Analisis Data DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN

Tabel 4.12 Perbandingan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Tes Siklus I dan Tes Siklus II No Indikator Tes Siklus 1 Tes Siklus 2 Skor ideal Mean SD Skor ideal Mean SD 1 Flexibility 8 4,72 1,25 59,00 12 9,08 2,24 75,67 2 Elaboration 16 10,36 3,58 64,75 8 6,68 1,85 83,50 Tabel 4.12 menunjukan bahwa terdapat 2 indikator kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diukur yaitu flexibility dan elaboration. Setiap indikator memiliki skor yang berbeda-beda, hal ini dikarenakan setiap indikator diwakili oleh soal yang jumlahnya berbeda lihat lampiran 21 dan 22. Terlihat bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa pada siklus II telah mengalami peningkatan. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif tersebut terlihat dalam indikator berpikir luwes flexibility pada siklus I dengan presentase sebesar 59,00 menjadi 75,67 . Sedangkan indikator berpikir terperinci elaboration pada siklus I sebesar 64,75 menjadi 83,50 pada siklus II. Hal ini menunjukan bahwa indikator kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dalam memberikan alternatif jawaban yang berbeda-beda maupun bervariasi dan mengerjakan dengan langkah-langkah terperinci meningkat. Oleh karena itu strategi pemecahan masalah Polya efektif dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

C. Pembahasan

Sebelum penerapan strategi pemecahan masalah Polya kemampuan berpikir kreatif siswa masih tergolong rendah, hal ini didasarkan pada hasil wawancara dengan guru menyatakan bahwa kemampuan berpikir kreatifnya belum begitu bagus atau dengan kata lain masih rendah. Selanjutnya dari hasil pengamatan guru kurang mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran matematika. Soal-soal yang diberikan guru tergolong mudah dan kurang bervariasi atau soal-soal rutin saja sehingga siswa tidak terbiasa dan mengalami kesulitan ketika mengerjakan soal yang sulit dan berbeda dari contoh yang guru berikan. Sehingga dari cara mengerjakanpun siswa belum menunjukan kemampuan berpikir kreatifnya. Sikap siswa cenderung masih banyak yang bercanda dan mengobrol dengan temannya saat pembelajaran. Sehingga peneliti menghendaki untuk memperbaiki proses pembelajaran matematika dengan menggunakan startegi pemecahan masalah Polya agar kemampuan berpikir kreatif matematis siswa meningkat. Dengan menerapkan strategi pemecahan masalah Polya yang meliputi 4 langkah penyelesaian yaitu langkah pertama, memahami masalah. Pada langkah ini siswa dilatih untuk dapat menemukan sendiri informasi yang diberikan serta hal yang ditanyakan dalam soal, sehingga pada langkah ini siswa semakin terlatih dan terbiasa untuk membaca dan memahami sendiri soal yang diberikan serta memahami apa yang mereka tulis. Langkah kedua membuat rencana, pada langkah ini siswa dilatih untuk menemukan sendiri kata kunci yang dapat digunakan untuk menyelesaikan soal, membuat sketsa gambar untuk mempermudah memahami soal, membuat model matematika atau persamaan dari soal yang diberikan, maupun menggunakan rumus dalam penyelesaiannya. Langkah ketiga, melaksanakan rencana. Pada langkah ini siswa dilatih untuk menggunakan kemampuan berhitungnya serta menerapkan konsep dasar yang telah diajarkan sehingga memperoleh solusi dari soal yang diberikan. Langkah terakhir, solusi yang telah diperoleh pada langkah ketiga diperiksa kembali kebenarannya dengan bergerak mundur dari hal-hal yang diketahui diawal. Langkah ini melatih ketelitian siswa dalam melakukan perhitungan dan proses penyelesaian soal. Pada langkah ini siswa juga dilatih untuk menerjemahkan kembali hasil perhitungan yang diperoleh dengan menarik kesimpulan jawaban dan meyakinkan jawaban dengan menuliskan pernyataan benar atau memberi tanda cheklist. Pembelajaran seperti ini diharapkan dapat membuat siswa lebih kreatif dalam dan berguna bagi siswa dalam menyelesaikan masalah. Sebab dalam praktiknya siswa harus terlebih dahulu mengidentifikasi informasi-informasi yang ada dalam soal. lalu menganalisisnya dan kemudian siswa memodifikasi informasi yang ada atau diketahui tersebut hingga menjadi pertanyaan atau jawaban yang diselesaikan melalui ide-ide yang muncul dengan luwes dan terperinci. Pada pelaksanaan tindakan siklus I pengkondisisan kelas belum berjalan dengan baik, masih terdapat siswa yang mengobrol, bermain bahkan berjalan-jalan di kelas. Beberapa siswa masih malu dan enggan bertanya untuk mengeluarkan pendapatnya. Kegiatan diskusi kelompok masih belum berjalan dengan lancar, beberapa kelompok belum bisa bekerja sama dengan baik dan masih saling mengandalkan anggota kelompok yang pintar. Perolehan rata-rata tes siklus I belum sesuai intervensi yang diharapkan, jawaban yang diberikan masih sedikit yang menunjukan kemampuan berpikir kreatifnya. Siswa masih ragu, bingung dan kesulitan menggunakan 4 langkah Polya dalam menyelesaikan soal dengan menghasilkan cara atau jawaban yang beragam dengan memperinci langkah- langkah penyelesaian Respon yang diberikan siswa selama pembelajaran siklus I masih sedikit yang menyatakan respon positifnya. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara beberapa siswa yang menyatakan bahwa pembelajarannya susah dan soal-soal yang sulit. Sedangkan dari hasil angket hanya sebesar 69,33 siswa menyatakan sikap positif terhadap pembelajaran dengan menggunakan strategi pemecahan masalaah Polya ini. Pada pelaksanaan siklus II setelah tindakan perbaikan secara keseluruhan data untuk mendukung efektivitas strategi yang digunakan telah mengalami peningkatan. Diantaranya peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang disertai peningkatan aktivitas belajar dan sikap positif siswa terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan strategi pemecahan masalah Polya. Penggunaan strategi ini dalam kegiatan belajar mengajar pokok bahasan menghitung luas bangun datar dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas bangun datar untuk mendorong siswa menggunakan kemampuan berpikir kreatifnya dalam memikirkan untuk menjawab soal dengan cara yang berbeda dan menyelesaikan secara terperinci dengan 4 tahapan penyelesaian yang sistematis dan berurutan memberikan pengalaman baru bagi siswa dalam belajar matematika. Mereka terbiasa menjawab soal dengan strategi pemecahan masalah dalam belajar matematika. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa terlihat dari hasil rata- rata kemampuan berpikir kreatif siswa mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 62,4 menjadi 79,1 pada siklus II. Dan diperoleh dari presentase tiap indikator berpikir kreatif yang diujikan tiap akhir siklus, indikator berpikir luwes flexibility pada siklus I dengan presentase sebesar 59,00 menjadi 75,67 . Sedangkan indikator berpikir terperinci elaboration pada siklus I sebesar 64,75 menjadi 83,50 pada siklus II Sedangkan untuk hasil keseluruhan rata-rata presentase aktivitas siswa telah masuk pada kategori sangat baik. Selama siklus II, siswa mulai menunjukan sikap antusias dalam belajar, siswa mulai merespon pembelajaran yang dberikan peneliti dengan memperhatikan penjelasan peneliti, memberi tanggapan pada kelompok lain, tidak malu dan takut untuk bertanya ketika mengalami kesulitan mengerjakan soal. Salah satu hal yang menarik bagi siswa dalam pembelajaran menggunakan strategi ini adalah aktivitas belajar yang lebih menyenangkan, siswa bisa saling bekerja sama saling membantu dalam mengerjakan soal, diskusi, pemberian reward atas apa yang mereka kerjakan sehingga membuat lebih bersemangat. Pada siklus II metode pembagian kelompok secara heterogen mampu memfasilitasi keinginan siswa untuk bertukar pikiran dan mampu bekerja sama dengan baik bersama kelompoknya dalam mencari