bahwa ada kewenangan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah untuk melakukan usaha-usaha penyertaan modal meningkatkan PAD. Penyertaan modal
tersebut dilakukan dengan cara mengeluarkan Peraturan Daerah. Untuk mengeluarkan Perda maka perlu persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD.
A. Penyertaan Modal
Penyertaan modal adalah suatu usaha untuk memiliki perusahaan yang baru atau yang sudah berjalan, dengan melakukan setoran modal ke perusahaan tersebut.
Penyertaan Modal Negara adalah pemisahan kekayaan negara dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau penetapan cadangan perusahaan atau sumber
lain untuk dijadikan sebagai modal BUMN danatau Perseroan Terbatas lainnya, dan dikelola secara korporasi.
191
Badan Usaha Milik Daerah BUMD sesungguhnya memiliki karakteristik yang sama dengan Badan Usaha Milik Negara BUMN. Secara legal, BUMN dan
BUMD sama-sama merupakan bagian dari keuangan negara.
192
Perbedaannya terletak pada pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Namun, sangat disayangkan meskipun
BUMD memiliki karakteristik yang sama dengan BUMN kinerja BUMD jauh ketinggalan dibanding BUMN. Salah satu penyebabnya adalah stakeholders BUMD
terlihat kurang responsif dalam mengikuti dinamika yang ada, khususnya pengelolaan
191
Pasal 1 angka 7, Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas.
192
Pasal 1 angka 5 dan 6, Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4286.
Universitas Sumatera Utara
governance di BUMD. Padahal jika dicermati banyak hal yang berlaku di BUMN dapat menjadi role model atau benchmark bagi pengelolaan BUMD.
193
Pada PT. Bank Sumut, pengelolaan seluruh asset dan penentuan kebijakan berasal dari Dewan Direksi. Pengawasannya dilakukan oleh Dewan Komisaris dan
pemegang sahamnya adalah Pemerintah Daerah.
194
Pada pengelolaan PT. Bank Sumut belum berdasarkan Good Corporate Governance GCG,
195
dapat dilihat dari sisi pelayanannya yang dapat memotong antrian; perilaku Pemegang Saham, Direksi
dan Staff Pegawai yang masih melakukan Nepotisme; penerimaan pegawai yang juga tidak mencerminkan prinsip GCG yaitu dengan adanya “titipan-titipan” dari pejabat-
pejabat di lingkungan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah KabupatenKota. Jika hal ini dibiarkan terus menerus akan menurunkan kinerja dari perusahaan.
196
Prinsip GCG tersebut belum diterapkan dengan baik dalam perusahaan. Budaya-budaya
seperti ini perlu diawasi agar dapat meningkatkan pelayanan kepada nasabah. Karena
193
Sunarsip, “Membuka Belenggu BUMD”, dimuat Harian Jawa Pos Group, Jum’at 13 Maret 2009.
194
PT. Bank Sumut memiliki kebijakan dan ketentuan yang mengatur Tata Kelola Perusahaan yang lengkap melalui Peraturan Direksi Bank Sumut No. 003Dir.DKMR-CQAPBS2007 tanggal 26
Desember 2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerapan Good Corporate Governance GCG PT.Bank Sumut.
195
Perkembangan terbaru membuktikan bahwa manajemen tidak cukup hanya memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan efisien. Diperlukan instrumen baru, yaitu Good
Corporate Governance GCG untuk memastikan bahwa manajemen berjalan dengan baik. Dalam Thomas S. Kaihatu, “Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia”, Jurnal Ekonomi
Manajemen : Universitas Kristen Petra Surabaya, Tanpa Tahun, hal. 1.
196
Definisi Good Corporate Governance GCG menurut Bank Dunia adalah aturan, standar dan organisasi di bidang ekonomi yang mengatur perilaku pemilik perusahaan, direktur dan manajer
serta perincian dan penjabaran tugas dan wewenang serta pertanggungjawabannya kepada investor pemegang saham dan kreditor. Tujuan utama dari GCG adalah untuk menciptakan sistem
pengendalian dan keseimbangan check and balances untuk mencegah penyalahgunaan dari sumber daya perusahaan dan tetap mendorong terjadinya pertumbuhan perusahaan. Sumber : Ibid.
Universitas Sumatera Utara
nasabah adalah salah satu dari sumber dana Bank. Tidak ada nasabah maka tidak ada bank.
197
Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat bagi perbankan di Indonesia yang merupakan salah satu tugas Bank Indonesia, sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang No. 3 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia pada Pasal 8 butir c., implementasi Bank Indonesia
telah menerbitkan berbagai regulasi dalam rangka mengawal operasional Bank, agar senantiasa memenuhi azas-azas atau prinsip kehati-hatian, manajemen resiko dan
Good Corporate Governance GCG.
198
Sehingga apabila PT. Bank Sumut menjalankan operasionalnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan tersebut, sepatutnya
Bank tersebut akan sehat dan hidup secara konsisten dan berkesinambungan yang pada akhirnya bertujuan untuk mengamankan dana simpanan masyarakat pada
PT.Bank Sumut. Harapan ini tentunya dapat terwujud dengan iklim dan kondisi yang komprehensif mendukung pelaksanaan GCG baik dari internal perusahaan Peraturan
Direksi Bank Sumut No. 003Dir.DKMR-CQAPBS2007 dan eksternal perusahaan PBI No. 84PBI2006 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Oleh Bank
Umum.
199
197
Aso Sentana, Excellent Service Customer Satisfaction, Jakarta : Gramedia, 2006, hal. 138-144.
198
Peraturan Bank Indonesia No. 58PBI2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum dan Peraturan Bank Indonesia No. 84PBI2006 tentang Penerapan Tata Kelola
Perusahaan Oleh Bank Umum.
199
Didi Duharsa, “Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran, Op.cit., hal. 22.
Universitas Sumatera Utara
1. Sumber Dana