Teori Konstruksi Sosial LANDASAN TEORI
Ketiga adalah
internalisasi merupakan
proses individu
mengidentivikasi dirinya sendiri terhadap lemabaga sosial dimana dia tinggal. Dengan kata lain internalisasi merupakan proses penyerapan
kemabali dunia objektif kedalam kesadaranya sehinga subjektif individu terpengaruh terhadap struktur dunia sosial. Berbagai unsur dari produk
dunia yang terobjektifkan akan tertangkap menjadi gejala realitas diluar kesadaran, serta menjadi gejala internal untuk kesaranya sendiri.
Melalui proses internalisasi tersebutlah manusia menjadi hasil dari masyarakat. Selain itu, bagi Berger realitas tidak dibentuk secara ilmiah,
dan tidak juga diturunkan oleh Tuhan. Akan tetapi realitas merupakan hasil bentukan dan dikosntruksi oleh manusia itu sendiri. Dengan kata lain
manusia mengkonstruksi realitas yang ada dalam masyarakat tersebut. Atas dasar pemahaman itu realitas bersifat dinamis, dan berwajah
ganda atau plural. Dan setiap orang akan memiliki konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas. Hal tersebut didasari oleh pengalaman,
prefensi, pendidikan, lingkungan dan pergaulan antara satu individu dengan individu yang lain berbeda, sehingga akan menafsirkan realitas
sosial itu dengan konstruksinya masing-masing.
4
Dalam tiga proses tahapan Eksternalisasi, Objektivasi, dan Internalisasi tersebut, masyarakat mengkonstruksi sendiri realitas sosial
yang ada dalam masyarakat. Realitas yang bersifat objektif dan sebujektif. Realitas objektif terjadi akibat proses eksternalisasi individu terhadap
4
Eriyanto, Analisis Framing, Yogyakarta: Lkis Group, 2002 h. 16-17
lingkunganya. Sedangkan realitas subjektif terjadi akibat proses internalisasi. Individu menyerap realitas yang terobjektivasi tersebut ke
dalam pikiranya sehingga akan mengakibatkan subjektifitas individu. Menurut penjelasan Margaret M. Polama, Berger menegaskan
bahwasanya realitas sehari-hari memiliki dimensi sebjektif dan objektif. Manusia merupakan instrument dalam menciptakan realitas sosial yang
objektif melalaui proses eksternalisasi. Hal tersebut mempengaruhi dalam proses internalisasi yang mencerminkan realitas sosial secara subjektif.
Berger juga melihat masyarakat adalah produk dari manusia dan manusia adalah produk dari masyarakat.
5
Realitas sosial dalam masyarakat merupakan betukan atau dikonstruk oleh manusia yang ada dalam masyarakat tersebut. Manusia lah
yang membentuk sebuah kelompok yang mengakibatkan timbulnya sebuah kelompok sosial. Selain itu manusia dapat berkemabang tidak
hanya dengan lingkungan tertentu, tetapi dengan tatanan budaya dan soisal tertentu.
6
Dengan kata lain, manusia dapat berkembang tidak hanya berinteraksi dengan lingkunaganya, namun dengan sosial budaya yang ada
di lingkungan tersebut. Di dalam realitas sosial bentukan individu tersebut akan timbul
sebuah kebudayaan. Karena kebudayaan adalah produk dari seluruh rangkaian proses sosial yang dijalankan oleh manusia dalam masyarakat
5
Margaret M. Polama, Sosiologi Kontenporer, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2003, h. 320
6
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, Jakarta: Prenada Media Group, 2007 h.66
dengan segala aktifitas.
7
Kebudayaan ini merupakan hasil dari proses objektivitas. Dan hasil dari kebudayaan tersebut merupakan realitas
objektif bagi masyarakat. Sementara itu manusia memiliki kodrat sendiri atau lebih jelasnya manusialah yang mengkostruksi kodratnya sendiri atau
dapat dibilang manusia menghasilkan diri sendiri.
8
Penjelasan Ritzer yang dikutip dalam buku”Konstruksi sosial media massa” menjelaskan bahwa manusialah yang menjadi aktor kreatif
dari realitas sosial berdasarkan ide dasar teori dalam paradigma definisi sosial yang sebenarnya.
9
Manusia secara kreatif dan memiliki kebebasan berekspresi untuk membentuk sebuah realitas sosial yang ada dalam
lingkungannya. Kreatifitas yang ada dalam masyarakat tersebutlah yang
menghasilkan lingkungan dengan tingkat sosial yang berbeda-beda sesuai dengan keadaan mereka bercampur dengan individu-individu lainnya.
Karena memang setiap individu tidaklah dapat membentuk sebuah realitas sosial tanpa ada individu yang lainya. Realitas sosial merupakan keadaan
yang sebenarnya dalam kehidupan masyarakat, namun realitas yang ada tersebut merupakan hasil kreatif masyarakat dengan menggunakan
kekuatan kosntruksi sosial masyarakat.
7
Ibid h.52
8
Peter L. Berger Thomas Luckman, “The Social Construction of Reality, a Trease in the Sociologicl of Knowledge” New York: Penguin Books, 1966, h.67
9
Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, Jakarta:Prenada Media Group, h.11.
Selain itu juga dalam pandangan ontologi konstruktivis, realitas merupakan konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu.
10
Individu- individu bebas melakukan sesuatu sesuai keinginannya agar terbentuk
sebuah sosial kemasyarakatan dan hubungan antara individu-individu lain, karena pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa ada orang
lain disekitarnya. Walaupun individu bebas melakukan sesuatu sesuai kreatifitas
masing-masing, namun pastilah mereka memiliki sebuah tujuan yang berguna bagi dirinya atupun masyarakat disekitarnya. Seperti yang di
jelaskan oleh Max Webber, realitas sosial merupakan perilaku sosial yang memiliki makna subjektif, karena perilaku memiliki tujuan dan motivasi.
Dalam paradigma komunikasi Hidayat, 1999: 34 dimana realitas sosial dilihat sebagai konstruksi sosial, dimana kebenaran suatu realitas
sosial bersifat relatif.
11
Dalam hal ini sebuah realitas sosial masyarakat tergantung bagaimana individu-individu mengkosntruksi sebuah realitas di
sekelilingnya yang dianggap relevan.