Tahap Pengamatan Deskripsi Data

melalui kegiatan berdiskusi, mengerjakan LKS dan sebagainya karena peneliti beserta observer membimbing dan memantau jalannya proses pembelajaran dengan lebih tegas dengan memberikan sanksi berupa pengurangan nilai pada siswa yang tidak ikut berdiskusi kelompok atau mengerjakan LKS. Aktivitas siswa memperhatikan atau menghargai pendapat teman berdasarkan data tabel meunjukan hasil yang sangat baik, hal ini terlihat saat proses jalannya kegiatan diskusi dan mempresentasikan hasil diskusi perkelompok semua siswa menghargai hasil diskusi kelompok lainnya. Ketertarikan siswa pada materi pembelajaran berdasarkan data tabel mengalami peningkatan dari kategori baik pada siklus I dengan perolehan nilai keseluruhan 9 menjadi 13 termasuk dalam kategori sangat baik pada siklus II. Hal ini dikarenakan siswa sudah mulai terbiasa menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah Polya dalam menyelesaikan soal dengan beragam cara yang mampu mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Pada siklus I masih banyak siswa yang tidak mencatat materi yang penting, maka pada siklus II ini jauh lebih baik karena siswa mencatat hasil diskusi, mencatat hasil pembahasan LKS dan mencatat materi tambahan yang diberikan oleh peneliti. Pada saat mengerjakan tugas atau latihan yang diberikan peneliti awalnya pada siklus I siswa masih terlihat bingung bahkan hanya mengerjakan soal-soal yang dianggap mudah saja dan masih salah pada penempatan langkah Polya. Pada siklus II ini siswa sudah mau mengerjakan tugas atau latihan secara berkelompok maupun individu dengan baik dan bertanggung jawab. Hal ini terlihat saat siswa mau bekerja sama mengerjakan lembar kerja kelompok dan mengerjakan lembar kerja siswa yang diberikan peneliti sebagai bahan penilaian. 2. Aktivitas Pembelajaran Guru Peneliti Hasil kegiatan pengamatan pada siklus II yang dilakukan oleh observer guru bidang studi matematika yang memberi penilaian terhadap seluruh aktifitas peneliti selama proses pembelajaran berlangsung di kelas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Aktivitas Mengajar Guru Siklus II No Aspek yang diamati Penilaian Total Ket P5 P6 P7 P8 1 Membuka pelajaran 4 4 4 4 16 Sangat Baik 2 Merumuskan tujuan 4 4 4 4 16 Sangat Baik 3 Penguasaan materi 4 4 4 4 16 Sangat Baik 4 Mengajukan pertanyaan 3 3 4 4 14 Sangat Baik 5 Memotivasi siswa 3 3 3 4 13 Sangat Baik 6 Memilih media 3 3 3 3 12 Baik 7 Pengelolaan kelas 3 3 3 4 13 Sangat Baik 8 Pengaturan kelompok 4 4 4 4 16 Sangat Baik 9 Membimbing dan memonitor siswa dalam belajar 4 4 4 4 16 Sangat Baik 10 Pemberian tugaslatihan 3 4 4 4 15 Sangat Baik 11 Menyusun alat evaluasi 3 4 4 4 15 Sangat Baik 12 Menutup pelajaran 4 4 4 4 16 Sangat Baik Total skor 42 44 45 47 178 Skor Maksimal 48 48 48 48 192 Persentase 87,50 91,67 93,75 97,90 Rata-rata 92,71 Keterangan: P = Pertemuan Kriteria nilai: Skala skor total : 1 = Kurang Baik Kurang Baik = 1 – 4 2 = Cukup Baik Cukup Baik = 5 – 8 3 = Baik Baik = 9 – 12 4 = Sangat Baik Sangat Baik = 13 – 16 Berdasarkan tabel 4.7 terkait dengan hasil observasi kegiatan aktifitas mengajar, peneliti sudah mengikuti setiap aspek yang diamati dalam lembar observasi dan melakukan langkah-langkah yang tersusun di dalam RPP. Sesuai dengan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa hasil rata-rata aktifitas mengajar peneliti pada siklus II mengalami peningkatan rata-rata presentase menjadi 92,71 yang menunjukan rata-rata keseluruhan dalam kategori “Sangat Baik ”. 3. Hasil Wawancara Wawancara dilakukan setelah proses pembelajaran pada akhir tes siklus II selesai. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui respon dan ketertarikan siswa terhadap strategi pemecahan masalah Polya. Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan berdasarkan tingkat kemampuan siswa dalam belajar matematika yang dipilih secara acak. Berdasarkan hasil wawancara pada siklus II dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa berkomentar positif terhadap strategi pembelajaran yang dilakukan peneliti. Pembelajaran menggunakan strategi pemecahan masalah Polya dirasa bagus, lebih menyenangkan dan membuat lebih bersemangat. Siswa yang berkemampuan tinggi dan sedang rata-rata sudah tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan langkah penyelesaian karena sudah terbiasa, sedangkan siswa yang berkemampuan rendah masih terkendala pada proses perhitungan yang merupakan salah satu langkah penyelesaian dalam melaksanakan rencana. Hal lain dari hasil wawancara menunjukan siswa sudah dapat menggunakan langkah-langkah strategi pemecahan masalah Polya untuk dapat menyelesaikan soal secara terperinci dan dengan cara yang berbeda dalam memberikan jawaban lebih dari satu cara. Menurut sebagian siswa strategi pembelajaran ini juga dirasa sudah layak atau pantas diterapkan dalam pembelajaran matematika disekolah, namun waktunya perlu ditambah lagi. Siswa yang berkemampuan rendah bisa terbantu belajar lebih baik dengan bekerja sama teman lainnya melalui kegiatan diskusi kelompok. 4. Hasil Angket Setelah data hasil angket siswa pada siklus II dianalisis, langkah selanjutnya adalah menginterpretasikan data tersebut dengan mencari jumlah rata-rata nilai presentase respon siswa terhadap strategi pembelajaran masalah Polya. Berikut presentase jawaban hasil angket yang diperoleh dari 15 butir pernyataan yang dijabarkan pada tabel dibawah ini: Tabel 4.8 Hasil Angket Siklus II Kategori No Pernyataan Alternatif Jawaban Rata-rata Ya Tidak Positif 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 12 195 - 86,67 - 30 13,33 Jumlah 225 Negatif 1, 7, 11, 13, 14, 15 44 - 29,33 - 106 70,67 Jumlah 150 Dari 25 siswa yang melakukan pengisian angket, sebagian besar siswa menunjukan tanggapan maupun respon positif terhadap pembelajaran menggunakan startegi pemecahan masalah Polya dengan peningkatan rata-rata presentasi respon jawaban positif sebesar 86,67 . Respon ini terjadi karena siswa sudah mengenal dan mulai terbiasa menggunakan strategi pemecahan masalah Polya dengan menerapkan langkah-langkah penyelesaiannya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. 5. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Tahap pembelajaran pada siklus II ini secara umum dapat dikatakan lebih baik. Dari hasil rata-rata tes kemampuan berpikir kreatif siklus II diperoleh nilai terendah 40 dan nilai tertinggi mencapai nilai maksimal yaitu 100. Untuk lebih jelasnya, deskripsi data hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut: Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siklus II No Nilai Frekuensi Absolut Kumulatif Relatif 1 40-51 2 2 8 2 52-63 4 6 16 3 64-75 6 12 24 4 76-87 2 14 8 5 88-99 7 21 28 6 100-111 4 25 16 Jumlah 25 100 Berdasarkan tabel 4.9 diatas dapat diinterpretasikan bahwa banyak kelas adalah 6 kelas dengan panjang interval 12. Sedangkan skor yang paling banyak diperoleh siswa berada pada rentang 88-99 yaitu 28 atau sebanyak 7 siswa. Hasil perhitungan tes kemampuan berpikir kreatif matematis pada siklus II mengalami peningkatan, diperoleh nilai rata-rata sebesar 79,10, median sebesar 78,50, modus sebesar 95,00 varians sebesar 372,00 dan simpangan baku sebesar 19,29 lihat lampiran 16. Hal ini menunjukan bahwa hasil rata-rata tes kemampuan berpikir kreatif siswa pada siklus II ini sudah menunjukan hasil intervensi yang diharapkan yaitu dengan nilai rata-rata kelas mencapai 70. Sehingga tindakan kelas ini dihentikan sampai dengan siklus II karena sudah memenuhi indikator keberhasilan penelitian. Dari hasil perolehan nilai tes kemampuan berpikir kreatif sebanyak 28 yaitu 7 siswa dinyatakan belum tuntas karena belum mencapai KKM Kriteria 1 2 3 4 5 6 7 8 40-51 52-63 64-75 76-87 88-99 100-111 F re kue nsi Interval Kelas Ketuntasan Minimal, sisanya sebanyak 72 yaitu 18 siswa yang sudah mencapai KKM dan dinyatakan tuntas dengan nilai diatas 70 lihat lampiran 17. Adapun hasil tes kemampuan berpikir kreatif siklus II ini disajikan dalam bentuk histogram dan polygon sebagai berikut: Grafik 4.2 Grafik Poligon Dan Histogram Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus II Berdasarkan diagram 4.2 menunjukan bahwa kurva memiliki model miring negatif dengan ekor memanjang disebelah kiri, yang berarti bahwa siswa yang mempunyai nilai diatas rata-rata lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang memperoleh nilai dibawah rata-rata.

d. Tahap Refleksi

Dalam pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan strategi pemecahan masalah Polya yang diterapkan pada konsep luas bangun datar dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas bangun datar yang dilakukan oleh peneliti telah sesuai dan membuat siswa lebih sistematis dalam mengerjakan soal dan mampu mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dalam pembelajaran matematika, walaupun dalam pelaksanaanya masih terdapat kekurangan tetapi hal tersebut dapat teratasi pada tindakan pembelajaran selanjutnya dengan kegiatan refleksi pada setiap siklusnya. Tahap refleksi ini dilakukan oleh peneliti dan kolabolator setelah melakukan proses pembelajaran dengan melihat kondisi kelas yang terjadi. Berdasarkan hasil analisis pada observasi, wawancara dengan siswa, angket dan tes kemampuan berpikir kreatif siswa ditemukan peningkatan dan perbaikan yang cukup signifikan diantaranya, respon siswa yang merasa pembelajaran melalui strategi pemecahan masalah Polya berlangsung lebih menarik menyenangkan, lebih semangat dan dapat diikuti dengan mudah. Hal ini dinyatakan adanya bukti respon siswa melalui wawancara. Aktivitas pembelajaran siswa dengan pendekatan pemecahan masalah sudah menunjukan kategori sangat baik dengan rata-rata presentase 85,16 dari hasil intervensi yang diharapkan mencapai 70 rata-rata keseluruhan aktivitas siswa. Hasil pengamatan aktivitas siswa juga menunjukan hampir seluruh siswa lebih mudah memahami soal pemecahan masalah konsep luas bangun datar dengan menggunakan strategi pemecahan masalah Polya. Selama pembelajaran aktivitas siswa baik secara berkelompok dengan beranggotakan siswa dengan kemampuan heterogen maupun individu sudah berjalan dengan lancar. Kegiatan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung tertib dan kondusif dengan masing-masing anggota kelompok antusias menjawab soal. Tanggung jawab masing-masing individu dalam kelompok juga sudah maksimal tanpa mengandalkan kemampuan siswa yang pandai saja untuk menemukan jawaban dengan beragam cara mereka sendiri sehingga lebih fleksibel. Siswa sudah tidak merasa kesulitan dalam mengerjakan soal pemecahan masalah dengan menggunakan strategi Polya pada lembar kerja kelompok dan LKS yang diberikan. Siswa terlihat sudah memiliki proses berpikir yang menghasilkan jawaban penyelesaian yang berbeda- beda dan terperinci dalam langkah penyelesaiannya. Pada siklus II peneliti hanya berperan sebagai fasilitator yang lebih banyak melibatkan siswa dalam mendapatkan pengetahuan berdasarkan pengalaman diskusi dan hanya perlu memberi penguatan-penguatan terhadap materi atau konsep yang belum dipahami. Perolehan rata-rata tes akhir kemampuan berpikir kreatif matematis siswa siklus II telah mencapai kriteria dari batas yang ditetapkan yaitu sebesar 79,10 dari kriteria ketercapaian minimal nilai rata-rata kelas sebesar 70,00. Adapun skor tiap indikator berpikir kreatif juga mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya sehingga menunjukan bahwa data-data yang dikumpulkan telah mengalami peningkatan dan menyebabkan indikator keberhasilan tercapai. Oleh karena itu penelitian tindakan kelas ini diberhentikan sampai dengan siklus II.

B. Analisis Data

Tahap analisis dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada dari berbagai sumber. Berdasarkan hasil analisis pemberian tindakan menggunakan strategi pemecahan masalah Polya mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa serta mampu mengubah strategi pembelajaran yang selama ini digunakan. Selain itu strategi pembelajaran ini dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada siklus I masih belum mencapai keberhasilan, misalnya masih terdapat siswa yang belum memahami soal dengan baik, masih salah dalam menentukan ukuran panjang, operasi hitung dan rumus luas bangun datar, serta belum mampu menyelesaikan dengan beragam cara yang berbeda. Hal ini mungkin dikarenakan siswa belum terbiasa dengan strategi pembelajaran yang baru, pengkondisian kelas yang belum maksimal karena perlunya penyesuaian dengan keadaan kelas terlebih dahulu, kurangnya optimalisasi waktu yang tersedia dalam mengerjakan soal. Selain itu beberapa siswa masih malu dan belum percaya diri menyatakan pendapat, ide, dan pertanyaan kepada guru maupun sesama teman. Berbeda pada pelaksanaan tindakan siklus II proses pembelajaran sudah berjalan dengan baik dan tertib. Dari keseluruhan aspek aktivitas siswa yang diamati terlihat perbedaan aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II. Berikut analisis untuk data peningkatan aktivitas pembelajaran siswa dari hasil pengamatan yang diperoleh pada siklus I dan siklus II: Tabel 4.10 Perbandingan Hasil Pengamatan Aktivitas Pembelajaran Siswa Siklus I dan Siklus II No Aspek yang diamati Siklus I Siklus II Skor Total Ket Skor Total Ket 1 Memperhatikan penjelasan guru 10 Baik 14 Sangat Baik 2 Menjawab pertanyaan guru 10 Baik 13 Sangat Baik 3 Mengajukan pertanyaan 7 Cukup Baik 12 Baik 4 Keterlibatan dalam kegiatan belajar 11 Baik 14 Sangat Baik 5 Memperhatikanmenghargai pendapat teman 12 Baik 16 Sangat Baik 6 Ketertarikan pada materi pembelajaran 9 Baik 13 Sangat Baik 7 Mencatat penjelasan yang disampaikan guru 9 Baik 12 Baik 8 Mengerjakan tugaslatihan 10 Baik 15 Sangat Baik Total skor 78 109 Skor maksimal 128 128 Rata-rata presentase 60,94 85,16 Skala skor total: Kurang Baik = 1 – 4 Cukup Baik = 5 – 8 Baik = 9 – 12 Sangat Baik = 13 – 16 Berdasarkan tabel 4.10 diatas menunjukan peningkatan rata-rata presentase aktivitas siswa pada siklus I sebesar 60,94. Sedangkan setelah tindakan siklus II diperoleh rata-rata presentase aktivitas siswa sebesar 85,16 . Perbedaan aktivitas siswa terlihat pada tiap aspek yang diamati pada siklus