memberikan pembagian dividen dari perolehan labanya kepada pemegang saham tidak kurang dari Rp. 127 miliar”.
Berdasarkan keterangan di atas pembagian dividen PT. Bank Sumut didasarkan dari perolehan laba. Jadi kebijakan pembayaran dividen PT. Bank Sumut
berdasarkan Stable Amount Per Share karena tujuan dari penetapan kebijakan ini adalah untuk mendapatkan harga saham yang tinggi. Diketahui bahwa harga per
lembar saham PT. Bank Sumut adalah Rp. 10.000,-. Pendapatan Pemprovsu dari pembagian dividen PT. Bank Sumut adalah stabil sehingga nilai sahamnya tinggi.
Sampai saat ini PT. Bank Sumut belum menjadi Perusahaan Terbuka. Karena belum melakukan go public, walaupun desas-desus ke arah itu sudah ada dengan
dikeluarkannya Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 2 Tahun 1999 tentang Perubahan Bentuk Hukum bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara dari
Perusahaan Daerah Menjadi Perseroan Terbatas PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara.
B. Ketentuan Pembagian Dividen dalam Hukum Perbankan
Beralih ke hukum perbankan yaitu Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun
1998 mengatur tentang laba perusahaan perbankan yaitu bank. Pada Pasal 34 yang menyatakan bahwa
232
:
232
Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998.
Universitas Sumatera Utara
1 “Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca dan perhitungan
labarugi tahunan serta penjelasannya, serta laporan berkala lainnya, dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;
2 Neraca serta perhitungan labarugi tahunan sebagaimana dimaksud dalam
ayat 1 wajib terlebih dahulu diaudit oleh akuntan publik; 3
Tahun buku bank adalah tahun takwim”.
Maksudnya adalah setelah pembagian dividen dilakukan oleh PT. Bank Sumut dengan menggunakan cara-cara yang disebutkan sebelumnya maka
selanjutnya akan dilaporkan pada Bank Indonesia sebagai bank sentral Indonesia. Berkaitan dengan fungsi dari bank sentral yaitu mengawasi setiap bank-bank yang
ada di Indonesia. Laporan keuangan labarugi tersebut menjadi suatu kewajiban bagi PT. Bank Sumut kepada Bank Indonesia.
233
Ketentuan hukum perbankan juga mengatakan agar dilakukan divestasi atau penarikan kembali saham yang disertakan. Seperti yang tercantum dalam Pasal 7
huruf c., yang menyatakan bahwa
234
: “Selain melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6,
Bank Umum dapat pula : c. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan
berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia”.
Penyertaan modal tersebut wajib ditarik kembali apabila : i. Telah melebihi jangka waktu paling lama 5 lima tahun; atau ii. Perusahaan telah memperoleh
233
Pasal 35, Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998.
234
Pasal 7 huruf c., Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998.
Universitas Sumatera Utara
laba.
235
Dalam hal Pemprovsu yang melakukan penyertaan modal kepada PT. Bank Sumut, Pemprovsu sebagai pemegang saham tidak melakukan penarikan penyertaan
modal tersebut. Hal ini dikarenakan Pemprovsu mempunyai tanggung jawab yang melekat untuk menyertakan modalnya di PT. Bank Sumut sesuai dengan Undang-
Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah.
Dari ketentuan bank pembangunan daerah tersebut, turunannya adalah Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 5 Tahun 2009 tentang Penyertaan
Modal PT. Bank Sumut. Pembagian dividen menurut ketentuan penyertaan modal diatur dalam Pasal 5 ayat 2, yang menyatakan bahwa
236
: “Hasil Dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 2 disetor ke Kas
Daerah Provinsi Sumatera Utara dan pada bulan berikutnya disetorkan sebagai penyertaan modal kepada PT. Bank Sumut”.
Dari ketentuan di atas makna eksplisitnya adalah bahwa pembagian dividen dilakukan setiap bulannya. Kaitannya dengan pembagian deviden interim menurut
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas adalah bahwa di dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas membuka
peluang untuk dilakukan pembagian dividen interim melalui Pasal 72 ayat 4 yang menyatakan bahwa : “Pembagian dividen interim ditetapkan berdasarkan keputusan
Direksi setelah memperoleh persetujuan Dewan Komisaris, ...”. Selanjutnya kebijakan pembagian dividen interim dirinci kembali dengan membagi antara Kas
235
Penjelasan Pasal 7 huruf c., Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998.
236
Pasal 5 ayat 2, Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 5 Tahun 2009 tentang Penyertaan Modal PT. Bank Sumut.
Universitas Sumatera Utara
Daerah dan reinvestasi pada Perda Provsu No. 5 Tahun 2009 tentang Penyertaan Modal PT. Bank Sumut. Selanjutnya, walaupun penarikan dividen tidak dapat 100
dilakukan melainkan dibagi antara dilakukannya penyertaan modal kembali reinvestasi dengan pembagian deviden bulan berikutnya yang disetorkan ke Kas
Daerah. Pada Pasal 4 ayat 2 menyebutkan bahwa
237
: “Penyertaan Modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b., dan huruf
c., ditetapkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS dan disesuaikan dengan kemampuan daerah”.
Kemampuan daerah disini adalah berbeda-beda antara Provinsi, Kabupaten, dan Kota. Sudah jelas Pemerintah Provinsi Sumatera Utara memiliki saham yang
lebih besar dari Kabupaten dan Kota. Dengan demikian pembagian dividennya juga memperoleh pembagian yang lebih besar pula. Pada Pasal 3 menyebutkan bahwa :
“Dana Penyertaan Modal bersumber dari : a.
dana bagi hasil dari penerimaan PBB; b.
dividen pada PT. Bank Sumut; c.
dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah”.
Pendapatan Asli Daerah PAD lainnya adalah pembagian dana bagi hasil dari penerimaan jasa giro. Dana penyertaan modal juga dapat diambil dari dividen pada
PT. Bank Sumut. Berarti dividen tersebut digunakan kembali untuk penyertaan modal kepad PT. Bank Sumut. Pada Pasal 4 ayat 2 menyatakan bahwa “penyertaan modal
... ditetapkan dalam RUPS dan disesuaikan dengan kemampuan daerah”. Ketentuan RUPS dilihat dari Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Hukum Perusahaan.
RUPS tidak diatur dalam Peraturan Daerah tersebut.
237
Pasal 4 ayat 2, Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 5 Tahun 2009 tentang Penyertaan Modal PT. Bank Sumut.
Universitas Sumatera Utara
C. Kebijakan Pembagian Dividen pada PT. Bank Sumut