b. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat sebagai nasabah agar
terbentuk peraturan dan kebijakan yang mampu meningkatkan pembangunan ekonomi daerah.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran literatur di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara maupun Perpustakaan Universitas Sumatera Utara Cabang Fakultas Hukum, bahwa
penelitian dengan judul “Peranan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam Penyertaan Modal di PT. Bank Sumut” belum pernah dilakukan. Namun, jika
ditelusuri dengan kata kunci “penyertaan modal bank sumut” maka hasil yang didapat, adalah Tesis dengan judul “Penyertaan Modal Sementara Bank Untuk
Mengatasi Akibat Kegagalan Kredit Debt To Equity Swap” yang dilakukan di Medan pada tahun 2005 oleh Syapri Chan dan dibimbing oleh Bismar Nasution,
Zulkarnain Sitompul, dan Ningrum Natasya Sirait. Penelitian tersebut di atas memiliki rumusan masalah dan kajian yang
berbeda. Penelitian lanjutan ini mengkaji mengenai peranan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam penyertaan modal di PT. Bank Sumut. Penelitian ini juga
menjunjung tinggi kode etik penulisan karya ilmiah dengan cara mencantumkan pada footnote seluruh nama pengarang pada tulisan yang dikutip. Oleh karena itu,
penelitian ini adalah benar keasliannya baik dilihat dari materi, rumusan masalah, dan pengkajian materi juga dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Universitas Sumatera Utara
F. Kerangka Teoritis dan Konsepsi 1. Kerangka Teori
Teori Hukum digunakan untuk memecahkan permasalahan. Teori hukum adalah pisau analisis untuk judul “Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah
Provinsi Sumatera Utara pada PT. Bank Sumut” adalah bahwa pemerintah bisa mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh PT. Bank Sumut. Cara yang
ditempuh oleh pemerintah daerah tersebut adalah dengan mengeluarkan Peraturan Daerah Perda. Perda adalah salah satu produk hukum hasil pemerintah daerah yang
apabila Pemda ingin mengeluarkannya harus dengan persetujuan dari DPRD sebagai lembaga legislatif.
Masalah ini harus disesuaikan dengan sistem hukum yang sudah ada. Sehubungan dengan sistem hukum tersebut, ada baiknya mengikuti teori yang
dikemukakan oleh Ludwig von Bertalanffy, yakni The General System Theory, dan teori yang dikemukakan oleh Hans Kelsen dalam Lord Lloyd of Hampstead mengenai
struktur hukum yang sistematis dan hierarkis. Rasionalitas dari pernyataan ini adalah bahwa tidak mungkin ada satu peraturan hukum yang berdiri sendiri dalam suatu
ruang hampa karena objek yang diaturnya juga tidak mungkin lepas dari pengaruh norma-norma hukum yang lain. Norma hukum ini harus saling bekerja sama dan
saling menunjang dalam suatu sistem hukum menuju suatu titik tujuan bersama yakni berupa kesejahteraan seluruh anggota masyarakat. Norma hukum spesifik, yakni
norma hukum moneter dan perbankan, harus sejalan dengan rangkaian norma hukum lainnya. Dengan kata lain, norma hukum spesifik tersebut haruslah ditetapkan agar
norma tersebut saling menunjang norma hukum lainnya. Apabila terjadi pertentangan
Universitas Sumatera Utara
antara norma hukum, maka hakim wajib meluruskan antimoni ini sehingga hukum tetap dapat bekerja dalam suatu sistem. Itulah sebabnya pembahasan mengenai legal
system menyatakan bahwa suatu proses konvergensi terjadi dalam keseluruhan hukum yang merupakan suatu sistem yang kompleks, namun teratur dan tertata rapi.
34
Untuk menganalisis permasalahan pertama dalam penelitian ini yang dibahas dalam Bab II, maka pembahasan tersebut adalah hierarki peraturan perundang-
undangan penyertaan modal dimulai dengan Pancasila Sila ke-5 yang mengatakan bahwa “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Dari sila ke-5 Pancasila
tersebut turun lagi ke UUD 1945 pada Pasal 5 ayat 1 yang menyatakan bahwa : “Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan
Rakyat”. Pada Pasal 20 ayat 1 UUD 1945, “Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan untuk membentuk Undang-Undang”. Maka dengan dasar itu keluarlah
Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah.
Pada permasalahan kedua yang akan dibahas pada Bab III, maka pembahasan tersebut adalah dengan adanya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintah Daerah maka setiap daerah dapat mengatur dan mengelola sendiri keuangannya, begitu juga dengan bank daerahnya. Setiap daerah harus meningkatkan
PARD agar dapat PAD yang tinggi sehingga APBD yang diperoleh menunjukkan hal yang positif juga. Jadi, daerah-daerah provinsi harus memiliki rencana untuk
membangun sebuah lembaga keuangan di daerahnya. Didukung lagi dengan Undang- Undang No. 01 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara yang menginstruksikan
34
Gunarto Suhardi, Op.cit., hal. 14.
Universitas Sumatera Utara
agar setiap daerah menyimpan uang kas atau APBD di bank-bank daerah masing- masing.
Selanjutnya muncullah Peraturan Bank Indonesia No. 0321PBI2001 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum. Peraturan tersebut
mangamanatkan agar setiap daerah melakukan penyertaan modal kepada setiap bank- bank daerahnya. Bank daerah tersebut di dasari dengan Undang-Undang No. 9 Tahun
1969 tentang BUMN. Namun tidak terlepas juga dengan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dalam hal pengaturan di dalamnya.
Penyertaan modal yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara kepada PT. Bank Sumut tidak terlepas dari kesejahteraan masyarakat. Hal ini
dikarenakan dana yang dipakai adalah Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBD. APBD adalah anggaran untuk mensejahterakan rakyat daerah. Jadi,
pembahasan mengenai “Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Provinsi Sumatera Utara pada PT. Bank Sumut” menggunakan teori hukum mengenai
“peranan hukum dalam pembangunan ekonomi”. Untuk permasalahan ketiga yang akan dipaparkan pada Bab IV maka teori
yang digunakan adalah teori hukum dalam pembangunan ekonomi pertama sekali dicetuskan oleh Williams Burg dalam bukunya mengenai hukum dalam
pembangunan terdapat 5 lima unsur yang harus dikembangkan supaya tidak menghambat
pertumbuhan ekonomi
yaitu stabilitas
stability, prediksi
Universitas Sumatera Utara
predictability, keadilan fairness, pendidikan education, dan pengembangan khusus bagi para sarjana hukum the special development abilities of the lawyer.
35
Burg’s menjelaskan bahwa unsur pertama dan kedua merupakan prasyarat agar sistem perekonomian dapat berfungsi dengan baik. Dalam hal ini, stabilitas
berfungsi untuk mengakomodasi dan menghindari kepentingan-kepentingan yang saling bersaing conflict of interest, sedangkan prediksi merupakan suatu kebutuhan
untuk bisa
memprediksi ketentuan-ketentuan
yang berhubungan
dengan perekonomian suatu negara.
36
Stabilitas stability, maksudnya adalah bahwa hukum itu harus stabil dan tidak cepat berubah. Prediksi predictability, maksudnya adalah
bahwa setiap ketentuan yang akan keluar berikutnya sudah bisa disikapi dengan baik oleh masyarakat. Keadilan fairness, maksudnya adalah bahwa keadilan adalah
tujuan dari hukum itu sendiri. Pendidikan education, maksudnya adalah bahwa pendidikan hukum itu penting dalam menjalankan sebuah perusahaan. Lalu,
pengembangan khusus bagi para sarjana hukum the special development abilities of the lawyer, maksudnya adalah bahwa setiap bagian hukum perusahaan tersebut
haruslah memiliki kemampuan yang lebih dibandingkan yang lainnya. Stabilitas stability pada penyertaan modal disini diartikan bahwa peraturan-
peraturan daerah yang dikeluarkan oleh Pemprovsu dan DPRD agar tidak terus berubah-ubah seiring dengan perkembangan perekonomian di Sumatera Utara. Jika
Peraturan Daerah yang dikeluarkan memberatkan pengusaha maka akan sulit untuk mengembangkan usahanya. Dengan begitu akan menghambat para pengusaha untuk
35
Bismar Nasution, “Modul Perkuliahan : Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi”, Medan : Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, 2009, hal. 36.
36
Ibid., hal. 37-38.
Universitas Sumatera Utara
mengambil kredit di Bank Sumut. Selanjutnya jika permohonan kredit menurun dan penyaluran dana untuk kredit berkurang maka akan memberatkan pemerintah itu
sendiri. Hasilnya pelaku usaha tidak mengembangkan usahanya. Prediksi hukum predictability diartikan bahwa setiap peraturan yang
dikeluarkan itu berlaku bagi masyarakat dan setiap instansi. Keberlakuannya itu harus bisa diperkirakan bagaimana keadaan masyarakat setelah diaplikasikannya peraturan
tersebut. Hukum itu harus dapat diprediksi terkait dengan penyertaan modal yang dilakukan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara kepada PT. Bank Sumut. Jika
penyertaan modal dilakukan maka PT. Bank Sumut sudah bisa memperkirakan dananya tersebut akan digunakan untuk kepentingan nasabah-nasabahnya yang tidak
lain adalah masyarakat daerah Sumatera Utara. Keadilan hukum fairness maksudnya adalah bahwa peraturan daerah yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan DPRD harus berdasarkan atas keadilan hukum. Keadilan tersebut antara pembangunan sarana dan prasarana
bagi rakyat atau penyertaan modal dilakukan kepada PT. Bank Sumut. Dengan dilakukannya penyertaan modal tersebut, masyarakat daerah Sumatera Utara akan
dapat berusaha melalui kredit lunak atau apapun itu namanya. Pendidikan hukum education adalah bahwa setiap orang harus memiliki
dasar hukum yang baik. Hukum itu berasal dari dalam diri bukan dari intervensi dari luar. Jika setiap orang yang berhubungan dengan penyertaan modal ini berpendidikan
hukum yang tinggi maka akan tercipta peraturan dan kebijakan yang mengarah kepada kepentingan rakyat tanpa mengenyampingkan penyertaan modal pada PT.
Bank Sumut.
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan khusus bagi para sarjana hukum the special development abilities of the lawyer, terkait dengan penyertaan modal adalah bahwa antara
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dengan PT. Bank Sumut harus memiliki Sumber Daya Manusia SDM yang memiliki keahlian khusus di bidang hukum. Contohnya
dalam menyalurkan kredit PT. Bank Sumut harus memiliki orang-orang yang handal dalam membuat akad kredit.
Dengan terciptanya hukum seperti yang disebutkan di atas, maka akan tercapai tujuan hukum dalam pembangunan ekonomi yang tidak lain adalah
kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat yang merata akan menciptakan negara yang makmur welfare state. Apabila negara makmur maka akan mengangkat
harkat dan martabat bangsa kepada negara lain. Dalam pembangunan ekonomi tidak terlepas dari ruang lingkup hukum ekonomi.
37
Pada negara welfare state, pemerintah hanya sebagai “penjaga malam” dalam kegiatan perekonomian masyarakat. Jadi,
pemerintah tidak turut campur tangan terhadap bank-bank pembangunan daerahnya. Bank-bank tersebut dibiarkan untuk bersaing sendiri. Sehingga akan tercipta
persaingan yang ketat antar bank. Rachmat Sumitro mengemukakan bahwa hukum ekonomi berkembang karena
ikut campurnya pemerintah dalam soal kepentingan pribadi, dengan demikian hak- hak dan kepentingan pribadi dibatasi demi kepentingan umum dengan pertimbangan
37
Rachmadi Usman, Hukum Ekonomi dalam Dinamika, Jakarta : Djambatan, 2000, hal. 1, menjelaskan bahwa hukum ekonomi disebabkan oleh semakin pesatnya pertumbuhan dan
perkembangan perekonomian. Dalam hal ini hukum berfungsi mengatur dan membatasi kegiatan- kegiatan ekonomi dengan harapan pembangunan pembangunan perekonomian tidak mengabaikan hak-
hak dan kepentingan masyarakat, sebagaimana dikutip Didi Duharsa, “Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan dalam Menghindari Pembubaran Studi Pada PT. Bank Sumut”, Tesis :
Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, 2009, hal. 36.
Universitas Sumatera Utara
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat pada umumnya. Maksudnya adalah bahwa pemerintah sebagaimana tujuannya didirikan suatu negara, berfungsi memberikan
jaminan perlindungan dan keamanan kepada rakyatnya. Sehingga pada saat itu pula lahir upaya timbal balik dari rakyat yang merasa terlindungi untuk memberikan trust
yang seluas-luasnya sebagai bentuk kompensasi sehingga dapat melakukan apa saja yang perlu bagi keselamatan rakyat. Disinilah sebenarnya fungsi awal pelayanan
atau public service sebuah pemerintahan diwujudkan.
38
Dalam memimpin, unsur kepercayaan trust memainkan peranan yang teramat penting. Tidak mungkin seseorang menjalankan sebuah organisasi atau
perusahaan bila di dalamnya tidak ada unsur kepercayaan baik itu kepercayaan vertikal
39
, maupun kepercayaan horizontal
40
. Kepercayaan trust didefinisikan sebagai kemauan untuk bertumpu pada seseorang yang kita percaya dan yakini.
41
Dari pembahasan di atas, yakni mengenai kondisi umum yang melingkupi usaha perbankan dan berbagai teori hukum yang relevan menuju ke arah kesejahteraan
seluruh anggota masyarakat, maka jelaslah bahwa pembahasan yang dilakukan yakni pembahasan norma-norma hukum positif baik berupa peraturan perundang-undangan
maupun berupa norma-norma yang berlaku dalam praktek perbankan yang baik adalah masih dalam kerangka pembahasan ilmu hukum khususnya dalam kerangka
38
Muhadam Labolo, Memahami Ilmu Pemerintahan, Suatu Kajian, Teori, Konsep dan Pembangunannya, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006, hal.7, sebagaimana dikutip Didi Duharsa,
Op.cit., hal. 35.
39
Kepercayaan vertikal adalah kepercayaan antara masyarakat dengan pemerintah yang berkuasa.
40
Kepercayaan horizontal adalah kepercayaan antar sesama masyarakat dalam hidup rukun bermasyarakat
41
Robby Johan, Leading In Crisis, Praktik Kepemimpinan dalam Merger Bank Mandiri, Jakarta : Penerbit Bara, 2006, hal 165, sebagaimana dikutip Didi Duharsa, Op.cit., hal. 36.
Universitas Sumatera Utara
ketiga lapisan ilmu hukum tersebut. Sehubungan dengan itu, maka pengaturan hukum bidang ini sudah jelas mutlak diselenggarakan dengan baik. Oleh karenanya, paparan
yang bersifat teknis ekonomis dalam pembahasan ini kiranya juga perlu diikuti dengan baik untuk memahami karakter berbagai hukum positif yang menyangkut
bidang ekonomi moneter ini. Selanjutnya untuk mengkaji pandangan mana yang dipakai dalam penulisan
penelitian ini adalah dengan menggunakan Teori Utility oleh Jeremy Bentham yang mengatakan bahwa kegunaan dari hukum itu adalah demi kemaslahatan rakyat
banyak.
42
Sebagai prinsip pedoman kepada kebijakan publik, Bentham mengambil sebuah pepatan yang telah dikemukakan sejak awal abad 18 oleh seorang filsuf
Skotlandia-Irlandia bernama Francis Hutcheson : “Tindakan yang terbaik adalah yang memberikan sebanyak mungkin kebahagiaan bagi sebanyak mungkin orang”.
Bentham mengembangkan pepatah ini menjadi sebuah filsafat moral, yang menyatakan bahwa
43
: “benar salahnya suatu tindakan harus dinilai berdasarkan konsekuensi-
konsekuensi yang diakibatkannya maka motif atau alasan, misalnya : adalah hal yang sama sekali tidak relevan. Konsekuensi yang baik adalah
konsekuensi yang memberikan kenikmatan kepada seseorang, sedangkan konsekuensi yang buruk adalah konsekuensi yang memberikan penderitaan
kepada seseorang. Maka dalam situasi apapun, pedoman tindakan yang besar adalah arah memaksimumkan kenikmatan dibandingkan penderitaan, atau
dengan kata lain, meminimumkan penderitaan dibandingkan kenikmatan”. Filsafat ini lantas dikenal sebagai Utilitarianisme karena filsafat ini menilai
setiap tindakan berdasarkan utilitasnya, yakni kegunaannya dalam membawakan
42
Mardzelah Makhsin, Sains Pemikiran Etika, Malaysia, Selangor : PTS Professional Publishing, 2006, hal. 116.
43
Bryan Magee, The Story of Philosophy : Kisah Tentang Filsafat, London : Dorling Kindersley Limited, 2001, hal. 182-184.
Universitas Sumatera Utara
konsekuensi-konsekuensi. Para pendukung filsafat ini menerapkan prinsip-prinsip ini dalam bidang moralitas individu, kebijakan politik, hukum, dan sosial. Filsafat
utilitarian amat kentara mempengaruhi pemerintahan Inggris. The greatest good of the greataest number, kebaikan terbesar untuk jumlah terbesar, sudah menjadi
ungkapan keseharian yang sangat akrab di telinga setiap orang.
44
Prinsip ini cenderung mudah diterima. Satu-satunya kesulitan dalam penerapan prinsip ini adalah dalam proses pengambilan keputusan yaitu bagaimana
caranya menghitung konsekuensi-konsekuensi itu. Dalam hal ini, berlakulah prinsip “setiap orang dihitung sebagai satu, dan tidak seorangpun dihitung lebih dari satu”.
Dampak penerapan prinsip Utilitarian cukup khas dibandingkan filsafat lainnya. Misalnya, kegiatan seksual apapun, sejauh tidak mengakibatkan penderitaan terhadap
orang lain, bukanlah perkara yang bisa dilarang di mata para Utilitarian meskipun norma hukum pada masa itu menghukum keras aktivitas seksual tersebut. Di lain
pihak, ada banyak praktek bisnis yang mengakibatkan penderitaan berlebihan kepada banyak orang, bahkan berpotensi merusak, meskipun menurut norma hukum praktek
bisnis itu sepenuhnya sah. Maka tersebarnya ide-ide Utilitarian telah membantu terciptanya perubahan-perubahan praktis yang penting dalam masyarakat. Dalam hal
penghukumannya, prinsip Utilitarian mengatur agar hukuman harus cukup keras sehingga menimbulkan efek jera, tetapi tidak boleh lebih keras daripada itu karena
dapat menimbulkan penderitaan yang tidak perlu. Selama pertengahan kedua abad 19, prinsip-prinsip Utilitarian telah memasuki institusi pemerintahan dan administrasi di
Inggris. Antara lain, inilah yang membedakan Inggris dan Amerika Serikat yang
44
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
cenderung menekankan hak individu, lebih sulit untuk mengorbankan individu demi mayoritas, dan lebih tidak rela menerima campur tangan pemerintah.
45
Untuk mengatasi kesulitan yang disebutkan di atas maka digunakan teori Kebijakan Deviden oleh Merton Miller dan Franco Modigliani, yaitu : “kebijakan
dividen tidak berpengaruh baik terhadap harga saham perusahaan maupun terhadap biaya modalnya dividen tidak relevan atau irrelevance dividend policy theory.
Dengan kata lain, nilai suatu perusahaan tergantung kepada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan pada bagaimana pendapatan tersebut dibagi antara
dividen dan laba ditahan pertumbuhan.
46
Apabila menemui kasus yang permasalahannya seperti pedang bermata dua. Jadi, untuk memilih mana yang paling baik antara pembangunan sarana dan prasarana
demi rakyat ataukah mengalokasikan dana APBD untuk penyertaan modal di PT. Bank Sumut adalah dengan melihat posisi mana yang lebih banyak diuntungkan Bank
Sumut yang pantas untuk dikembangkan demi meningkatkan PAD atau sarana dan prasarana rakyat yang diserahkan pengaturannya kepada pemerintah setempat.
Bagaikan pedang bermata dua yang semuanya menguntungkan untuk rakyat. Jika, APBD dikonsentrasikan untuk pembangunan sarana dan prasarana
masyarakat, hal ini juga demi kepentingan rakyat. Namun, penyertaan modal di bank daerah dalam hal ini PT. Bank Sumut perlu juga dilakukan agar bank tersebut dapat
menyalurkan kredit kepada masyarakat agar masyarakat lebih mandiri dan dapat berusaha pada bidangnya masing-masing sehingga perekonomian daerah meningkat
45
Ibid.
46
Merton Miller
dan Franco
Modigliani, “Teori
Kebijakan Deviden”,
http:www.slideshare.netriswonodividend-policy-1875607., diakses pada 28 Februari 2011.
Universitas Sumatera Utara
dengan baik dan signifikan. Kesadaran pelaku usaha yang meminjam kredit juga harus tinggi untuk mengembalikan modal yang telah diberikan. Sehingga tidak terjadi
kredit macet yang dapat menyebabkan tidak baiknya angka-angka pada cash flow keuangan perusahaan.
2. Kerangka Konsep
Dalam melakukan penelitian tesis ini, perlu dijelaskan beberapa istilah di bawah ini sebagai definisi operasional dari konsep-konsep yang dipergunakan untuk
menghindari kesalahan dalam memaknai konsep-konsep, yaitu : 1.
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
47
Bank yang dimaksud dalam penelitian tesis ini adalah PT. Bank Sumut.
2. Bank Umum adalah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
48
3. Bank Pembangunan Daerah adalah bank-bank yang dibentuk berdasarkan
Peraturan Daerah dan sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah. Didirikan
47
Pasal 1 angka 2, Undang-Undang 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3790.
48
Pasal 1 angka 3, Undang-Undang 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.
Universitas Sumatera Utara