sehingga pondok-pondok
pesantren sampai
sekarang masih
mempertahankan metode tersebut, dan itu menjadi lambang supremasi serta ciri
khas metode
pengajaran di
Pondok Pesantren.
Metode-metode pembelajaran tersebut tentunya belum mewakili keseluruhan dari metode-
metode pembelajaran yang ada di pondok pesantren, tetapi setidaknya paling banyak diterapkan di lembaga pendidikan pesantren.
2. Kondisi Pesantren di Indonesia a. Keadaan Pesantren sebelum kemerdekaan
Perkembangan Islam di Indonesia tidak akan luput dari peran pesantren, dalam perkembangannya, sejarah pendidikan di Indonesia
mencatat bahwa
pondok pesantren
merupakan bentuk
lembaga pendidikan pribumi yang tertua di Indonesia. Pondok Pesantren yang
kita kenal sekarang ini pada mulanya merupakan pengambilalihan dari sistem pondok pesantren yang di adakan orang-orang Hindu di
Nusantara. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa jauh sebelum datangnya Islam ke Nusantara, lembaga pendidikan pondok pesantren pada masa
ini, di gunakan sebagai tempat mengajarkan ajaran-ajaran agama Hindu. Fakta lain yang menunjukkan bahwa pondok pesantren bukan berasal
dari tradisi Islam, buktinya tidak di temukan lembaga pondok pesantren di Negara-negara Islam lainya.Depag, 2003-8
Menurut Nur Cholish Madjid 1997:3 Kalau kita mencari lembaga pendidikan yang indigenous, asli Indonesia dan berakar kuat dalam
masyarakat tentu kita akan menempatkan pesantren di tangga teratas. Sebab, dari segi historis pesantren tidak hanya identik dengan makna
keislaman, tetapi
juga mengandung
makna keaslian
Indonesia indigenous. lembaga yang serupa pesantren ini sebenarnya sudah ada
sejak pada masa kekuasaan Hindu-Buddha. Sehingga Islam tinggal meneruskan dan mengislamkan lembaga pendidikan yang sudah ada.
Tentunya ini
tidak berarti
mengecilkan peranan
Islam dalam
memelopori pendidikan di Indonesia. Pada tahun 1882 pemerintah Belanda mendirikan Priesterreden
Pengadilan Agama yang bertugas mengawasi kehidupan beragama dan pendidikan pesantren. Tidak begitu lama setelah itu, dikeluarkan
Ordonansi tahun 1905 yang berisi peraturan bahwa guru-guru agama yang akan mengajar harus mendapatkan izin dari pemerintah setempat.
Peraturan yang lebih ketat lagi dibuat pada tahun 1925 yang membatasi siapa yang boleh memberikan pelajaran mengaji. Akhirnya, pada tahun
1932 peraturan dikeluarkan yang dapat memberantas dan menutup Madrasah dan sekolah yang tidak ada izinnya atau yang memberikan
pelajaran yang tak disukai oleh pemerintah. Dhofier 1984:41,dan Zuhairini 2010:149
Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang unik tidak saja karena keberadaannya sudah mapan yang sudah sangat lama, tetapi juga
karena kultur, metode dan jaringan yang di terapkan oleh lembaga agama tersebut. Pesantren berwatak tidak larut atau menentang budaya
di sekitarnya. Yang jelas pesantren selalu kritis sekaligus membangun relasi harmonis dengan kehidupan di sekelilingnya.Pesantren hadir
meminjam istilah Abdurrahman Wahid 2007:88 sebagai subkultur,