Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Maka majelis dzikir juga adalah salah satu lembaga dakwah, yang mana mengajak manusia untuk melakukan kebaikan dan menjauhkan dari segala kemunkaran. Karena dzikir dalam Islam adalah bagian dari ibadah. Dzikir secara har fiah berarti „ingat’, atau dalam kata yang lebih lengkap biasa disebut dengan dzikrullah yang berarti „ingat kepada Allah’. Tapi saat ini majelis dzikir ternyata juga menjadi bagian yang sangat penting dalam Pemilu. Karena banyak majelis dzikir yang dibentuk dan berfungsi sebagai sarana komunikasi politik. Jadi bukan lagi dimanfaatkan, tetapi sengaja dibentuk sebagai sarana komunikasi politik. 5 Banyak sekali majelis dzikir yang ada di Indonesia saat ini. Bahkan pendirinya dari sebagian banyak majelis dzikir adalah seorang guru besar atau habaib yang berasal dari negara Islam ternama seperti Yaman, Mesir, Arab Saudi dan lain sebagainya. Namun kenyataannya saat ini pendiri majelis dzikir tidak hanya didirikan oleh para guru besar atau habaib tersebut melainkan dari kalangan politisipun ada juga yang mendirikan sebuah majelis dzikir. Salah satunya adalah Majelis Dzikir SBY Nurussalam. Majelis dzikir tersebut didirikan oleh Bapak Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2004 ketika beliau mencalonkan diri sebagai presiden pada saat itu. Majelis Dzikir SBY Nurussalam ini dibina oleh bapak Presiden sendiri yaitu bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Majelis Dzikir yang saat ini juga sudah banyak didirikan diberbagai daerah di Indonesia. Maka secara tidak 5 Noorhalis Majid , Majelis Dzikir Politik, artikel ini diakses pada 30 Januari 2011 14:30 dari http:www.demosindonesia.orghttp:www.demosindonesia.orgjejaringpemilu3239- majelis-dzikir- “politik”.html langsung banyak pula jamaah yang mengikuti rutinitas dzikir di Majelis Dzikir SBY Nurussalam. Dengan mejelis dzikir yang didirikan oleh seorang politisi dan langsung dibinanya. Maka ada kecenderungan sebuah majelis dzikir sebagai sarana dalam hal kegiatan politik. Akhirnya akan terjadi yang namanya sebuah kelompok kepentingan dalam politik. Karena setiap sistem politik haruslah memiliki fungsi dan struktur politik tertentu. Fungsi politik ialah fungsi input dan fungsi output. Dalam masyarakat politik modern terdapat struktur –struktur politik salah satunya adalah kelompok kepentingan . 6 Kelompok kepentingan dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu: pertama, kelompok anomik; kelompok ini terbentuk secara spontan dan hanya seketika, dan tidak memiliki nilai-nilai dan norma yang mengatur. Kedua, kelompok non-assosiasional; berwujud kelompok-kelompok keluarga dan keturunan atau etnik, regional, status, dan kelas yang menyatakan kepentingan tidak secara kontinyu. Ketiga, kelompok institusional; kelompok yang bersifat formal dan memiliki fungsi-fungsi politik atau sosial lain di samping artikulasi kepentingan. Keempat adalah kelompok assosiasional; kelompok ini menyatakan kepentingan dari suatu kelompok khusus, memakai tenaga profesional, dan memiliki prosedur baku untuk merumuskan kepentingan dan tuntutan. 6 Kelompok Kepentingan dan Kelompok,artikel ini diakses pada 4 November 2010 15:08 dari http:adityobudiatno.blogspot.com201005kelompok-kepentingan-dan-kelompok.html Berdasarkan gambaran di atas, maka penulis merasa tertarik untuk membahas hal tersebut dalam skripsi dengan judul “Pemanfaatan Majelis Dzikir SBY Nurussalam Dalam Kegiata n Politik”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Banyak masalah yang dibahas tentang majelis dzikir, diantaranya: mengenai dakwah, berdzikir serta kegiatan yang mencangkup majelis dzikir tersebut. Namun berdasarkan latar belakang diatas maka penulis hanya membatasi pada cara pemanfaatan Majelis Dzikir SBY Nurussalam dalam kegiatan politik saat pemilu Capres 2009.

2. Perumusan Masalah

Adapun Perumusan Masalahnya sebagai berikut: a. Bagaimana pemanfaatan Majelis Dzikir SBY Nurussalam dalam kegiatan politik? b. Apa kekurangan dan kelebihan dari berdirinya Majelis Dzikir SBY Nurussalam?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui pemanfaatan Majelis Dzikir SBY Nurussalam dalam kegiatan politik. b. Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dari Majelis Dzikir SBY Nurussalam.

2. Manfaat Penelitian

a. Secara Akademis Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan ilmu pengetahuan dalam keperluan studi komunikasi, khususnya dalam studi Komunikasi Politik. Serta menambah referensi bagi jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. b. Secara Praktis Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan yang positif bagi para pendiri Majelis Dzikir khususnya Majelis Dzikir SBY Nurussalam, serta para politisi yang memanfaatkan Majelis Dzikir untuk kegiatan politik.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis deskriptif, pada umumnya penelitian deskriptif merupakan penelitian non hipotesis sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis. 7 Dengan menggunakan analisis deskriptif peneliti berusaha melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat. 8 Fungsi analisis deskriptif adalah untuk memberikan gambaran umum tentang data yang diperoleh. Gambaran ini bisa menjadi acuan untuk melihat karakteristik yang diperoleh. Ciri lain dalam analisis ini ialah menitik beratkan 7 Jalaluddin Rakhmat. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007, h. 24-25. 8 Ibid., h. 22. pada observasi dan suasana alamiah naturalist setting, peneliti bertindak sebagai pengamat. 9 Dalam penelitian ini peneliti berusaha mendeskripsikan temuan di lapangan apa adanya dan berusaha mengurangi pengaruh terhadap objek penelitian sehingga data yang diperoleh dapat diolah secara memadai. Sedangkan pendekatannya menggunakan pendekatan kualitatif. pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati. 10 Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data. 11

2. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan bertempat di kantor Majelis Dzikir SBY Nurussalam JL. Asem Baris Raya no 13, Tebet Jakarta Selatan 12830. Pada bulan Januari hingga April 2011.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah Majelis Dzikir SBY Nurussalam. Adapun objek penelitian ini adalah pemanfaatan Majelis Dzikir SBY Nurussalam dalam kegiatan politik.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini maka penulis menggunakan pengumpulan data dan instrumen dengan cara: 9 Ibid., h. 25. 10 Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999. Cet ke-10, h 3. 11 Rachmat Kriyantono. Teknik Praktis Riset komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada media Group, 2006, h. 58.