rupa hingga menjadi suatu metode pemberdayaan masyarakat miskin yang konsepsional.
Ketiga, tidak hanya tercermin adanya sejumlah bantuan dana untuk sasaran operasional P2KP yaitu keluarga-keluarga miskin atau kelompok sosial yang dinilai
layak mendapat bantuan, tetapi tercermin juga adanya bantuan teknis untuk mendukung proses pengelolaan usaha oleh keluarga atau kelompok sosial tersebut.
Dengan ketiga cerminan konsep yang terpapar di atas, maka metode pelaksanaan P2KP dapat dianggap sudah konsepsional, dan dapat dipandang sebagai
factor antecedent yang mendahului bagi peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja keluarga miskin di wilayah Kelurahan Lubuk Pakam I-II.
2.3. Pengertian Kemiskinan
Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu kala. Pada masa lalu umumnya masyarakat miskin disebabkan bukan karena kekurangan pangan, tetapi
miskin dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran kehidupan modern pada masa kini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan
kesehatan dan kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia pada zaman modern. Menurut Usman 2008: 133 yang menyatakan bahwa “kemiskinan yang terjadi
di perkotaan diakibatkan para golongan atas yang sering melakukan manipulasi dan memonopoli proses industrialisasi dengan mengatur strategi untuk memanfaatkan
subsidi pemerintah sehingga kesenjangan sosial semakin melebar”. Banyak pendapat dikalangan para pakar ekonomi mengenai pengertian dan
klasifikasi kemiskinan ini. Pakar ekonomi melihat kemiskinan secara global, yakni
Universitas Sumatera Utara
kemiskinan massalkolektif, kemiskinan musiman cyclical, dan kemiskinan individu. Kemiskinan kolektif dapat terjadi pada suatu daerah atau negara yang mengalami
kekurangan pangan. Kebodohan dan eksploitasi manusia dinilai sebagai penyebab keadaan itu. Kemiskinan musiman atau periodik mana kala daya beli masyarakat
menurun atau rendah. Sedangkan kemiskinan individu dapat terjadi pada setiap orang, terutama kaum cacat fisik atau mental, anak-anak yatum dan kelompok usia lanjut.
Kemiskinan dapat dibedakan menjadi 3 tiga pengertian; kemiskinan absolute, kemiskinan relative, dan kemiskinan cultural. Seseorang termasuk kemiskinan absolute
apabila hasil pendapatannya berada dibawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum; pangan, sandang, papan, kesehatan,
pendidikan. Seseorang yang tergolong miskin relative sebenarnya telah hidup diatas garis kemiskinan namun masih berada dibawah kemampuan masyarakat sekitarnya.
Sedangkan miskin kultur berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada
usaha dari pihak lain yang membantunya. David dalam Suharto 2006: 132-133 membagi kemiskinan dalam beberapa
dimensi yaitu: a.
Kemiskinan yang diakibatkan globalisasi. Globalisasi menghasilkan pemenang dan yang kalah. Pemenang umumnya negara-negara maju. Sedangkan negara-
negara berkembang seringkali semakin terpinggir oleh persaingan pasar bebas yang merupakan prasyarat globalisasi.
Universitas Sumatera Utara
b. Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan. Kemiskinan subsisten
kemiskinan akibat rendahnya pembangunan, kemiskinan pedesaan kemiskinan akibat peminggiran pedesaan dalam proses pembangunan. Kemiskinan perkotaan
kemiskinan yang disebabkan oleh hakekat dan kecepatan pertumbuhan perkotaan.
c. Kemiskinan sosial. Kemiskinan yang dialami oleh perempuan, anak-anak,
kelompok minoritas. d.
Kemiskinan konsekuensial. Kemiskinan yang terjadi akibat kejadian-kejadian lain atau faktor-faktor eksternal diluar si miskin, seperti konflik, bencana alam,
kerusakan lingkungan, dan tingginya jumlah penduduk. Pendapat lain diutarakan oleh Elis dalam Suharto 2006: 133 yaitu dimensi
kemiskinan menyangkut aspek ekonomi, sosial, politik, sosial psikologis. Secara ekonomi, kemiskinan dapat didefinisikan sebagai kekurangan sumber daya yang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan sekelompok orang.
Berdasarkan data BPS 2010 disebutkan bahwa kategori miskin adalah mereka masyarakat dengan tingkat pengeluaran perkapita perbulan sebesar Rp. 211.726,-
atau sekitar Rp. 7.000,- per hari. Jumlah ini meningkat dibandingkan kategori miskin tahun 2009 per Maret yang tercatat sebesar Rp. 200.262,-. Penetapan kategori miskin
ini didasarkan pada metode yang diukur dengan konsep kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan pokok atau nasi.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat Miskin