Kebijakan Direksi Bank Indonesia Mengenai Modal Minimum Bank

adalah dengan kreditpembiayaan agar ATMR dikurangi dari 50 menjadi 25, terkait dengan masalah resiko tersebut, mempengaruhi nilai ATMR dan kesehatan Bank menjadi menurun. Akhirnya akan sangat berpengaruh terhadap modal dan kinerja, karena kalau nilai ATMR menurun terus bisa jadi harus menambah modal disetor ke Bank tersebut. 72

2. Kebijakan Direksi Bank Indonesia Mengenai Modal Minimum Bank

Umum Kebijakan Direksi Bank Indonesia mengenai modal minimum bank umum diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No. 321PBI2001 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum, Peraturan Bank Indonesia No. 916PBI2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No. 715PBI2005 tentang Jumlah Modal Inti Minimum Bank Umum. Dalam latar belakang Peraturan Bank Indonesia No. 321PBI2001 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum menyebutkan bahwa dalam rangka menciptakan sistem perbankan yang sehat dan mampu bersaing secara nasional dan internasional, maka diperlukan penyesuaian struktur permodalan bank sesuai standar internasional yang berlaku. 73 Menurut Pasal 2 peraturan ini menyebutkan bahwa bank wajib menyediakan modal minimum 8 delapan perseratus dari aktiva tertimbang menurut risiko terhitung sejak akhir bulan Desember 2001. Sejalan dengan yang disebutkan dalam Act. 40, Part 2 Bank for 72 Bank Indonesia, International Convergence of Capital Measurement and Capital Standards: A Revised Framework June 2004, Op.cit., hal. 16. 73 Bagian Menimbang, Peraturan Bank Indonesia No. 321PBI2001 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum. Universitas Sumatera Utara International Settlement yang menyebutkan rasio modal harus tidak lebih rendah dari 8 delapan perseratus. Modal tersebut diambil dari Pemerintah untuk status bank pemerintah. Bank pemerintah dimaksud adalah bank-bank konvensional maupun syariah. Jika, bank tersebut tidak bisa memenuhi modal minimum tersebut maka akan ditempatkan dalam pengawasan khusus maksudnya adalah daftar list dari Bank Indonesia, yaitu Bank dalam Pengawasan. Modal tersebut terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. 74 Besaran dari modal pelengkap ini adalah 100 seratus perseratus dari modal inti. Maksudnya jika modal inti Rp. 100 juta, maka modal pelengkap harus lebih kecil atau sama dengan Rp. 100 juta juga. Jadi modal bank tersebut sudah ada kurang dari Rp. 200 juta. Modal inti terdiri dari 2 dua yaitu modal disetor dan cadangan tambahan modal disclosured reserve. 75 Selanjutnya cadangan tambahan modal dibagi lagi dalam 8 delapan faktor penambah yaitu : agio; modal sumbangan; cadangan umum modal; cadangan tujuan modal; laba tahun-tahun lalu setelah diperhitungkan pajak; laba tahun berjalan setelah diperhitungkan taksiran pajak sebesar 50 lima puluh perseratus; selisih lebih penjabaran laporan keuangan kantor cabang luar negeri; dan dana setoran modal. 76 Ada juga yang disebut faktor pengurang, yaitu : disagio; rugi tahun-tahun lalu; rugi tahun berjalan; selisih kurang penjabaran laporan keuangan 74 Pasal 3 ayat 1, Peraturan Bank Indonesia No. 321PBI2001 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum. 75 Pasal 4 ayat 1, Peraturan Bank Indonesia No. 321PBI2001 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum. 76 Pasal 4 ayat 3 huruf a., Peraturan Bank Indonesia No. 321PBI2001 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum. Universitas Sumatera Utara kantor cabang luar negeri; dan penurunan nilai penyertaan pada portofolio yang tersedia untuk dijual. 77 Dalam hal perhitungan laba atau rugi sebuah bank harus dikeluarkan terlebih dahulu hitungan pajak tangguhan. 78 Dengan kata lain, setiap pajak harus didahulukan untuk dibayarkan kepada pemerintah. Pada modal pelengkap terdiri dari : cadangan revaluasi aktiva tetap; cadangan umum dari penyisihan penghapusan aktiva produktif setinggi-tingginya 1,25 seratus dua puluh lima per sepuluh ribu dari aktiva tertimbang menurut risiko; modal pinjaman hybridquasi capital; pinjaman subordinasi setinggi-tingginya sebesar 50 lima puluh per seratus dari modal inti; dan peningkatan nilai penyertaan pada portofolio yang tersedia untuk dijual setinggi- tingginya sebesar 45 empat puluh lima per seratus. 79 Bank dilarang untuk mendistribusikan modal atau laba jika distribusi tersebut mengakibatkan kondisi keuangan permodalan bank tidak tercapai rasio 8 delapan per seratus tadi yang dijadikan modal awal sebuah bank. 80 Hal ini menunjukkan kondisi keuangan bank adalah yang nomor satu harus diprioritaskan. Walaupun begitu pajak yang timbul harus dibayarkan terlebih dahulu. 77 Pasal 4 ayat 3 huruf b., Peraturan Bank Indonesia No. 321PBI2001 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum. 78 Pasal 4 ayat 4, Peraturan Bank Indonesia No. 321PBI2001 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum. 79 Pasal 4 ayat 5, Peraturan Bank Indonesia No. 321PBI2001 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum. 80 Pasal 5, Peraturan Bank Indonesia No. 321PBI2001 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum. Universitas Sumatera Utara

B. Penyertaan Modal Didasarkan Dengan Peraturan Daerah Atas

Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD Setiap penyertaan modal yang dilakukan Pemerintah dengan menggunakan APBN maka harus ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Dalam hal PT. Bank Sumut penyertaan modal yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah harus ditetapkan dengan Peraturan Daerah yang dalam hal ini adalah Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 5 Tahun 2009 tentang Penyertaan Modal PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara. Karena PT. Bank Sumut merupakan suatu Badan Usaha Milik Daerah BUMD maka Pemerintah Daerah yang berwenang untuk menetapkan peraturannya. Penyertaan modal yang dilakukan Pemerintah Daerah dilakukan berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Penyertaan Modal Daerah pada modal saham PT. Bank Sumut antara lain berasal dari APBD merupakan kekayaan negara yang dipisahkan, Penyertaan Modal Negara tersebut mengandung arti pemisahan kekayaan negara yang dipisahkan, dipisahkan dari sistem pengelolaan dan pertanggung jawabkan APBD. Modal yang telah disetor pada BUMD PT. Bank Sumut akan menjadi harta kekayaan Bank Sumut selaku badan hukum yang mandiri dan selanjutnya tunduk pada mekanisme berdasarkan hukum korporasi. Dengan demikian maka modal pemerintah pada PT. Bank Sumut akan diperlakukan sama seperti investor lain selaku pemegang saham. Yang mempengaruhi terhadap kontrol perusahaan adalah jumlah saham yang dimiliki, semakin besar persentase perusahaan adalah jumlah saham yang dimiliki, semakin besar persentase kepemilikan saham terhadap perusahaan maka akan Universitas Sumatera Utara semakin besar pula kewenangan untuk mengendalikan perusahaan melalui mekanisme RUPS. 81

1. Sejarah Bank Pembangunan Daerah