COST OF REVENUE US120,000 Facilities Agreement continued

PT ADARO ENERGY Tbk DAN ENTITAS ANAKNYAAND ITS SUBSIDIARIES Lampiran 593 Schedule CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN PADA TANGGAL DAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2016 DAN 2015 Dinyatakan dalam ribuan Dolar AS, kecuali dinyatakan lain NOTES TO THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS AS AT AND FOR THE YEARS ENDED 31 DECEMBER 2016 AND 2015 Expressed in thousands of US Dollars, unless otherwise stated

33. PERPAJAKAN lanjutan

33. TAXATION continued

b. Pajak yang bisa dipulihkan kembali

lanjutan

b. Recoverable taxes continued

Secara terpisah pada bulan Juni 2006, KESDM menyerahkan urusan piutang atas royalti ini kepada Panitia Urusan Piutang Negara “Panitia” guna menagih kekurangan pembayaran royalti sebagaimana yang dimaksud diatas. Pada bulan Juli 2007, Panitia menerbitkan surat tagihan pembayaran royalti kepada Adaro. Karena ini merupakan permasalahan industri pertambangan batubara, tagihan pembayaran yang serupa telah dikeluarkan oleh Panitia kepada perusahaan batubara generasi pertama lainnya. Pada bulan September 2007, Adaro menggugat Panitia di Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta. Pada bulan September 2007, Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta mengeluarkan putusan yang melarang Panitia untuk mengambil langkah- langkah administratif lebih lanjut terhadap permasalahan ini sampai adanya putusan final yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Pada tanggal 15 Februari 2008, Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta mengabulkan gugatan Adaro. Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta menguatkan putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta pada tanggal 1 Juli 2008. Pada tanggal 22 Juli 2009, pada tahap kasasi, Mahkamah Agung Indonesia memutuskan untuk menguatkan putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta. Pada tanggal 29 Januari 2010, Panitia memohon Peninjauan Kembali atas putusan Mahkamah Agung tersebut. Separately in June 2006, the MoEMR granted authority to the Committee for State Claim Affairs the “Committee” to pursue the alleged underpayment of royalties on its behalf. In July 2007, the Committee issued a demand for payment to Adaro. As this is an industry-wide problem, similar demands were made by the Committee to other first-generation coal companies. In September 2007, Adaro filed an objection with the Jakarta Administrative Court against the Committee. In September 2007 the Jakarta Administrative Court granted an order restricting the Committee from taking any further administrative steps on the issue until a final and binding judgement is made. On 15 February 2008, the Jakarta Administrative Court issued a decision in favour of Adaro. The Jakarta Administrative High Court concurred with the Jakarta Administrative Court on 1 July 2008. On 22 July 2009, on cassation, the Supreme Court concurred with the decision of the Jakarta Administrative High Court. On 29 January 2010, the Committee filed a civil review Peninjauan Kembali against the decision of the Supreme Court. Pada tanggal 31 Januari 2011, Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta menyampaikan kepada Adaro putusan Peninjauan Kembali, dimana Mahkamah Agung melalui putusan No. 47PKTUN2010 tertanggal 20 Juli 2010 menolak permohonan Peninjauan Kembali dari Panitia. Keputusan Mahkamah Agung tersebut sudah final dan mempunyai kekuatan hukum yang tetap. On 31 January 2011, the Jakarta Administrative Court informed Adaro that the civil review Peninjauan Kembali had passed judgement, where the Supreme Court by its decision No.47PKTUN2010 dated 20 July 2010 had rejected the request for civil review Peninjauan Kembali by the Committee. The Supreme Court decision is therefore final and binding. PT ADARO ENERGY Tbk DAN ENTITAS ANAKNYAAND ITS SUBSIDIARIES Lampiran 594 Schedule CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN PADA TANGGAL DAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2016 DAN 2015 Dinyatakan dalam ribuan Dolar AS, kecuali dinyatakan lain NOTES TO THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS AS AT AND FOR THE YEARS ENDED 31 DECEMBER 2016 AND 2015 Expressed in thousands of US Dollars, unless otherwise stated

33. PERPAJAKAN lanjutan

33. TAXATION continued

b. Pajak yang bisa dipulihkan kembali

lanjutan

b. Recoverable taxes continued

Pada tahun 2008, Pemerintah melalui Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan “BPKP” memulai pemeriksaan untuk menyelesaikan permasalahan kompensasi PPN yang telah dikompensasikan dengan utang royalti dari tahun 2001 sampai dengan 2007. Pada bulan September 2008, dengan itikad baik, Adaro telah menempatkan deposito sejumlah Rp150 miliar kepada Pemerintah untuk menunjukkan kesediaan Adaro untuk membayar jumlah yang belum dibayar yang ditentukan dengan layak sehubungan dengan masalah ini “Deposit”. In 2008, the Government through the Financial and Development Supervisory Board “BPKP”, commenced an audit to resolve the dispute on the offsetting of claims for recoverable VAT paid against royalties payable for the fiscal years from 2001 to 2007. In September 2008, in good faith, Adaro placed a deposit amounting to Rp150 billion with the Government to signify its willingness to pay any duly determined unpaid amounts in relation to the dispute the “Deposit”. Pada bulan Agustus 2009, BPKP melanjutkan pemeriksaan sehubungan dengan PPN yang telah dibayar dan jumlah yang dikompensasikan terhadap utang royalti dan pajak penjualan untuk tahun pajak sebelum tahun 2001, dan juga tahun pajak 2008 sampai 2012. In August 2009, BPKP continued its audit in relation to the VAT paid and the amount offset against royalties payable and sales tax for the fiscal years prior to 2001, as well as fiscal years 2008 to 2012. Pada tanggal 6 Desember 2012, Menteri Keuangan menerbitkan Peraturan No. 194.PMK.032012 “PMK 194” yang mengatur prosedur pemungutan, pembayaran dan pelaporan Pajak Penjualan dan perlakuan atas PPN danatau Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah ”PPnBM” untuk pemegang PKP2B generasi pertama termasuk Adaro. PMK 194 berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2013. PMK 194 mengatur bahwa pemegang PKP2B generasi pertama harus memungut, membayar, dan melaporkan pajak penjualan atas penggunaan jasa tertentu seperti yang dijabarkan pada peraturan terkait. PMK 194 juga mengatur bahwa PPN danatau PPnBM tidak dipungut pada saat penyerahan barang atau jasa kena pajak oleh pengusaha kena pajak kepada kontraktor, termasuk Adaro. On 6 December 2012, the Minister of Finance issued Regulation No. 194PMK.032012 “PMK 194” that governs procedures of collection, remittance and reporting of sales tax and the treatment of VAT andor Luxury Goods Sales Tax on the first generation CCA contractors, including Adaro. PMK 194 became effective on 1 January 2013. PMK 194 stipulates that the first generation of CCA contractors must collect, remit and report Sales Tax on the utilisation of particular services as listed in the regulation. PMK 194 also stipulates that the VAT andor Luxury Goods sales tax are not collected on the delivery of VAT-able goods andor services by a VAT-able Entrepreneur to the contractors, including Adaro. Manajemen berpendapat bahwa Undang- Undang pajak penjualan sudah tidak berlaku sehingga tidak ada hukum yang menjadi dasar Pemerintah untuk memberlakukan kembali pajak penjualan kepada Adaro, meskipun Pemerintah telah menerbitkan PMK 194. Karena alasan ini, manajemen berkeyakinan bahwa pajak penjualan saat ini tidak dapat dikenakan kepada Adaro. Management is of the opinion that the law “Undang-Undang” to impose sales tax had been repealed and there is no prevailing law that serves as valid legal basis for the Government to impose sales tax on Adaro, despite the fact that the Government had issued PMK 194. For this reason, management believes that sales tax cannot currently be legally imposed on Adaro.