Tahap Refleksi Deskripsi Data

siswa masih malu dan belum percaya diri menyatakan pendapat, ide, dan pertanyaan kepada guru maupun sesama teman. Berbeda pada pelaksanaan tindakan siklus II proses pembelajaran sudah berjalan dengan baik dan tertib. Dari keseluruhan aspek aktivitas siswa yang diamati terlihat perbedaan aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II. Berikut analisis untuk data peningkatan aktivitas pembelajaran siswa dari hasil pengamatan yang diperoleh pada siklus I dan siklus II: Tabel 4.10 Perbandingan Hasil Pengamatan Aktivitas Pembelajaran Siswa Siklus I dan Siklus II No Aspek yang diamati Siklus I Siklus II Skor Total Ket Skor Total Ket 1 Memperhatikan penjelasan guru 10 Baik 14 Sangat Baik 2 Menjawab pertanyaan guru 10 Baik 13 Sangat Baik 3 Mengajukan pertanyaan 7 Cukup Baik 12 Baik 4 Keterlibatan dalam kegiatan belajar 11 Baik 14 Sangat Baik 5 Memperhatikanmenghargai pendapat teman 12 Baik 16 Sangat Baik 6 Ketertarikan pada materi pembelajaran 9 Baik 13 Sangat Baik 7 Mencatat penjelasan yang disampaikan guru 9 Baik 12 Baik 8 Mengerjakan tugaslatihan 10 Baik 15 Sangat Baik Total skor 78 109 Skor maksimal 128 128 Rata-rata presentase 60,94 85,16 Skala skor total: Kurang Baik = 1 – 4 Cukup Baik = 5 – 8 Baik = 9 – 12 Sangat Baik = 13 – 16 Berdasarkan tabel 4.10 diatas menunjukan peningkatan rata-rata presentase aktivitas siswa pada siklus I sebesar 60,94. Sedangkan setelah tindakan siklus II diperoleh rata-rata presentase aktivitas siswa sebesar 85,16 . Perbedaan aktivitas siswa terlihat pada tiap aspek yang diamati pada siklus II yang menunjukan peningkatan penilaian skor total aktivitas siswa dari kategori cukup baik menjadi kategori baik maupun kategori baik menjadi kategori sangat baik. Sedangkan analisis data untuk kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada siklus II menunjukan peningkatan yang cukup signifikan. Berikut ini disajikan data hasil statistik deskriptif peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa menggunakan strategi pemecahan masalah Polya antara siklus I dan siklus II, terlihat adanya perbedaan. Untuk lebih memperjelas perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematus siswa dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.11 Statistik Deskriptif Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Statistik Siklus I Siklus II Mean 62,40 79,10 Median 62,81 78,50 Modus 59,10 95,00 X max 83,33 100,00 X min 20,83 40,00 Varians 282,33 372,00 Simpangan Baku S 16,80 19,29 Tabel 4.11 menunjukan perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada siklus I dan siklus II, yaitu dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata di siklus I sebesar 62,40. Sedangkan setelah tindakan siklus II diperoleh skor rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis siswa sebesar 79,10. Peningkatan hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa juga terlihat pada perolehan nilai terendah siklus I adalah 20,83, sedangkan pada siklus II didapat nilai terendah adalah 40. Nilai tertinggi pada siklus I adalah 83,33 sedangkan pada siklus II nilai tertinggi diperoleh dengan skor maksimal yaitu 100. Ditinjau dari tiap indikator kemampuan berpikir kreatif matematis deskripsi data disajikan pada tabel berikut: Tabel 4.12 Perbandingan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Tes Siklus I dan Tes Siklus II No Indikator Tes Siklus 1 Tes Siklus 2 Skor ideal Mean SD Skor ideal Mean SD 1 Flexibility 8 4,72 1,25 59,00 12 9,08 2,24 75,67 2 Elaboration 16 10,36 3,58 64,75 8 6,68 1,85 83,50 Tabel 4.12 menunjukan bahwa terdapat 2 indikator kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diukur yaitu flexibility dan elaboration. Setiap indikator memiliki skor yang berbeda-beda, hal ini dikarenakan setiap indikator diwakili oleh soal yang jumlahnya berbeda lihat lampiran 21 dan 22. Terlihat bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa pada siklus II telah mengalami peningkatan. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif tersebut terlihat dalam indikator berpikir luwes flexibility pada siklus I dengan presentase sebesar 59,00 menjadi 75,67 . Sedangkan indikator berpikir terperinci elaboration pada siklus I sebesar 64,75 menjadi 83,50 pada siklus II. Hal ini menunjukan bahwa indikator kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dalam memberikan alternatif jawaban yang berbeda-beda maupun bervariasi dan mengerjakan dengan langkah-langkah terperinci meningkat. Oleh karena itu strategi pemecahan masalah Polya efektif dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

C. Pembahasan

Sebelum penerapan strategi pemecahan masalah Polya kemampuan berpikir kreatif siswa masih tergolong rendah, hal ini didasarkan pada hasil wawancara dengan guru menyatakan bahwa kemampuan berpikir kreatifnya belum begitu bagus atau dengan kata lain masih rendah. Selanjutnya dari hasil pengamatan guru kurang mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran matematika. Soal-soal yang diberikan guru tergolong