pada satu titik, yaitu Sultan Brawijaya V, yang menjadi salah satu raja Kerajaan Majapahit. Sultan Brawijaya V ini juga dikenal dengan sebutan
Lembu Peteng Amin, 2010:65. Ketika menginjak usia 25 tahun, KH. Abdul Wahid mempersunting
gadis bernama Solichah, putri KH. Bisri Syansuri, yang pada waktu itu baru berusia 15 tahun. Pasangan ini dikarunai enam anak putra, Putra-putri
KH.Abdul Wahid Hasyim kemudian tumbuh dan berkembang menjadi tokoh dan miniatur dari Indonesia dengan lingkungan yang berbeda-beda,
putra Pertama, Abdurrahman Wahid Gus Dur adalah salah satu mantan presiden RI yang ke-4, sosoknya yang penuh kontroversi. Kedua, Aisyah
Hamid Baidlowi menjadi politisi Partai Golkar. Ketiga, KH Salahuddin Wahid penjelajah lintas ilmu disiplin ilmu dan aktivis HAM dan kini
menjadi pengasuh pondok pesantren Tebuireng. Keempat dr. umar Wahid seorang dokter professional murni. Kelima, Lily Chotijah Wahid kini
menjadi anggota legeislatif dari PKB Risalah, 1430 H:77.
Silsilah KH.Wahid Hasyim KPG Tempo, 2011:35, Bakar,2011, Zuhri,2010:181
Jaka Tingkir 1578 Jaka Tarub I
Pengeran Benawa Jaka Tarub II
Pangeran Sambo Kiai Ageng Ketis
Ahmad Kiai Ageng Saba
Abdul Jabar Kiai Ageng Solo
Sichah Kiai Ageng Pemanahan
Fatimah
Abdurrahman 1939-2009 Lajjinah
Penembahan Senopati Pangeran Kajuran
Markinah Kh.Hasbullah
Kiai Ilyas
Nafiqoh1939
Salahuddin M.Qolyubi
M. Ilyas 1911-1970 Zahro
Wiwiek Zakiah Maftuh Basyumi
Nyai Halimah 1851
Kh.Hasyim Asya’ri 1871-1947
Aisyah Kh A.Wahid Hasyim1914-1953
Umar Hasyim Lily Wahid
M. Hasyim Sholihah 1924-1994
Kh. Abdul Wahab 1888-1971
Siti Khotijah Kh.Bisri Samsuri 1887-1980
BRAWIJAYA VI 1478-1498
K. Usman
K.Asya’ri
3. Kiprah Masuk Organisasi Sosial Kemasyarakatan a. Membentuk Ikatan Pelajar-Pelajar Islam
Pada tahun 1936, KH. Abdul Wahid Hasyim mendirikan IKPI Ikatan Pelajar-Pelajar Islam dengan dia sendiri sebagai pimpinannya.
Dalam organisasi ini dia menyediakan taman bacaan dengan lebih dari 500 kitab bacaan untuk anak-anak dan pemuda, yang berbahasa
Indonesia, Jawa, Sunda, Madura, Belanda dan Inggris. Organisasi ini juga berlangganan majalah dan surat kabar. Perlu dicatat, organisasi ini
tidak hanya berisi santri tetapi juga pelajarnya pernah belajar di HIS dan MULO Bakar, 2011:172-173.
KH. Abdul Wahid Hasyim juga melakukan gerakan ’terpelajar’ yakni melakukan perjuangan yang sesuai dengan zaman yaitu dengan
melakukan mogok, agitasi, menerbitkan surat kabar, berorganisasi dan propaganda. KH. Abdul Wahid Hasyim melihat, kelompok mahasiswa,
pelajar, santri dan pemuda sangat penting dalam memerankan perjuangan. Kharakter ’terpelajar’ sangat penting untuk dijadikan alat
perjuangan. Apalagi dalam era global sekarang ini, perjuangan yang dilakukan tidak lagi menggunakan senjata, namun menggunakan
ideologi, pengetahuan dan strategi.
b. Nahdlatul Ulama
Nahdlatul Ulama merupakan organisasi sosial keagamaan yang didirikan pada bulan januari, tanggal 31 tahun 1826 oleh beberapa Kiai
tradisional dan usahawan Jawa timur. Pembentukannya sering kali dijelaskan sebagai reaksi defensif terhadap berbagai aktivitas kelompok
reformis Bruinessen, 2004:13 salah satu pendirinya adalah KH. Hasyim Asya’ri bapaknya KH. Abdul Wahid Hasyim, secara tidak
langsung KH. Abdul Wahid Hasyim punya tiket istimewa kalau ingin masuk Nahdlatul Ulama, sebab secara langsung KH. Abdul Wahid
Hasyim punya hubungan emosional dan kekerabatan. Akan tetapi KH. Abdul Wahid Hasyim tidak serta merta langsung masuk organisasi. Ia
tinggalkan perasaan dan pertimbangan keturunan, sebab ia punya pandangan lain, yaitu :
1 Keberhasilan NU mengembangkan organisasi dalam singkat dan meliputi daerah secara luas.
2 Anggotanya punya mentalitas tinggi, meski tidak punya kaum pelajar yang banyak.
3 NU memperhatikan pelaksaan ajaran-ajaran Islam. 4 Adanya ulama yang terus menjaga ajaran Islam.
Faktor kiai
yang dulunya
dianggap sebagai
penghambat keberhasilan NU, justru menjadi kunci keberhasilanya. Pada tahun 1938
Wahid Hasyim banyak mencurahkan waktunya untuk kegiatan-kegiatan NU.
Jabatan pertama Wahid Hasyim ditunjuk sebagai sekretaris pengurus Ranting Cukir Tebuireng, lalu menjadi anggota pengurus
Cabang Jombang. Kemudian untuk selanjutnya Wahid Hasyim dipilih sebagai anggota Pengurus Besar NU di wilayah Surabaya Bakar,
2011:173. Hingga kemudian pada tahun 1940 dipilih menjadi anggota PBNU bagian Ma’arif pendidikan. Dari sinilah, perjuangan di NU
mulai banyak peningkatan sampai akhirnya pada tahun 1946 KH.