akan menguraikan kajian teoritis mengenai teori konstruksi atas
Dari kebiasaan masyarakat ini lah yang kemudian menjadi kontruksi realitas sosial.
Berger dan Luckman memulai sebuah penjelasan dalam bukunya bahwasanya realitas sosial dengan memisahkan pemahaman “kenyataan”
dan “pengetahuan”. Realitas diartikan sebagai kualitas yang berada dalam realitas-realitas yang diakui memiliki keberadaan being yang tidak
tergantung kepada kehendak kita sendiri. Sedangkan pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahawasanya realitas-realitas itu adalah
kenyataan real dan memiliki karakteristik yang spesifik.
2
Dalam kenyataanya realitas tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya sesorang,
baik di dalam ataupun di luar realitas tersebut. Seperti yang telah dijelaskan oleh Berger, bahwasanya masyarakat
tidak lain merupakan produk dari manusia dan manusia merupakan produk masyakat, namun seseorang dapat menjadi diri sendiri yang beridentitas
ketika ia tetap tinggal dalam masyarakatnya. Dan proses dialektika tersebut terjadi menjadi tiga tahapan. Yang pertama Eksternalisasi: yang
mana proses ini merupakan penyesuaian diri terhadap lingkunganya. Dalam hal ini usaha mencurahkan atau ekspresi diri ke dalam dunia, baik
dalam kegiatan mental maupun fisik. Hal ini sudah menjadi sifat dasar dari manusia. Setiap individu akan mencurahkan semua yang ada dalam
dirinya kepada tempat dimana dia tinggal. Manusia tidak akan dimengerti sebagai ketertutupan yang lepas dari dunia luarnya. Manusia berusaha
2
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, Jakarta: Prenada Media Group, 2007, h. 191
menangkap dirinya sendiri, dan menghasilkan suatu dunia. Dengan kata lain manusia menemukan dirinya sendiri dalam satu dunia.
Kedua objektivasi yaitu interaksi sosial yang terjadi dalam dunia intersubjektif
yang dilembagakan
atau mengalami
proses institusionalisasi.
3
Yang mana proses tersebut merupakan hasil dari proses eksternalisasi manusia tersebut. dari proses tersebutlah akan menghasilkan
realitas objektif yang dapat menghadapi sang penghasil itu sendiri sebagai suatu faksilitas yang berada diluar dan berbeda dengan manusia yang
menghasilkannya. Lewat proses objektivasi ini, masyarakat menjadi realitas suigeneris berbeda dengan yang lainya. Lewat eksternalisasi
kebudayaan manusia akan menghasilakan suatu alat untuk menunjang kehidupanya, serta kebudayaan non-materiil seperti halnya dalam bentuk
bahasa. Alat dan bahasa tersebutlah merupakan hasil dari proses
ekternalisasi manusia berhadapan dengan dunia. Hasil dari manusia itulah merupakan realitas objektif. Bahkan ia dapat menghadapi manusia sebagai
penghasil produk kebudayaan, kebudayaan yang telah berstatus realitas objektif. Yang mana hal tersebut berada diluar kesadaran manusia, ada
“disana” bagi setiap orang. Realitas objekif tersebut berbeda halnya dengan kenyataan subjekif perorangan. Ia menjadi sebuah kenyataan yang
empiris dan dapat dipahami oleh setiap manusia.
3
Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, Jakarta:Prenada Media Group, h.15