Teori Performa Komunikatif KAJIAN TEORITIS

Organisasi dalam konteks ini adalah organisasi kelompok kepentingan Interest group, performa sosial berupa kesantunan, kesopanan dan keagamaan yang ditunjukan oleh Majelis Dzikir SBY Nurussalam untuk kerjasama diantara para anggotanyajamaahnya dan masyarakat luas. 2. Performa politis Ketika budaya organisasi mengkomunikasikan performa politis, budaya ini sedang menjalankan kekuasaan atau kontrol. Performa politis merupakan perilaku organisasi yang mendemonstrasikan kekuasaan atau kontrol. Karena kebanyakan organisasi bersifat hierarkis, harus ada seseorang dengan kekuasaan untuk mencapai segala sesuatu dan memiliki cukup kontrol untuk mempertahankan dasar-dasar yang ada. Ketika anggota organisasi terlibat dalam performa politisi, mereka mengkomunikasikan keinginan untuk mempengaruhi orang lain. Hal ini bukanlah selalu merupakan hal yang buruk. Performa politis budaya pada anggota organisasi berpusat pada pengakuan akan kompetisi sebagai anggota organisasi dan untuk komitmen mereka terhadap misi organisasinya. 24 3. Performa Enkulturasi Performa enkulturasi merujuk pada bagaimana anggota mendapatkan pengetahuan dan keahlian untuk dapat menjadi anggota organisasi yang mampu berkontribusi. Performa ini dapat berupa sesuatu yang berani maupun hati-hati, dan performa ini mendemonstrasikan kompetensi seorang anggota dalam sebuah organisasi. 25 24 Ibid. 25 Ibid. Dalam performa ini, majelis dzikir SBY memberikan pengetahuan dan keahlian kepada anggota majelis dzikir SBY Nurussalam dalam rangka menciptakan, membina dan menjaga situasi dan kondisi yang aman, tenang, melalui ibadah dan akhlakul karimah. 27

BAB III GAMBARAN UMUM MAJELIS DZIKIR SBY NURUSSALAM

A. Sejarah Majelis Dzikir SBY Nurussalam

Majelis Dzikir SBY Nurussalam cikal bakalnya sudah ada sejak jauh sebelum bapak Susilo Bambang Yudhoyono biasa dipanggil pak SBY menjadi Presiden. Pada tahun 2000 ketika itu SBY ingin melaksanakan ibadah haji dengan ibu Hj. Ani. Setelah SBY berangkat ke Tanah Suci. Kemudian diadakan acara setiap mala m jum’at selama kepergian SBY ke Tanah Suci menjadi tetamu Allah yaitu pembacaan Yasin dan Ratiban untuk mendoakan Dhuyufurrahman tetamu Allah agar diberi kemudahan, kelancaran, kesehatan dan memperoleh haji yang Mabrur. Aktivitas keagamaan ini terus berlanjut dari jamaah yang beberapa orang saja sampai SBY masih aktif di ketentaran. Namun, majelis dzikir yang saat itu masih belum memiliki nama tersebut terus berkembang. Ini sejalan dengan karier SBY sebagai Doktor dalam bidang Ekonomi Pertanian dari Institut Pertanian Bogor tersebut. Pada 1999 menjadi menteri Pertambangan dan Energi, Menko Polsoskom, hingga Menko Polkam. Kemudian pada saat pilpres dan SBY menjadi salah seorang calon Presiden. Pada saat itu kegiatan dzikir ini secara rutin dilaksanakan di Cikeas. Para jamaahnya melakukan kualiti dengan Allah SWT untuk mendoakan kesuksesan SBY menuju RI 1. Jamaah majelis dzikir pada mulanya hanya puluhan di Cikeas, lalu lama- kelamaan seiring SBY sebagi calon presiden jamaahnya bertambah menjadi ratusan bahkan sampai ribuan orang berkumpul tanpa diberi informasi, tanpa diundang para jamaah datang dengan keikhlasan dari berbagai daerah untuk melakukan doa bersama secara rutin setiap malam jum’at di tempat kediaman SBY. Pada saat kumpulnya para ulama dan tokoh-tokoh yang begitu banyak di Cikeas mereka dengan ikhlas memanjatkan doa kehadirat Allah untuk keberhasilan SBY menuju ke kursi 1 dan berkat doa mereka itulah SBY terpilih menjadi presiden Republik Indonesia. Setelah SBY dilantik menjadi presiden, lalu beliau mengarahkan agar kegiatan dzikir ini dilaksanakan di Masjid Baiturrahim Istana Negara. Akhirnya, di Cikeas juga tetap ada dan pengalihan jamaah ke Masjid Baiturrahim secara rutin dilaksanakan s etiap malam jum’at. Kegiatan dzikir ini ternyata di ikuti oleh banyak jamaah yang mereka datang berduyun-duyun untuk bersama mendoakan bangsa, mendoakan pemimpinnya. Akhirnya pada tanggal 5 Maret 2005 atas perintah bapak SBY maka dibentuklah semacam yayasan, yaitu Yayasan Majelis Dzikir SBY “Nurussalam”. Adapun nama Nurussalam itu sendiri yang memberi nama adalah langsung SBY. Artinya cahaya kedamaian, cahaya keselamatan. Maka saat itu resmilah dibentuk Yayasan majelis Dzikir SBY Nurussalam dengan ketua dewan pembina Dr. H. Bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Kemudian ada dewan pengawasnya, ada anggota dewan pembina yaitu Hatta Rajasa dan Sudi Silalahi saat itu sebagai Menteri Agama, kemudian pengawasnya Habib Abdurrahman dan Brigjen Kurdi Mustofa. Akhirnya terbentuklah kepengurusan dari Yayasan Majelis Dzikir SBY Nurussalam. Kegiatan dzikir ini merupakan kegiatan rutin yang belum pernah ada secara rutinitas di Masjid Baiturrahim Istana, dikalangan Istana. Artinya baru kali ini saat SBY menjadi Presiden diadakannya kegiatan dzikir di lingkungan Istana. Kegiatan ini dan aktivitas dari pada majelis dzikir ini tujuannya tidak lain untuk menuju kepada kebersamaan, memperkokoh ukhiwah islamiyah, mengajak umat untuk saling bahu-membahu, saling asah, saling asih, saling asuh, dalam rangka menegakkan LILLAHI KALIMATILLAH. Kemudian sejalan dengan kegiatan majelis dzikir ini, ternyata mendapatkan sambutan bukan hanya di lingkungan JABODETABEK saja, tapi daerah pun menyambut dengan penuh gembira dan rasa syukur. Artinya “Gayung Bersambut”. Maka di bentuklah kepengurusan-kepengurusan Majelis Dzikir ini di tingkat Provinsi. Akhirnya pada saat ini sudah hampir seluruh Provinsi terbentuk Yayasan Majelis Dzikir SBY Nurussalam. B. Struktur Kepengurusan Majelis Dzikir SBY Nurussalam Setelah diberi nama “Nurussalam” yang artinya sebagai “Cahaya keselamatan”. Maka resmilah dibentuk Yayasan majelis Dzikir SBY Nurussalam itu dengan ketua dewan pembina Dr. H. Bapak Susilo Bambang Yudhoyono dan diawali beberapa pengurus seperti dewan pengawas, dewan pembina Hatta Rajasa dan Sudi Silalahi, kemudian pengawasnya Habib Abdurrahman dan Brigjen Kurdi Mustofa, lalu terbentuklah kepengurusan dari Yayasan Majelis Dzikir SBY Nurussalam. Kehadiran Habib Abdurrahman Muhammad Al-Habsyi di Majelis Dzikir SBY Nurussalam, awalnya diundang H. Haris Thahir di cikeas. Saat itu bertepatan dengan pemilu legislatif, dan jamaah yang hadir hanya puluhan orang. Sejak saat itu Habib Abdurrahman Muhammad Al-Habsyi tak bisa dilepaskan dari majelis ini. Bahkan, pada tanggal 24 oktober 2004, Presiden