C. Kebijakan Pembagian Dividen pada PT. Bank Sumut
Mengenai kajian hukum antara dividen guna meningkatkan APBD dengan pembangunan sarana dan prasarana daerah ini terdapat di dalam Peraturan
Pemerintah No. 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas, Pasal 10
mengatur tata cara penyertaan modal negara, menyebutkan bahwa : 1
“Penyertaan Modal Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dan huruf b diusulkan oleh Menteri Keuangan kepada Presiden disertai dengan
dasar pertimbangan setelah dikaji bersama dengan Menteri dan Menteri Teknis.
2 Rencana Penyertaan Modal Negara sebagaimana dimaksud pada ayat 1
dapat dilakukan atas inisiatif Menteri Keuangan, Menteri atau Menteri Teknis.
3 Pengkajian bersama atas rencana Penyertaan Modal Negara sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 dikoordinasikan oleh Menteri Keuangan. 4
Pengkajian sebagaimana
dimaksud pada
ayat 1,
dapat pula
mengikutsertakan menteri lain danatau pimpinan instansi lain yang dianggap perlu atau menggunakan konsultan independen”.
Pada pasal tersebutlah yang menyebabkan kericuhan yang terjadi pada DPRD dengan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara. Dapat dilihat pada Kantor Berita
Antara yang memberitakan jurubicara Fraksi Keadilan Sejahtera yaitu Hidayatullah yang menyatakan
238
: “Pemanfaatan APBD untuk penyertaan modal harus didasarkan pada analisa
yang mendalam akan urgensi dan kemanfaatan apalagi APBD Sumut tahun 2009 berada dalam posisi minus atau defisit dalam jumlah yang cukup besar
defisit Rp. 366,976 miliar. Dalam Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara pada BUMN
dan PT, secara tegas dinyatakan pertimbangan penyertaan modal penambahan penyertaan modal harus didasarkan pada suatu kajian oleh kementerian dan
instansi terkait atau oleh konsultan independen. Dalam ketentuan tersebut
238
Arvino Zulka, “FKS Pertanyakan Urgensi Penyertaan Modal Bank Sumut”, Kantor Berita Antara, Jum’at 09 Januari 2009.
Universitas Sumatera Utara
menyatakan penyertaan modal danatau penambahan penyertaan modal hanya dapat dilakukan bila berdasarkan analisa memang layak dilakukan. Dapat
dipahami penyertaan modal pada BUMN dapat menjadi bagian dari pelaksanaan pembangunan daerah untuk mensejahterakan masyarakat.
Namun, yang harus ditegaskan adalah kebutuhan dana untuk pembangunan Sumut masih sangat besar, sehingga Sumut harus menentukan skala prioritas
dalam pembangunan. Penjelasan dan informasi yang terungkap dalam pembahasan kajian tersebut akan dapat dilihat atau ditentukan skala prioritas
mana yang lebih penting, apakah penyertaan modal atau langsung dialokasikan untuk kepentingan masyarakat Sumut.
Ranperda yang diajukan ke DPRD juga tidak mencerminkan adanya kepastian hukum, karena Ranperda itu sama sekali tidak memberikan gambaran yang
jelas tentang nilai nominal modal yang akan disetujui, apakah Rp. 10 miliar, Rp. 50 miliar, Rp. 100 miliar, Rp. 500 miliar atau justru tidak terhingga.
Penyertaan modal itu direncanakan berasal dari 5 penerimaan dana bagi hasil PBB Sumut. Namun, Fraksi Keadilan Sejahtera tidak melihat kejelasan
soal jangka waktu pengembalian dana dari bagi hasil PBB tersebut. Apa yang dipahami tentang PBB adalah pungutan yang berasal dari rakyat
yang sesegera mungkin juga harus dikembalikan lagi kepada rakyat untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Apalagi saat ini rakyat masih
membutuhkan pembangunan pada hal-hal yang mendasar seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur”.
PT. Bank Sumut adalah alat atau motor penggerak perekonomian daerah yang perlu disuntikkan dana agar dapat disalurkan kepada masyarakat.
239
Didukung pula dengan Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan dan
Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas yang mengisyaratkan apabila perusahaan BUMN atau PT tersebut disertakan
modal oleh Pemerintah Daerah maka harus ada kajian-kajian mendasar yang dilakukan oleh Menteri Keuangan dan yang lainnya.
239
Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 5 Tahun 2009 tentang Penyertaan Modal PT. Bank Sumut.
Universitas Sumatera Utara
Disini terlihat urgensi dari penyertaan modal kepada PT. Bank Sumut yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah haruslah melakukan kajian terlebih dahulu.
PT. Bank Sumut harus membuat proposal kepada Pemerintah Daerah untuk diperiksa dan dibahas. Setelah pembahasan dan pemeriksaan selesai barulah diputuskan atau
dibawa ke DPRD untuk dibahas kembali. Jika anggaran tersebut diserahkan kembali kepada Satuan Kerja Pemerintah Daerah SKPD untuk membangun sektor-sektor
yang membutuhkan seperti Pertanian, Pendidikan, dan lain sebagainya maka akan sulit untuk melakukan penyertaan modal kepada PT. Bank Sumut yang dirasakan
tidak langsung kepada masyarakat. Penggunaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBD yang diserahkan
kepada SKPD harus disertai dengan pengawasan yang baik juga. Tidak sedikit Kepala Dinas yang melakukan korupsi dan bagi-bagi proyek kepada anggota DPRD.
Jika, hal ini terjadi alangkah baiknya ditempuh jalan penyertaan modal kepada PT.Bank Sumut.
1. Pembagian Dividen dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang