.000,- 15 29 25 8 - 19,48 37,66 32,47 10,39 5 26 17 26 3 6,50 33,76 22,08 33,76 3,90 Jumlah 77 100,00 77 100,00 Sumber: Data Primer, 2010 Tabel 4.54 Memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan pendapatan KK miskin sebelum 2007 dan sesudah 2010 pelaksanaan P2KP di Kelurahan Lubuk Pakam I-II. Pada tahun 2007 sebagian besar KK miskin yaitu sebanyak 37,66 berada pada kategori pendapatan Rp. 500.000,- sd Rp. 750.000,- sedangkan pada tahun 2010 mengalami peningkatan dimana mayoritas KK miskin yaitu sebanyak 33,76 berada pada kategori pendapatan Rp. 1.000.000,- sd Rp. 1.500.000,-. Dari hasil olah data pendapatan responden sebelum dan sesudah pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP di Kelurahan Lubuk Pakam I-II melalui analisis uji beda rata-rata compare mean - t-test with Paired Universitas Sumatera Utara Two Sample for Means Data Berpasangan dengan menggunakan program SPSS 15 for Windows adapun hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.55 berikut: Tabel 4.55. Hasil Analisis Uji Beda Rata-rata Pendapatan No Item Analisis Hasil 1. 2. 3. 4. 5. 6. Rata-rata Pendapatan Tahun 2007 Rata-rata Pendapatan Tahun 2010 Observations Df t-test Sig Rp. 716.883,12 Rp. 941.558,44 77 76 9,01 0,000 Keterangan : Nyata pada α = 0,05 Sumber: Data Primer, 2010 Berdasarkan Tabel 4.55 diketahui nilai t-hitung sebesar 9,01 sedangkan nilai t-Tabel pada taraf nyata 5 dengan derajat kebebasan 76 adalah sebesar 1,99. Dengan demikian diketahui bahwa nilai t-hitung t-Tabel atau 9,01 1,99, berarti H o ditolak dan H 1 diterima yang artinya terdapat perbedaan secara signifikan pendapatan rata-rata rumah tangga miskin Kelurahan Lubuk Pakam I-II setelah pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP. Dalam hal signifikansi Universitas Sumatera Utara perbedaan ini, penulis menduga bahwa dengan terlaksananya Program P2KP di Kelurahan Lubuk Pakam I-II memberikan pengaruh terhadap peningkatan pendapatan masyarakat miskin. Dari hasil uji statistik diatas dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan keluarga tahun 2007 sebesar Rp. 716.883,12.- perbulannya dan setelah dilaksanakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP di Kelurahan Lubuk Pakam I-II pada tahun 2010 rata-rata pendapatan keluarga meningkat menjadi Rp. 941.558,44.- perbulannya atau bertambah sebesar Rp. 224.675,32. Berdasarkan hasil tersebut, dapat pula disimpulkan bahwa rata-rata peningkatan pendapatan keluarga miskin dari tahun 2007-2010 adalah sebesar 31,34 . Berdasarkan data BPS Kabupaten Deli Serdang diketahui Perkembangan laju inflasi Kabupaten Deli Serdang untuk tahun 2007-2010 masing-masing sebesar 8,55, 12,85, 6,46 dan 6,50. Inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2008 yang berada diatas dua digit disebabkan kebijakan pemerintah menaikan harga BBM dua kali dan tidak mulusnya program konversi minyak tanah ke gas, sehingga berakibat kepada kenaikan harga barang jasa dan hal ini turut mempengaruhi daya beli masyarakat terhadap tingkat pendapatan mereka. Bila dikaitkan rata pendapatan rumah tangga miskin sebelum 2007 dan sesudah 2010 pelaksanaan P2KP di Kelurahan Lubuk Pakam I-II terhadap tingkat inflasi tahun 2010 maka diketahui pendapatan riil rumah tangga miskin sebagai berikut: Rata-rata pendapatan sampel rumah tangga miskin per bulan sebelum 2007 pelaksanaan P2KP adalah sebesar Rp. 716.883,12.- sedangkan rata-rata pendapatan sampel rumah tangga miskin per bulan setelah 2010 pelaksanaan P2KP adalah sebesar Rp. 941.558,44.- dengan laju inflasi tahun 2010 sebesar 6,50, maka pendapatan riil rumah tangga miskin tahun 2010 terhadap rata-rata pendapatan rumah tangga miskin tahun 2007 dapat dicari dengan perhitungan sebagai berikut: P r2010 = P 2010 – P 2010 x Inf 2010 + P 2007 Dimana : Universitas Sumatera Utara P r2010 : Rata-rata peningkatan pendapatan riil tahun 2010 P 2010 : Ratar-rata pendapatan tahun 2010 P 2007 : Rata-rata pendapatan tahun 2007 Inf 2010 : Inflasi tahun 2010 P r2010 = Rp. 941.558,44 - Rp. 941.558,44 x 6,5 + Rp. 716.883,12 = Rp. 163.474,02.- Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diketahui peningkatan rata-rata pendapatan riil sampel rumah tangga miskin setelah 2010 pelaksanaan P2KP sebesar Rp. 163.474.02 atau 22,80 dari rata-rata sampel pendapatan rumah tangga miskin sebelum 2007 pelaksanaan P2KP di Kelurahan Lubuk Pakam I-II. Selanjutnya apabila rata-rata pendapatan keluarga miskin sebelum 2007 dan setelah 2010 pelaksanaan P2KP di Kelurahan Lubuk Pakam I-II diasumsikan dengan keadaan dimana masing-masing rumah tangga miskin tersebut terdiri dari 3 anggota keluarga maka diketahui perbandingan rata-rata pendapatan perkapita rumah tangga miskin perbulannya terhadap rata-rata pendapatan perkapita berdasarkan kriteria garis kemiskinan perbulannya yang ditetapkan BPS pada tahun 2007 dan tahun 2010 sebagai berikut: 1. Pada tahun 2007 diketahui rata-rata pendapatan perkapita rumah tangga miskin adalah Rp. 716.883,12.- 4 orang = Rp. 179.220,78.-blnorg dengan batas kriteria garis kemiskinan yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik BPS bulan Maret 2007 sebesar Rp. 166.697,-blnorg. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui selisih peningkatan pendapatan perkapita rumah tangga miskin perbulannya adalah Universitas Sumatera Utara sebesar Rp. 12.523,78orgbln atau 7,51 berada diatas batas kriteria kemiskinan BPS pada tahun 2007. 2. Sedangkan rata-rata pendapatan perkapita rumah tangga miskin perbulannya pada tahun 2010 adalah Rp. 941.558,44 .- 4 orang = Rp. 235.389.61,-blnorang dan bila dibandingkan dengan kriteria garis kemiskinan berdasarkan Badan Pusat Statistik BPS bulan Maret 2010 sebesar Rp. 211.726,- blnorg. Peningkatan pendapatan rata-rata perkapita rumah tangga miskin meningkat sebesar Rp.23.663,61.-blnorg atau meningkat sekitar 11,17 dari batas kriteria kemiskinan BPS pada tahun 2010. Berdasarkan asumsi gambaran analisis dampak rata-rata pendapatan masyarakat miskin di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pelaksanaan P2KP di Kelurahan Lubuk Pakam I-II dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 memberikan dampak terhadap peningkatan rata-rata pendapatan rumah tangga miskin sebesar 31, 34 , sedangkan bila dibandingkan dengan tingkat inflasi Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2010 sebesar 6,5 maka diketahui rata-rata peningkatan pendapatan rumah tangga miskin setelah pelaksanaan P2KP 2010 meningkat sebesar 22,80, selanjutnya apabila diasumsikan masing-masing rumah tangga miskin terdiri 4 empat orang maka diketahui rata-rata pendapatan perkapita rumah tangga miskin setelah 2010 pelaksanaan P2KP mengalami peningkatan sebesar 3,66 dibandingkan dengan rata-rata pendapatan perkapita rumah tangga miskin sebelum 2007 pelaksanaan P2KP di Kelurahan Lubuk Pakam I-II. Meskipun demikian peningkatan pendapatan perkapita masyarakat miskin tersebut tidak terlepas dari Universitas Sumatera Utara kontradiksi berbagai kebijakan pengentasan kemiskinan yang secara sporadis sedang berlangsung di Kelurahan Lubuk Pakam I-II dari tahun 2007 – 2010 seperti program Beras Raskin dan program Askeskin yang belum penulis teliti dikarenakan keterbatasan waktu.

4.7. Faktor Pendukung dan Penghambat Pemberdayaan Masyarakat Miskin

di Kelurahan Lubuk Pakam I-II

4.7.1. Faktor-faktor Pendukung

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan baik melalui proses wawancara dengan unsur yang terkait yang terlibat langsung dengan pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP, observasi lapangan, studi kepustakaan, maupun hasil pengolahan kuesioner yang diberikan kepada responden masyarakat miskin, adapun yang menjadi faktor-faktor pendukung bagi pemberdayaan masyarakat miskin melalui pelaksanaan P2KP di Kelurahan Lubuk Pakam I-II, yaitu sebagai berikut: 1. Tingkat Kesadaran dan Partisipasi Masyarakat Faktor pendukung utama dan terpenting dalam pemberdayaan masyarakat adalah berasal dari dalam diri masyarakat itu sendiri, terlebih-lebih bagi masyarakat miskin. Masyarakat harus mampu menumbuhkan kesadaran yang tinggi dalam diri mereka untuk serius dan aktif menjalankan dan tanggap dalam mengikuti setiap proses program pemerintah yang ditujukan langsung kepada mereka, termasuk halnya dalam pelaksanaan P2KP yang tujuan utamanya adalah sebagai sarana proses pembelajaran mayarakat untuk semakin berdaya dan mandiri yang diharapkan berdampak kepada peningkatan kesejahteraan mereka. Universitas Sumatera Utara Masyarakat harus mampu menggerakkan potensi yang ada dalam diri mereka secara penuh, meskipun dengan kondisi mereka yang serba kekurangan. Dengan kesadaran dan partisipasi masyarakat yang tingi untuk serius mengikuti dan melaksanakan semua tahapan didalam program P2KP baik itu dari perencanaan sampai dengan implementasi P2KP di lingkungan mereka, maka secara tidak langsung akan menjadi suatu proses yang dapat membentuk masyarakat menjadi semakin tanggap, peduli, beretos kerja yang tinggi, dan kuat dalam menjalani kehidupan untuk beranjak dari belenggu kemiskinan yang sedang dialami. Pada akhirnya keberdayaan masyarakat pun akan menjadi semakin kokoh dan harapan akan kemandirian masyarakat yang berkelanjutan dapat terwujud. Tabel 4.19 sebelumnya memperlihatkan bahwa, responsi responden terhadap kedudukan masyarakat sebagai subyek sekaligus obyek dalam pelaksanaan P2KP Sangat Baik dengan rata-rata skor 4,23, artinya masyarakat miskin memiliki kesadaran dan pemahaman akan kedudukan mereka dalam pelaksanaan P2KP. Meskipun demikian, upaya-upaya menggerakkan masyarakat agar mau berbuat perlu untuk terus ditingkatkan, seperti halnya dalam proses pendampingan kepada masyarakat miskin diharapkan mampu menggerakan kesadaran dan pemahaman masyarakat yang tinggi tersebut menjadi aksi yang menunjang proses pelaksanaan P2KP 2. Sosialisasi dan Pelatihan Program yang Tepat dan Terarah Untuk mendukung tingkat kesadaran dan partisipasi masyarakat didalam pelaksanaan P2KP di Kelurahan Lubuk Pakam I-II terhadap pemberdayaan Universitas Sumatera Utara masyarakat miskin, tidak terlepas dari faktor sosialisasipelatihan yang tepat dan terarah yang diberikan kepada mereka. Pemberian informasi yang jelas dan tepat kepada masyarakat akan menjadi faktor pendukung keberhasilan program pemberdayaan yang dijalankan. Masyarakat akan semakin mau berbuat dan berperan apabila tingkat pemahaman mereka terhadap maksud dan tujuan program tersebut sudah tinggi dan baik. Pelaksanaan sosialisasi yang tepat dan terarah pula harus pula didukung dengan SDM yang handal dari semua pihak yang terlibat didalam pelaksanaan program, baik dari Pemerintah Daerah, Konsultan dan Tim Fasilitator Kelurahan. Melalui sosialisasi yang tepat dan terarah diharapkan transformasi nilai-nilai pemberdayaan berupa rasa kepedulian, kemauan untuk berperan serta, kemandirian, etos kerja, kebersamaan dan lainnya sebagainya akan semakin tumbuh dan melekat didalam diri masyarakat itu sendiri, sehingga dapat menjadi daya dorong bagi masyarakat miskin untuk semakin berdaya. 3. Terbentuknya Kelembagaan Masyarakat yang Representatif Faktor pendukung dalam pemberdayaan masyarakat melalui P2KP di Kelurahan Lubuk Pakam I-II adalah terbentuknya kelembagaan yang representatif yaitu berupa BKM Badan Keswadayaan Masyarakat sebagai wadah yang mengakar didalam sendi-sendi kehidupan masyarakat. Dalam pelaksanaan P2KP, terbentuknya kelembagaan masyarakat yang representatif merupakan salah satu bagian dan tujuan program yang harus mampu untuk diwujudkan. Hal ini dimaksudkan agar disaat P2KP tidak lagi menjadi Universitas Sumatera Utara suatu kebijakan pemerintah yang diprogramkan atau dilaksanakan seperti pada saat sekarang ini, masyarakat telah mempunyai kekuatan partisipatif yang kokoh dari dalam diri mereka sendiri, sehingga pemberdayaan masyarakat dapat terus berjalan dan berkelanjutan. Oleh karena itu, melalui wadah atau kelembagaan yang dibentuk dengan berlandaskan prinsip DOUM Dari Oleh dan Untuk Masyarakat ini diharapkan dapat memainkan peran dan fungsinya dengan maksimal, untuk menampung segala aspirasi dan harapan masyarakat miskin terhadap permasalahan yang sedang dihadapi, dan mencari solusi dalam pemecahannya melalui pelaksanaan kegiatan dan sasaran program Tridaya daya lingkungan, daya ekonomi dan daya sosial dengan dasar rasa kepedulian bersama didalam masyarakat. Dukungan, kepedulian dan peran aktif masyarakat didalam kelembagaan ini sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan program secara berkelanjutan. 4. Perhatian Pemerintah Daerah dan Kelompok Peduli Lainnya Faktor pendukung selanjutnya adalah perhatian yang diberikan pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat miskin. Di dalam nuansa Otonomi Daerah, Pemerintah Daerah harus mampu memainkan peran yang lebih terhadap potensi- potensi yang ada di tengah-tengah masyarakat daerahnya. Pada dasarnya masyarakat memiliki kemauan yang kuat di dalam diri mereka untuk bangkit dari belenggu kemiskinan yang sedang dialami, namun tanpa didukung oleh keberpihakan Pemerintah maka perwujudan keinginan tersebut tidak dapat mudah terealisasi. Ketidakberdayaan masyarakat tidak terlepas dari ketiadaan akses Universitas Sumatera Utara terhadap sumber-sumber kebutuhan utama didalam hidup mereka, seperti rendahnya tingkat kepemilikan masyarakat, sarana dan prasarana lingkungan yang kurang memadai, asupan gizi yang rendah, ketidakmampuan masyarakat miskin terhadap akses pendidikan berakibat kepada kualitas SDM yang rendah, ketidakterampilan masyarakat yang sangat rendah yang berakibat kepada ketidakmampuan untuk berusaha dan bekerja, rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan yang lebih terjangkau dan lain sebagainya. Oleh karena itu berbagai sasaran kebijakan pemerintah yang dapat langsung menyentuh masyarakat kurang mampu atau miskin perlu untuk terus ditingkatkan, seperti halnya keberpihakan terhadap usaha-usaha kecil menengah yang ada ditengah- tengah masyarakat dengan kemudahan pemberian modal usaha dan kepedulian Pemerintah terhadap pemasaran hasil usaha-usaha kecil menengah tersebut. Begitu pula halnya dengan perhatian lebih yang turut diberikan oleh kelompok- kelompok peduli yang tumbuh dan berkembang ditengah-tengah masyarakat. Kepedulian yang mereka berikan untuk berperan aktif bersama-sama Pemerintah dalam menangani permasalahan kemiskinan memberikan andil yang sangat besar dalam upaya pengentasan kemiskinan yang ada ditengah-tengah masyarakat pada saat ini, misalnya kepedulian untuk membina generasi muda melalui organisasi- organisasi sosial kemasyarakatan yang ada.

4.7.2. Faktor-faktor Penghambat

Universitas Sumatera Utara Adapun yang menjadi faktor-faktor penghambat pemberdayaan masyarakat miskin melalui Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP di Kelurahan Lubuk Pakam I-II, yaitu: 1. Rendahnya Kualitas Sumber Daya Manusia SDM Rendahnya kualitas sumber daya manusia SDM merupakan faktor penghambat utama proses pemberdayaan masyarakat yang senantiasa menyertai berbagai kebijakan pemerintah dalam menanggulangi permasalahan kemiskinan. Seperti halnya pelaksanaan P2KP di Kelurahan Lubuk Pakam I-II, langkah- langkah dan upaya-upaya dalam proses pemberdayaan masyarakat pun sering terhambat dengan kondisi rendahnya sumber daya manusia tersebut. Kondisi ini diantaranya disebabkan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat dan belum maksimalnya kesadaran dan pemahaman kritis untuk bangkit dari lingkaran kemiskinan yang dialami mereka. Dalam hal rendahnya tingkat pendidikan masyarakat seperti terlihat sebelumnya pada Tabel 4.12, dimana data menunjukkan bahwa mayoritas pendidikan masyarakat miskin adalah tamatan SLTA sebanyak 46,75, tamatan pendidikan SLTP sebanyak 35,07, dan responden yang berpendidikan sebatas SD sebanyak 18,18. Tingkat pendidikan responden masih rendah ditandai dengan tidak terdapatnya satupun responden yang berpendidikan sampai dengan jenjang Perguruan Tinggi. Sedangkan dalam hal belum maksimalnya kesadaran dan pemahaman kritis masyarakat miskin untuk bangkit dari kemiskinan yang dialami disebabkan faktor tingkat kesejahteraan masyarakat yang masih rendah. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan uraian pada Tabel 4.8 sebelumnya diketahui mayoritas peduduk Kelurahan Lubuk Pakam I-II berada pada kategori Keluarga Sejahtera II yaitu keluarga yang berada pada kondisi dimana sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar dan kebutuhan sosio-psikologis, namun belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan hidup pendidikan lanjutanperguruan tinggi yang berjumlah sebanyak 674 KK disamping Kelurga pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I yang menjadi populasi penelitin ini yang berjumlah 327 KK miskin. Rendahnya sumber daya manusia yang dimiliki oleh masyarakat kurang mampumiskin sangat memberikan pengaruh terhadap keaktifan mereka untuk berperan serta dalam setiap proses pelaksanaan program, baik dari perencanaan maupun implementasi pelaksanaan P2KP. Kekurang aktif nya masyarakat untuk berperan serta dalam setiap proses pelaksanaan P2KP berakibat pada tidak optimalnya proses tranformasi nilai-nilai pemberdayaan yang diharapkan tumbuh dan berkembang dalam diri masyarakat seperti rasa kepedulian masyarakat, kemauan untuk berbuat dan berperan serta, kemandirian, etos kerja, kebersamaan dan lainnya sebagainya. Oleh karena itu proses sosialisasi pemberdayaan harus senantiasa dilakukan secara intensif dan berkelanjutan kepada mereka masyarakat yang tergolong kurang mampumiskin. Kualitas sumber daya manusia yang masih rendah tidak hanya dialami oleh masyarakat kurang mampumiskin yang menjadi sasaran pemberdayaan dalam pelaksanaan P2KP, namun acap kali dialami oleh pengurus BKM selaku wadah pelaksana dan ujung tombak kegiatan P2KP. Berdasarkan Tabel 4.13 tentang Universitas Sumatera Utara profil BKM Pakam Bersinar di Kelurahan Lubuk Pakam I-II diketahui bahwa masyoritas pengurus BKM berpendidikan sampai SLTA sederajat termasuk di dalamnya pengurus inti BKM yang terdiri dari Koordiator, UPL, UPK dan UPS. Meskipun terdapat 2 dua pengurus BKM yang berpendidikan sampai ketingkat Sarjana S1, namun kedudukan mereka hanya sebatas anggota. Dari segi implementasi pelaksanaan tugas dan fungsinya, berdasarkan observasi yang penulis laksanakan selama penelitian terkesan BKM yang terbentuk menjadi sebatas simbol kelembagaan masyarakat yang melaksanakan kegiatan P2KP, akibatnya proses-proses pemberdayaan terhadap masyarakat pun tidak dapat berjalan dengan maksimal melalui lembaga ini. Seyogianya kepengurusan BKM jauh-jauh hari sebelumnya telah mendapatkan porsi lebih terhadap pelatihan-pelatihan dan pemahaman-pemahaman mengenai proses pemberdayaan masyarakat dari Tim Fasilitator Kelurahan dan Konsultan yang ditugaskan. Namun dalam kenyataan yang terlihat dilapangan bahwa keberhasilan BKM melalui pendampingan yang dilakukan oleh Tim Fasilitator Kelurahan lebih didominasi pada kemampuan BKM untuk menyusun proposal rencana kegiatan dan laporan-laporan pelaksanaan kegiatan ketimbang kemampuan lembaga ini untuk memberdayakan masyarakat agar semakin tanggap, aktif, dan peka terhadap masalah kemiskinan yang sedang mereka alami. Akibatnya, kemampuan lembaga ini dalam memanfaatkan seluruh potensi-potensi yang ada didalam masyarakat untuk secara bersama-sama mencari solusi terhadap permasalahan yang ada ditengah-tengah kehidupan masyarakat tidak berjalan dengan optimal. Universitas Sumatera Utara 2. Faktor Ekonomi dan Ketidaktersediaan Modal Untuk Pengembangan Usaha Masalah pemberdayaan masyarakat miskin sering kali terhambat oleh faktor ekonomi dan ketidak tersediaan modal dalam pengembangan usaha mereka. Terlebih-lebih bagi masyarakat miskin di perkotaan yang baru pertama kali mencari peluang dengan membuka usaha, tanpa ada ketersediaan modal yang memadai maka peluang berusaha untuk bersaing dengan usaha-usaha lain yang telah berdiri dan berkembang jauh-jauh hari sebelumnya akan sulit untuk diimbangi. Oleh karena itu, dukungan Pemerintah untuk membantu ketersediaan modal usaha bagi masyarakat lemah sangat diharapkan disamping faktor kemauan dan keterampilan masyarakat tersebut dalam mengembangkan peluang usaha yang mempunyai daya saing dan berproduktivitas. Berdasarkan data pada Tabel 4.43 sebelumnya, diketahui responsi responden berkenaan dengan manfaat P2KP terhadap ketersediaan modal usaha masyarakat miskin merupakan responsi responden yang paling terendah dalam penelitian ini, yaitu bernilai 2,02 dan berada kriteria Kurang berdasarkan penentuan skor dengan skala interval. Artinya, banyak masyarakat miskin yang berharap mendapatkan bantuan modal usaha melalui pelaksanaan P2KP namun tidak dapat direalisasikan dikarenakan ketidak tersediaan dana dan perencanaan kegiatan P2KP oleh BKM yang cenderung kepada pelaksanaan kegiatan Daya Lingkunganfisik semata. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dengan telah selesainya penelitian yang dilaksanakan dan didasarkan kepada rumusan masalah dan kerangka penelitian, maka dapat penulis kemukakan kesimpulan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP

Dokumen yang terkait

Analisis Perubahan Tutupan Lahan Kota Lubuk Pakam Antara Tahun 2012 Dengan 2015

3 63 68

Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) (Studi Pada Kelurahan Rambung, Kecamatan Padang Hilir, Kota Tebing Tinggi ).

3 59 97

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat –Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (PNPM-P2KP) Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kelurahan Sidikalang Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi

1 51 128

Pengaruh Pelaksanaan Program Penaggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) Oleh Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Terhadap Pemberdayaan Masyarakat (Studi Pada Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal)

1 41 126

Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP)(Studi Pada Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli )

6 52 86

Respon Masyarakat Terhadap Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) Di Kelurahan Pekan Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang

1 39 127

Analisis Zat Pewarna Pada Minuman Sirup Yang Dijual Di Sekolah Dasar Kelurahan Lubuk Pakam III Kecamatan Lubuk Pakam

0 31 78

Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2kp) Di Kecamatan Medan Maimun

2 47 125

Penanggulangan Gizi Buruk Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang

2 77 121

Upaya pemberdayaan masyarakat miskin melalui Program Penanggulangan Kamiskinan Di Perkotaan (P2KP) : studi kasus di BKM Bimas Kelurahan Pajang-Benda Kota Tangerang

6 69 112