juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar
utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi. Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia, pendidikan berarti proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Melihat
paparan di atas, maka yang di maksud dengan sistem pendidikan dapat diartikan sebagai suatu keseluruhan dari unsur-unsur pendidikan yang
berkaitan dan hubungan satu sama lain serta saling mempengaruhi, dalam satu kesatuan Ridlwan Nasir, 2005:28.
3. Pesantren
Pondok secara etimologis bisa diartikan asrama tempat santri. Sedangkan kata Pondok secara terminologis berarti tempat tinggal santri di
pesantren Abdul Mughits, 2008:153. Untuk menyebutkan asrama tempat belajar agama Islam. Sebenarnya bukan istilah asli Indonesia, tetapi
merupakan hasil penyerapan dari bahasa Arab funduk yang berarti pesanggrahan atau penginapan orang berpergian Karel A.Steen Brink,
1986:22. Sedangkan Pesantren secara etimologis berasal dari santri yang
mempunyai awalan pe dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri, Tempat pendidikan Islam ini juga berfungsi sebagai lembaga sosial
keaagamaan. Menurut KH. Zamakhsari Dhofier terdapat lima elemen dasar suatu lembaga pengajian dapat dikatakan sebagai pesantren yaitu,
kiai, santri, pondok, masjid, dan pengajaran kitab-kitab klasik Dhofier, 1983:44.
Secara umum pesantren atau pondok didefinisikan sebagai “lembaga pendidikan Islam dengan sistem asrama, kyai sebagai sentral figurnya dan
masjid sebagai titik pusat yang menjiwainya.” Sebagai lembaga yang mengintegrasikan seluruh pusat pendidikan, pendidikan pesantren bersifat
total, mencakup seluruh bidang kecakapan anak didik; baik spiritual intelektual, maupun moral-emosional.
4. KH. Abdul Wahid Hasyim 1914-1953
KH. Abdul Wahid Hasyim adalah putra dari pasangan KH. M. Hasyim Asy’ari-Nyai Nafiqah binti Kiai Ilyas Madiun yang dilahirkan
pada Jum’at legi, 5 Rabi’ul Awal 1333 H.1 Juni 1914 M. Tahun 1929 saat umurnya 15 tahun beliau baru mengenal huruf latin. Dengan mengenal
huruf latin,
semangat belajarnya
semakin bertambah.
Dia juga
berlangganan koran dan majalah, baik yang berbahasa Indonesia maupun Arab. Wahid Hasyim mulai belajar Bahasa Belanda ketika berlangganan
majalah tiga bahasa, ”Sumber Pengetahuan” Bandung. Tetapi dia hanya mengambil dua bahasa saja, yaitu Bahasa Arab dan Belanda.
Pada tahun 1932, ketika umurnya baru 18 tahun, Wahid Hasyim pergi ke tanah suci Mekkah bersama sepupunya, Muhammad Ilyas. Sepulang
dari tanah suci, KH. Wahid Hasyim membantu ayahnya mengajar di pesantren dan terjun ke tengah-tengah masyarakat. Pada tahun 1936, Kiai
Wahid mendirikan Ikatan Pelajar Islam yang kemudian diikuti dengan pendirian taman bacaan perpustakaan yang menyediakan lebih dari