diarahkan cara membacanya tetapi dapat di evaluasi perkembangan kemampuan membaca kitab.
Sistem sorogan ini terbukti sangat efektif sebagai
taraf pertama bagi seorang murid yang bercita-cita menjadi seorang alim. Sistem
ini memungkinkan seorang guru mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang murid dalam menguasai bahasa
Arab. Dalam metode sorogan, santri membaca kitab kuning dan memberi makna sementara guru mendengarkan sambil memberi catatan,
komentar, atau bimbingan bila diperlukan. Akan tetapi, dalam metode ini, dialog antara guru dengan murid belum tentu atau tidak terjadi.
Metode sorogan, diduga sangat kuat merupakan tradisi pesantren, mengingat sistem pengajaran di pesantren memang secara keseluruhan.
Hal ini lagi-lagi menunjukkan ciri khas pondok pesantren dengan mempertahankan tradisi warisan masa lalu yang cukup jauh.
c. Metode Bahtsul Masa`il
Metode Bahtsul Masa`il merupakan pertemuan ilmiyah, yang membahas masalah diniyah, seperti ibadah, aqidah dan masalah agama
pada umumnya. Metode ini sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan metode musyawarah. Hanya bedanya, pada metode Bahtsul Masa`il
pesertanya adalah para kyai atau para santri tingkat tinggi. Dalam forum ini, para santri biasanya membahas dan mendiskusikan suatu kasus di
dalam masyarakat sehari-hari untuk kemudian dicari pemecahanannya secara fiqih yurisprudensi Islam. Pada dasarnya santri tidak hanya
belajar memetakan dan memecahkan suatu permasalahan hukum yang
perkembang dimasyarakat, namun dalam forum ini para santri juga belajar berdemokrasi dengan menghargai pluralitas pendapat yang
muncul dalam forum Dian Nafi’ dkk, 2007:69.
d. Metode Musyawaroh
Metode musyawaroh ini pertama kali di lakukan oleh Hadhratusy Syaikh Hasyim Asy’ari. Dan metode musyawarah banyak dijumpai di
pondok pesantren salafiyah. Metode ini dilaksanakan dalam rangka pendalaman atau pengayaan materi-materi yang sudah dipelajari santri
kitab-kitab kuning. Yang menjadi ciri metode ini, santri dan guru biasanya terlibat
debat dalam sebuah
forum perdebatan
untuk memecahkan masalah yang ada. Dalam musyawarah ini santri
diperkenankan berdebat secara babas asal tetap memiliki kerangka acuan yakni kitab-kitab utama Ali Yahya, 2007:16.
Kegiatan musyawarah adalah merupakan aspek dari proses belajar dan
mengajar di pesantren salafiyah yang telah menjadi tradisi khususnya bagi santri-santri yang mengikuti sistem klasikal. Kegiatan
ini suatu keharusan bagi para santri, sama halnya seperti keharusan mengikuti kegiatan belajar kitab-kitab dalam proses belajar mengajar.
Bagi santri yang tidak mengikuti atau mengindahkan peraturan kegiatan musyawarah, akan dikenai sangsi, karena musyawarah sudah menjadi
ketetapan pesantren yang harus ditaati untuk dilaksanakan. Beberapa metode
diatas banyak diterapkan
di pondok-pondok pesantren,
dan antara
metode yang
satu dengan yang lainnya saling
berkaitan erat dan mempunyai kelemahan serta kelebihan masing-masing,