Pembagian Dividen dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Kebijakan Pembagian Dividen pada PT. Bank Sumut

Disini terlihat urgensi dari penyertaan modal kepada PT. Bank Sumut yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah haruslah melakukan kajian terlebih dahulu. PT. Bank Sumut harus membuat proposal kepada Pemerintah Daerah untuk diperiksa dan dibahas. Setelah pembahasan dan pemeriksaan selesai barulah diputuskan atau dibawa ke DPRD untuk dibahas kembali. Jika anggaran tersebut diserahkan kembali kepada Satuan Kerja Pemerintah Daerah SKPD untuk membangun sektor-sektor yang membutuhkan seperti Pertanian, Pendidikan, dan lain sebagainya maka akan sulit untuk melakukan penyertaan modal kepada PT. Bank Sumut yang dirasakan tidak langsung kepada masyarakat. Penggunaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBD yang diserahkan kepada SKPD harus disertai dengan pengawasan yang baik juga. Tidak sedikit Kepala Dinas yang melakukan korupsi dan bagi-bagi proyek kepada anggota DPRD. Jika, hal ini terjadi alangkah baiknya ditempuh jalan penyertaan modal kepada PT.Bank Sumut.

1. Pembagian Dividen dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas Pembagian dividen diatur dalam Akta Notaris No. 39 tanggal 10 Juni 2008 yang dibuat di hadapan notaris H. Marwansyah Nasution, SH di Medan. Selanjutnya Akta Penegasan No. 05 tanggal 10 November 2008 yang telah mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia No. AHU-87927.AH.01.02 tahun 2008 tanggal 20 November 2008 yang diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Universitas Sumatera Utara Republik Indonesia No. 10 tanggal 03 Februari 2009, maka modal dasar ditambah dari Rp. 500 miliar menjadi Rp. 1 triliun. 240 Pembagian dividen pada Akta Notaris tersebut tidak terlepas dari Undang- Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 241 Pemegang saham yaitu Pemerintah Daerah berhak untuk menerima dividen. 242 Pembagiannya dapat dilakukan dengan kumulatif atau non-kumulatif. Kumulatif maksudnya adalah hak pemegang saham preferen untuk menerima dividen tahun-tahun sebelumnya yang belum dibayarkan sebelum pemegang saham biasa menerima dividennya. Dividen dibagikan kepada Pemegang Saham apabila Perseroan memunyai saldo laba yang positif. 243 Dividen juga dapat dibagikan sebelum tahun buku Perseroan berakhir. 244

2. Kebijakan Pembagian Dividen pada PT. Bank Sumut

Kebijakan pembagian dividen pada PT. Bank Sumut diatur di dalam Akta Notaris sebagai Anggaran Dasar Perseroan Terbatas. Namun, bisa juga dilihat pada Perda Provsu No. 5 Tahun 2009 tentang Penyertaan Modal PT. Bank Sumut. Pasal 5 menyebutkan bahwa : 1 ”Penyertaan Modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 1 disetorkan pada bulan berikutnya sebagai penyertaan modal pada PT. Bank Sumut. 2 Hasil Dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 2 disetor ke Kas Daerah Provinsi Sumatera Utara dan pada bulan berikutnya disetorkan sebagai penyertaan modal kepada PT. Bank Sumut. 240 Bank Sumut, ”Info Saham”, Op.cit. 241 Pasal 15 ayat 1 huruf i., Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang menyatakan bahwa “anggaran dasar memuat sekurang-kurangnya : … i. tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen”. 242 Pasal 53 ayat 4 huruf d., Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 243 Pasal 71 ayat 3, Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 244 Pasal 72 ayat 1, Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Universitas Sumatera Utara 3 Dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 butir c., disetorkan sebagai penyertaan modal pada PT. Bank Sumut. 4 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, ayat 2, dan ayat 3 berpedoman kepada Pengelolaan Keuangan Daerah”. Pada ketentuan di atas kelihatan bahwa hasil dividen dimasukkan ke Kas Daerah secara langsung dan sekaligus agar dapat dengan cepat diserap oleh Pemerintah Daerah. Pada bulan selanjutnya barulah disertakan kembali ke PT. Bank Sumut sebagai penyertaan modal. Memang benar jika dana yang ada dapat dengan cepat diserap maka pembangunan akan berjalan, namun korupsi juga berjalan. Namun, untuk mengikuti globalisasi ekonomi dunia PT. Bank Sumut menerapkan pembagian dividen interim berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pada Pasal 72 menyebutkan bahwa 245 : 1 ”Perseroan dapat membagikan dividen interim sebelum tahun buku Perseroan berakhir sepanjang diatur dalam anggaran dasar Perseroan. 2 Pembagian dividen interim sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dilakukan apabila jumlah kekayaan bersih Perseroan tidak menjadi lebih kecil daripada jumlah modal ditempatkan dan disetor ditambah cadangan wajib. 3 Pembagian dividen interim sebagaimana dimaksud pada ayat 2 tidak boleh mengganggu atau menyebabkan Perseroan tidak dapat memenuhi kewajibannya pada kreditor atau mengganggu kegiatan Perseroan. 4 Pembagian dividen interim ditetapkan berdasarkan keputusan Direksi setelah memperoleh persetujuan Dewan Komisaris, dengan memperhatikan ketentuan pada ayat 2 dan ayat 3. 5 Dalam hal setelah tahun buku berakhir ternyata Perseroan menderita kerugian, dividen interim yang telah dibagikan harus dikembalikan oleh pemegang saham kepada Perseroan. 6 Direksi dan Dewan Komisaris bertanggung jawab secara tanggung renteng atas kerugian Perseroan, dalam hal pemegang saham tidak dapat mengembalikan dividen interim sebagaimana dimaksud pada ayat 5”. 245 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Universitas Sumatera Utara Pembagian dividen interim yang diterapkan oleh PT. Bank Sumut pada dasarnya melindungi Pemegang Saham yang telah menyertakan modalnya yaitu Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Alasan menggunakan kebijakan ini adalah untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah PAD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Gunanya adalah untuk disalurkan kepada setiap SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah agar dapat diserap untuk pembangunan daerah setiap KabupatenKota sebagai Pemegang Saham. PAD harus dilaporkan setiap 31 Desember setiap tahunnya. Pelaporan PAD tersebut didasarkan pada Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Tebatas. 246 Dengan kata lain, pelaksanaan pembagian deviden boleh dibuat oleh Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 5 Tahun 2009 tentang Penyertaan Modal PT. Bank Sumut. Namun, pelaksanaannya tetap menggunakan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pembagian saham menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah bisa dibagikan sebelum tahun buku takwim tetapi perlu meminta persetujuan dari RUPS. Pada Undang- Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, pembagian dividen interim hanya berdasarkan surat keputusan dari Direksi saja. Jadi, PT. Bank Sumut harus mengikuti Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang menggunakan persetujuan Direksi untuk pembagian dividen interim. Maka dari itu Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 5 Tahun 2009 tentang Penyertaan 246 Pasal 69 ayat 1, Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang mengatakan bahwa : “Persetujuan laporan tahunan termasuk pengesahan laporan keuangan serta laporan tugas pengawasan Dewan Komisaris dilakukan oleh RUPS”. Universitas Sumatera Utara Modal PT. Bank Sumut menyebutkan bahwa pembagian dividen ke Kas Daerah selanjutnya baru reinvestasi kembali tanpa perlu adanya RUPS. Jika pembagian deviden pertahun maka saham akan menjadi 0 nol maka dari itu agar tidak terjadi kekosongan saham harus dilakukan pembagian dividen berdasarkan pembagian saham interim. Oleh karena itu, teori kebijakan dividen menurut Merton Miller dan Franco Modigliani yang mengatakan bahwa : ”Kebijakan deviden tidak berpengaruh baik terhadap harga saham perusahaan maupun terhadap biaya modalnya”. 247 Pengaruh baik disini artinya bahwa penarikan seluruh deviden akan menyebabkan hal yang negatif, maksudnya adalah bahwa PT. Bank Sumut akan kesulitan dalam pengalokasian modalnya. Pengalokasian modal dalam hal pembangunan cabang-cabang baru dan penyediaan layanan berupa penempatan ATM, dan lain sebagainya. Jika, dividen ditahan akan menyebabkan kebaikan kepada PT. Bank Sumut untuk membuka cabang-cabang baru dan peningkatan layanan karena modal lebih besar dapat digunakan dengan baik.

3. Alokasi Penggunaan Dividen dari Penyertaan Modal Pemerintah