Konseptualisasi Politik KAJIAN TEORITIS

perpolitikan ini belum tentu seluruh umat Islam. Karena itu, mereka dalam kategori politik dapat disebut sebagai kelompok politik Islam, juga menekankan simbolisme keagamaan dalam berpolitik, seperti menggunakan perlambang Islam, dan istilah-istilah keislaman dalam peraturan dasar organisasi, khittah perjuangan, serta wacana politik. Karena hakikat politik Islam secara substansial merupakan penghadapan Islam dengan kekuasan dan negara yang melahirkan sikap dan perilaku political behavior serta budaya politik political culture yang berorientasi pada nilai-nilai Islam. Sikap perilaku serta budaya politik yang memakai kata sifat Islam, menurut Dr. Taufik Abdullah, bermula dari suatu keprihatinan moral dan doktrinal terhadap keutuhan komunitas spiritual Islam. 9 3. Pengertian Komunikasi Politik Komunikasi politik yaitu kegiatan komunikasi yang dianggap komunikasi politik berdasarkan konsekuensi-konsekuensi aktual maupun potensial yang mengatur perbuatan manusia di dalam kondisi-kondisi konflik. 10 Menurut Maswadi Ra’uf yang dikutip oleh Gun Gun Heryanto, bahwa Komunikasi Politik sebagai kegiatan politik merupakan penyampaian pesan- pesan yang bercirikan politik oleh aktor-aktor politik kepada pihak lain. 11 Menurut Gun Gun Heryanto, Komunikasi politik merupakan pesan bercirikan politik dari komunikator politik kepada khalayak politik, melalui 9 Politik Islam Indonesia di Masa-Masa yang Akan Datang, Prospek dan Tantangan- tantangannya, artikel ini diakses pada 22 april 2011 dari http:alislamu.comindex.php?option=com_contenttask=viewid=11Itemid=10 10 Dan Nimmo, Komunikasi Politik, hal, 9. 11 Gun Gun Heryanto, hal 4 Materi 1. media tertentu yang bertujuan mempengaruhi dengan jalan mengubah atau mempertahankan suatu kepentingan tertentu di masyarkat. 12 Dari definisi diatas dapat disimpulkan, bahwa komunikasi politik adalah sebuah kegiatan penyampaian pesan dari aktor-aktor politik kepada pihak lain dengan menggunakan beberapa media. 4. Saluran-saluran komunikasi politik Dalam komunikasi politik terdapat saluran-saluran komunikasi politik, ini biasanya digunakan sebagai saluran kampanye, yaitu: a. Saluran face-to-face informal Saluran ini menggunakan pendekatan intimacy dimana kampanye biasanya banyak menggunakan konteks komunikasi interpersonal. Dengan demikian mekanisme persuasi langsung, loby dan negosiasi biasanya menjadi strategi dominan dalam saluran ini. b. Saluran struktur sosial tradisional Saluran ini biasanya dengan menggunakan status figur yang ada di masyarakat. Misalnya senioritas dalam hirarki organisasi, ketokohan, figur dalam basis tradisional dan lain sebagainya. Ini merupakan pendekatan yang mengasumsikan twostep flow of a communication, di mana kandidat berkempanye mempengaruhi tokoh yang secara status sosial memiliki pengaruh di masyarakat dengan harapan tokoh tersebut kemudian menjadi significant others atau elite opinion yang dapat memperteguh pemilih untuk mencontreng kandidat yang bersangkutan. 12 Ibid. c. Saluran Input Saluran yang memanfaatkan berbagai pihak yang biasanya memberikan masukan input politik. Dalam konteks ini misalnya melalui penguasaan atau hubungan baik dengan interest group kelompok kepentingan seperti organisasi NU dan Muhamadiyah, dengan pressure group kelompok penekan seperti kalangan LSM yang mau mendukung dan lain sebagainya. d. Saluran Output Saluran ini adalah legislatif dan birokrasi, dengan kata lain adalah struktur formal pemerintahan. Memungkinkan penyampaian pesan secara cepat dan mudah karena mereka berada dalam jajaran birokrasi. e. Saluran Media Massa Saluran yang memiliki peran signifikan. Media dengan segenap variannya dapat membentuk opini publik yang positif atau sebaliknya menjatuhkan citra yang telah dibangun dengan susah payah. Oleh karenanya media relation menjadi satu diantara pendekatan modern dalam kampanye kontemporer. 13

D. konseptualisasi Kelompok Kepentingan Interest Group

Kelompok Kepentingan Interest Group adalah setiap organisasi yang berusaha mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah, tanpa berkehendak memperoleh jabatan publik. Kecuali dalam keadaan luar biasa, kelompok kepentingan tidak berusaha menguasai pengelolaan pemerintahan secara langsung. Sekalipun mungkin pemimpin-peminpin atau anggotanya 13 Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik Di Era Industri Citra, Jakarta: PT Lasswell Visitama, 2010 hal, 45-46. memenangkan kedudukan-kedudukan politik berdasarkan pemilihan umum, kelompok kepentingan itu sendiri tidak dipandang sebagai organisasi yang menguasai pemerintahan. 14 1. Bentuk Artikulasi Kepentingan Bentuk artikulasi kepentingan yang paling umum disemua sistem politik adalah pengajuan permohonan secara individual kepada anggota dewan kota, parelemen, pejabat pemerintahan atau dalam masyarakat tradisional kepada kepala desa atau ketua suku. 2. Jenis-jenis Kelompok Kepentingan Kelompok-kelompok kepentingan berbeda-beda antara lain dalam hal struktur, gaya, sumber pembiayaan dan basis dukungannya. Perbedaan ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan politik, ekonomi, dan social suatu bangsa. Walaupun kelompok-kelompok kepentingan juga diorganisir berdasarkan keanggotaan, kesukuan, ras, etnis, agama ataupun berdasarkan isu- isu kebijaksanaan, kelompok kepentingan yang paling kuat, paling besar, dan secara financial paling mampu adalah kelompok yang sehari-hari dan karier seoranglah yang paling cepat dan paling langsung dipengaruhi oleh kebijaksanaan atau tindakan pemerintah. Karena itu sebagian besar negara memiliki serikat buruh, himpunan pengusaha, kelompok petani, dan persatuan- persatuan dokter, advokat, insinyur dan guru. 15 Jenis-jenis kelompok kepentingan ini menurut Gabriel Almond adalah meliputi: 16 14 A. Rachman, Sistem Politik Indonesia, Tangerang: Pusat Pengembangan Bahan Ajar, Universitas Mercu Buana, hal. 1. 15 Ibid., hal. 2. 16 Ibid., hal. 3. a. Kelompok Anomik Adalah kelompok yang terbentuk diantara unsur-unsur dalam masyarakat secara spontan dan hanya seketika, dan karena tidak memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang mengatur, maka kelompok ini sering tumpang tindih overlaped dengan bentuk-bentuk partisipasi politik non konvensional, seperti, demonstrasi, kerusuhan, tindak kekerasan politik dan lain-lain. b. Kelompok Non Assosiasional Adalah kelompok yang termasuk kategori kelompok masyarakat awam belum maju dan tidak terorganisir rapi dan kegiatannya bersifat temporer kadangkala. Wujud kelompok ini antara lain adalah kelompok keluarga, keturunan, etnik, regional yang menyatakan kepentingan secara kadangkala melalui individu-individu, klik-klik, kepala keluarga dan atau pemimpin agama. c. Kelompok Institusional Adalah kelompok formal yang memiliki struktur, visi, misi, tugas, fungsi serta sebagai artikulasi kepentingan. Contohnya; partai politik, korporasi bisnis, Badan Legislatif, Militer, Birokrasi, dan lain-lain. d. Kelompok Assosiasional Adalah kelompok yang terbentuk dari masyarakat dengan fungsi untuk mengartikulasi kepentingan anggotanya kepada pemerintah atau perusahaan pemilik modal. Contoh lembaga ini adalah Serikat Buruh, KADIN, Paguyuban, MUI, NU, Muhammadiyah, KWI dan lain-lain.