Saham Pemerintah Propinsi, KotamadyaKabupaten di PT. Bank Sumut

Setelah mendapatkan modal awal melalui penyertaan modal barulah PT. Bank Sumut selanjutnya mencari tambahan modal dari dana yang bersumber dari masyarakat luas. Dana yang bersumber dari masyarakat luas berupa tabungan, deposito, giro, surat-surat berharga, dan lain sebagainya. Surat berharga tersebut biasanya dalam bentuk referensi bank dan garansi bank. Surat berharga tersebut digunakan oleh nasabah bank untuk berbagai macam keperluan. Contohnya dalam hal pengajuan dokumen tender pengadaan barang dan jasa pada instansi pemerintahan ataupun swasta. 207

2. Saham Pemerintah Propinsi, KotamadyaKabupaten di PT. Bank Sumut

Saham PT. Bank Sumut dimiliki sepenuhnya oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan KabupatenKota. PT. Bank Sumut adalah bank yang 59,95 sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan 40,05 dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten dan Kota se-Provinsi Sumatera Utara. 208 Kantor cabang PT. Bank Sumut juga tersebar di seluruh daerah Tingkat II dan juga di Jakarta. Setelah mengeluarkan modal maka perusahaan biasanya memberikan keuntungan yang disebut dengan dividen. Dividen diatur dalam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS. RUPS diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pada laporan keuangan PT. Bank Sumut tidak bisa dilihat saham-saham yang dimiliki oleh Pemrovsu, Pemkab, maupun Pemko. Begitu juga dengan website resmi 207 Rocky Marbun, Tanya Jawab Seputar Tata Cara Pengadaan BarangJasa Pemerintah, Jakarta : Visimedia, 2010. 208 Bank Sumut, “Info Saham”, Op.cit. Universitas Sumatera Utara PT. Bank Sumut yang tidak menyediakan informasi untuk itu. Dengan kata lain, saham-saham tersebut tidak diupdate dan dipublikasikan setiap kali terjadi perubahan saham. Setelah ditanyakan melalui Bagian Umum dan SDM PT. Bank Sumut di Lantai 3 Gedung Bank Sumut, Jl. Imam Bonjol juga tidak memperoleh hasil yang memuaskan. Hal ini menyangkut kerahasiaan bank. 209 Mengenai ketidakjelasan informasi dari saham ini, seharusnya pihak PT. Bank Sumut mengutamakan Paragraf 8 Bagian Umum Penjelasan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, bahwa untuk maksud tertentu dalam hal ini pendidikan rahasia bank dapat dikesampingkan.

B. Pengangkatan dan Pemberhentian Direksi PT. Bank Sumut

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Pemerintah KabupatenKota juga bertanggung jawab dalam hal pengangkatan dan pemberhentian Direksi dan Komisaris PT. Bank Sumut. Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan- Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah pada Pasal 11 ayat 4 mengatakan bahwa : “Anggota Direksi diangkat oleh Kepala Daerah Daswati I yang bersangkutan untuk selama-lamanya 4 tahun; setelah waktu itu berakhir, anggota yang bersangkutan dapat diangkat kembali”. Untuk pengangkatan dan pemberhentian Direksi dan Komisaris pada Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan 209 Paragraph 8 Pada Bagian Umum Penjelasan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, mengatakan bahwa : “dalam rangka meningkatkan fungsi kontrol sosial terhadap lembaga perbankan, ketentuan mengenai rahasia bank yang selama ini sangat tertutup harus ditinjau ulang, Rahasia Bank dimaksud merupakan salah satu unsur yang harus dimiliki oleh setiap bank sebagai lembaga kepercayaan masyarakat yang mengelola dana masyarakat, tetapi tidak seluruh aspek yang ditatausahakan bank merupakan hal-hal yang dirahasiakan”. Universitas Sumatera Utara Terbatas juga mengatakan bahwa pengangkatan dan pemberhentian Direksi dan Komisaris harus berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham RUPS. Menurut Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 2 Tahun 1999 tentang Perubahan Bentuk Hukum Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara dari Perusahaan Daerah Menjadi Perseroan Terbatas Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara pada Pasal 13 menyebutkan bahwa 210 : 1 “Bank dipimpin oleh Direksi, yang terdiri dari seorang Direktur Utama dan sebanyak-banyaknya 4 empat orang Direktur. 2 Direksi diangkat oleh RUPS untuk jangka waktu 4 empat tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 satu periode berikutnya. 3 Prosedur, persyaratan, pengangkatan, masa jabatan, tugas dan wewenang serta pemberhentian direksi diatur dalam Akta Pendirian”. Jika dilihat pada Pasal 13 ayat 2 Perda Provsu No. 2 Tahun 1999, Pengaturan mengenai periode direksi hanya bisa diangkat kembali untuk 1 satu periode berikutnya setelah masa jabatan pada periode pertama telah berakhir. Pada ketentuan ini melarang direksi untuk menduduki jabatan direksi sebagai pengurus perusahaan lebih dari 2 dua periode. Namun, kedudukan Direktur Utama PT. Bank Sumut pada tahun 2011 ini sudah memasuki periode ketiga. Hal ini dapat dilihat pada laporan Khaeruddin sebagai Wartawan Harian Kompas di bawah ini 211 : “Beberapa waktu lalu sempat ada pertemuan informal antara anggota DPRD dan salah seorang unsur Pimpinan DPRD dengan Gus Irawan. Setelah pertemuan itu, tiba-tiba muncul berita di media kalau DPRD dan salah seorang pimpinannya tidak mempermasalahkan jabatan Direksi Bank Sumut 210 Pasal 13, Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 2 Tahun 1999 tentang Perubahan Bentuk Hukum Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara dari Perusahaan Daerah Menjadi Perseroan Terbatas PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara, , Lembaran Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara Tahun 1999 Nomor 47 Seri D Nomor 47. 211 Khaeruddin, “Makin Kuat Indikasi Aliran Dana Bank Sumut ke DPRD”, http:tekno.kompas.comread2008052918424227Makin.Kuat.Indikasi.Aliran.Dana.Bank.Sumut.ke .DPRD., diakses pada 09 Juni 2011. Laporan ini diterbitkan pada 29 Mei 2008. Universitas Sumatera Utara diperpanjang lagi. Padahal itu sama sekali bukan pertemuan resmi DPRD Sumut. Gus Irawan membantah jika ada aliran dana dari Bank Sumut ke anggota DPRD. Rencana perpanjangan masa jabatan Gus Irawan itu sudah dibahas sejak RUPS tahun 2007 lalu. Tidak ada kaitannya masa jabatan direksi dengan DPRD karena yang memutuskan adalah Pemegang Saham. Sebelumnya pada tanggal 28 Mei RUPS Luar Biasa PT. Bank Sumut mengubah Anggaran Dasar. Salah satunya soal masa jabatan direksi yang sebelumnya ditentukan selama empat tahun untuk maksimal dua periode diubah menjadi tidak terbatas, atau dapat dijabat berkali-kali. Perubahan ini untuk memuluskan Gus Irawan kembali menjabat sebagai Direktur Utama untuk periode ketiga”. Berdasarkan Perda No. 21999 periode jabatan direksi maksimal dua kali. Namun dengan alasan Bank Sumut saat ini sudah merupakan perseroan, maka tunduk pada UU Perseroan yang tidak mengatur secara tegas periode jabatan direksi. Menanggapi hasil RUPS Luar Biasa PT. Bank Sumut yang mengubah Anggaran Dasarnya, Fraksi Partai Keadilan Sejahtera FPKS DPRD Sumut mengirimkan Surat ke Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Andi Mattalata, mempertanyakan produk hukum hasil RUPS Luar Biasa tersebut. Ketua FPKS DPRD Sumut, Sigit Pramono Asri mengatakan, tidak ada alasan mengatakan Perda No. 21999 bertentangan dengan UUPT. Bahkan jabatan direksi BUMN yang merupakan Perseroan pun tetap dibatasi periodenya berdasarkan UU No. 192003 tentang BUMN. Dalam UU ini sangat jelas disebutkan bahwa pembatasan masa jabatan direksi tidaklah diartikan sebagai peniadaan atau mengurangi ketentuan-ketentuan yang mengatur perseroan terbatas. Untuk itulah FPKS DPRD Sumut, lanjut Sigit meminta Menkumham untuk menolak Perubahan ADRT PT. Bank Sumut sebagai hasil RUPS Luar Biasa. Perubahan ketentuan Anggaran Dasar BUMD seperti Bank Sumut harus mendapat persetujuan Menteri. Untuk itu kami mengirimkan surat resmi agar perubahan ditolak. Di sisi lain, Hidayatullah menyesalkan sikap sebagian Anggota DPRD Sumut yang membiarkan saja ketika ada Perda dilanggar. Fungsi Dewan sudah enggak jalan. Berarti kalau jabatan direksi tetap dibiarkan tanpa batas, Perda soal Bank Sumut ini tidak berlaku lagi. Padahal sampai hari ini masih belum ada pencabutan terhadap Perda tersebut”. Kedudukan Direksi PT. Bank Sumut pada saat sekarang ini jelas kelihatan sudah menyalahi aturan yang berlaku yaitu Pasal 13 ayat 2 Perda Provsu No. 2 Tahun 1999. Seharusnya pengawasan dan penindakan perlu dilakukan oleh DPRD Universitas Sumatera Utara Sumut selaku perimbangan kekuasaan dari Lembaga Eksekutif yaitu Pemprovsu yang notabene adalah sebagai Pemegang Saham PT. Bank Sumut. Adapun pengangkatan dan pemberhentian direksi harus didasarkan pada RUPS, tetapi RUPS juga tidak boleh mengabaikan Perda Provsu No. 2 Tahun 1999 yang telah berlaku dan belum dicabut. Jika dikaitkan dengan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pelaksanaan RUPS Luar Biasa tidak menyalahi aturan. Namun, substansi dari putusan RUPS Luar Biasa itulah yang bertentangan dengan Pasal 13 ayat 2 Perda Provsu No. 2 Tahun 1999. Hal ini dikarenakan PT. Bank Sumut adalah usaha dari Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan KabupatenKota. Dengan begitu yang bertanggung jawab untuk mengangkat dan memberhentikan Direksi dan Komisaris adalah Rapat Umum Pemegang Saham RUPS yang pemegang sahamnya adalah Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara dan KabupatenKota. Dalam Pasal 15 ayat 1 huruf h., dijelaskan bahwa : “Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat 1 memuat sekurang-kurangnya : h. tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian anggota Direksi dan Dewan Komisaris”. 212 Jadi, dengan kata lain, Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Bank Pembangunan Daerah dan Undang- Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang mengatur mengenai pengangkatan dan pemberhentian Dewan Direksi dan Dewan Komisaris adalah tidak bertentangan. Di dalam ketentuan Bank Pembangunan Daerah, Pemegang Saham disini adalah setiap Kepala Daerah se-Provinsi Sumatera Utara yang melakukan 212 Pasal 15 ayat 1 huruf h., Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Universitas Sumatera Utara Rapat Umum Pemegang Saham. Sedangkan dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, RUPS adalah sebuah acara untuk menentukan kebijakan-kebijakan perseroan oleh Organ Perseroan yaitu Direksi, Komisaris, dan Pemegang Saham. Maka dari itu, karena ketertinggalan Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah digunakanlah Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Memang kedua Undang-Undang tersebut kelihatan tidak bertentangan tapi jika dilihat lebih lanjut lagi kata-kata atau istilah-istilah yang dipakai pada Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 adalah tidak sesuai lagi dengan perkembangan dunia perbankan. Dasar pijakannya adalah Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Bank Pembangunan Daerah selanjutnya mengenai tata cara pengangkatan dan pemberhentian Direksi dan Komisaris diatur oleh Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Dalam hal ini dapat dilihat pada Anggaran Dasar Rumah Tangga PT. Bank Sumut yang sudah diberitakan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Kedudukan Anggaran Dasar Rumah Tangga PT. Bank Sumut berarti harus diselaraskan dengan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

C. Peran Pemprovsu dalam Pengalihan Saham dari Bank Pembangunan

Daerah Sumatera Utara ke PT. Bank Sumut Pemprovsu sangat berperan aktif dalam pengalihan Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara kepada PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara PT. Bank Sumut. Peran aktif tersebut dikarenakan Pemprovsu memiliki saham terbesar Universitas Sumatera Utara pada PT. Bank Sumut dibandingkan dengan Pemkab dan Pemko lainnya. Hal ini dapat dilihat pada Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 2 Tahun 1999 tentang Perubahan Bentuk Hukum Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara dari Perusahaan Daerah Menjadi Perseroan Terbatas PT. Apapun tindakan dari Pemegang Saham harus dimuat di dalam Akta Notaris yang disahkan dengan Keputusan Menteri Hukum dan HAM. Namun, dalam hal perubahan bentuk hukum ini harus dibuat terlebih dahulu Perda pembentukannya sebagai dasarnya selanjutnya barulah Notaris membuat Akta Pendirian PT. Bank Sumut. Dalam Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 2 Tahun 1999 tentang Perubahan Bentuk Hukum Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara dari Perusahaan Daerah Menjadi Perseroan Terbatas PT memerintahkan agar PT. Bank Sumut menjadi Perusahaan Terbuka. Perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sudah go public. Tujuan dari perusahaan terbuka ini adalah untuk menarik dana dari masyarakat luas. Namun, hal ini belum tercapai dikarenakan penyertaan modal yang dilakukan oleh Pemprovsu belum mencapai Rp. 400 miliar. 213 Pada Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 5 Tahun 2009 tentang Penyertaan Modal pada PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara dapat dilihat pada Pasal 4 ayat 4 bahwa total penyertaan modal yang dilakukan adalah Rp. 291.832.800.000,-. Belum mencapai Rp. 400 miliar makanya PT. Bank Sumut belum menjadi Perusahaan Terbuka. Jika dibandingkan kedua Peraturan Daerah Provinsi 213 Pasal 7 ayat 1 menyatakan bahwa : “modal dasar bank untuk pertama kali, ditetapkan sebesar Rp.400.000.000.000,- empat ratus miliar rupiah”. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 2 Tahun 1999 tentang Perubahan Bentuk Hukum Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara dari Perusahaan Daerah Menjadi Perseroan Terbatas PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara, Tbk. Universitas Sumatera Utara Sumatera Utara tersebut ada kelihatan ketidakkonsistenan dari Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Dapat dilihat pada modal awal pada Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 2 Tahun 1999, Pasal 7 ayat 1 disebutkan modal awal Rp. 400 miliar namun pada Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 5 Tahun 2009, pada Pasal 4 ayat 4 hanya terkumpul total Rp.291.832.800.000,-. Juga pada bagian judul peraturan daerah tersebut menyebutkan PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara, tidak menggunakan PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara, Tbk. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 2 Tahun 1999 tentang Perubahan Bentuk Hukum Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara dari Perusahaan Daerah Menjadi Perseroan Terbatas PT Bank Pembangunan Sumatera Utara, Tbk. Walaupun Pemprovsu memiliki peran aktif dalam perubahan bentuk hukum tersebut namun tidak diikuti dengan keseriusan penegakan hukum dari produk hukum yang dikeluarkan. Setelah melakukan riset untuk memperoleh data berupa peraturan daerah tersebut juga ditemukan berbagai kesulitan salah satunya adalah masalah birokrasi yang carut marut. Untuk membalas surat riset yang diberikan kepada Pemprovsu membutuhkan waktu yang lama dan adanya transaction cost. Hal ini disebabkan kesadaran hukum para aparatur negara masih rendah.

D. Tanggung Jawab Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam

Penyertaan Modal pada PT. Bank Sumut Jika ada tanggung jawab disitu ada hak dan kewajiban. Pemprovsu mempunyai tanggung jawab kepada PT. Bank Sumut dalam hal penyertaan modal. Universitas Sumatera Utara Pemprovsu juga mempunyai hak berupa dividen dari PT. Bank Sumut. Tanggung jawab tersebut berlangsung selama PT. Bank Sumut masih berdiri begitu juga dengan hak berupa deviden tersbeut. Hal ini dikarenakan PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara adalah Badan Usaha Milik Daerah dan merupakan alat kelengkapan otonomi daerah yang berfungsi sebagai alat pengembangan ekonomi daerah dan menjadi salah satu sumber pendapatan asli daerah. 214 Pemerintah Daerah Sumatera Utara diberikan tanggung jawab oleh Undang- Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1999 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke Dalam Modal Bank Pembangunan Daerah-Daerah Istimewa Aceh, Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara, Bank Pembangunan Daerah Bengkulu, Bank Pembangunan Daerah Lampung, Bank Pembangunan Daerah-Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah, Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur, Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Barat, Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Utara, Bank Pembangunan Daerah Maluku, Bank Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Barat, Dan Bank Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Timur Dalam Rangka Program Rekapitalisasi Bank Umum. Jadi, tanggung jawab inilah yang menimbulkan peran kepada Pemprovsu untuk mengatur sepenuhnya mengenai PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara. Penyertaan modal dipandang perlu karena kesulitan permodalan yang dialami Bank Pembangunan Daerah pada awal pertama kali berdiri. 214 Bagian Menimbang huruf a., Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 5 Tahun 2009 tentang Penyertaan Modal pada PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara Menurut The General System Theory, “Struktur Hukum yang Sistematis dan Hierarkis”, peraturan perundang-undangan mengenai penyertaan modal kepada PT.Bank Sumut belum baik. Hal ini dikarena banyaknya kata-kata yang salah dalam Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara yang mengatur mengenai penyertaan modal ini. Contohnya dapat dilihat pada judul Perda Provsu No. 2 Tahun 1999 yang kata PT. Bank Sumut sudah menggunakan kata “Tbk” padahal PT. Bank Sumut belum melakukan privatisasi. Penggunaan kata terbuka tidak boleh dilakukan jika perusahaan belum melakukan penawaran umum. Selanjutnya, diikuti juga dengan aparatur yang tidak baik dan budaya hukum yang tidak baik pula maka peraturan tersebut akan sia-sia. Dalam hal Peraturan Daerah mengenai penyertaan modal bank sumut, terdapat redaksi yang salah. Inilah substansi hukum yang tidak baik.

1. Hak dan Kewajiban Pemprovsu