dalam lingkungan politik. Demikian pula apabila seorang politisi mendirikan suatu lembaga organisasi khusus berdzikir ia pun harus menanggalkan baju
politiknya, dan jika tidak, ia akan tetap dicurigai menggunakan agama sebagai alat politik.
Padahal jika kembali pada makna secara bahasa dan istilah pada dasarnya siyasah politik adalah semua tindakan yang mulia yang mengantarkan
manusia lebih dekat dengan kebaikan dan semakin jauh dari kerusakan atau singkatnya; upaya manusia mengatur manusia lainnya. Oleh karena itu, Imam
Ibnul Qayyim menyebutnya sebagai keadilan Allah Ta’ala, hanya saja manusia terlanjur menyebutnya siyasah politik.
4
Bidang politik tidak hanya terbatas pada pemerintahan, partai, dan parlemen, walau itulah asosiasi pertama pada
ruang berpikir manusia jika disebut kata „politik’. Tapi pernyataan di atas akan menjadi mudah untuk dipahami, apabila
politik dipahami sesuai dengan definisi politik menurut Al Imam Asy Syahid Hasan Al Banna, yaitu politik adalah hal memikirkan tentang persoalan-
persoalan internal maupun eksternal umat. Intermal politik adalah mengurus
persolalan pemerintahan, menjelaskan fungsi-fungsinya, merinci kewajiban dan hak-haknya, melakukan pengawasan terhadap para penguasa untuk
kemudian dipatuhi jika mereka melakukan kebaikan, dan dikeritik jika mereka melakukan kekeliruan. Sedang yang dimaksud dengan eksternal politik adalah
memelihara kemerdekaan dan kebebasan bangsa, mengantarkannya mencapai tujuan yang akan menempatkan kedudukannya di tengah-tengah bangsa lain,
4
Farid Nu’man Hasan, Seuntai Bunga Rampai Politik Islam, Depok: Tauhid Media
Center,2009 ,h. 2, cet. 1,
serta membebaskannya dari penindasan dan intervensi pihak lain dalam urusan-urusannya.
5
Baik internal maupun eksternal politik, sama-sama mencakup ajakan kepada kebaikan, seruan berbuat makruf dan pencegahan dari kezaliman, yang
selama ini menjadi wilayah kerja dakwah yang juga sering diimplementasikan dalam kegiatan berdzikir bersama.
Dengan pemahaman dua definisi di atas, dapat simpulkan bahwa politik dan berdzikir bersama adalah dua kegiatan yang sangat terkait, dan sangat
mungkin berdzikir menjadi kegiatan politik, atau politik menjadi kegiatan berdzikir, atau dapat disebut two in one. Jadi jika berdzikir bersama berkaitan
dengan berpolitik maka politik itu harus berperan memahamkan masyarakat kepada hak dan kewajiban mereka antara dunia dan akhiratnya, dan jika ingin
berpolitik dalam lingkungan berdzikir maka tetaplah berperan mengajak masyarakat berbuat baik, memfasilitasi mereka berbuat makruf dan menutup
semua pintu bagi masyarakat untuk berbuat zalim dan dizalimi.
2. Konseptualisasi kelompok kepentingan interest group dalam politik
Ketika sebuah majelis dzikir yang umumnya sebagai ibadah dan mendekati diri kepada Sang Pencipta yaitu Allah SWT dimanfaatkan sebagai
kepentingan politik membuat masyarakat awam akan berfikir negatif tentang majelis tersebut.
6
Padahal tidak semua apa yang kita fikirkan tentang politik selalu menyangkut dengan hal yang kejam, kotor atau apapun yang dapat
merugikan orang banyak.
5
Menjadi Politisi Dakwah, artikel ini diakses pada 20 Mei 2011 dari http:apadong.netarchive.php?topic=219.0
6
Wawancara Pribadi dengan Aminah, Jakarta, 7 April 2011.
Namun adanya Yayasan Majelis Dzikir SBY Nurussalam yang telah diresmikan sejak 2005 silam, tidak dapat dipungkiri atau dimunafikkan bahwa
keberadaannya berkaitan dengan kegiatan-kegiatan politik Sang Pembina yaitu SBY.
7
Apalagi saat pemilu 2009 saat SBY mencalonkan sebagai Presiden RI, anggota Yayasan Majelis Dzikir SBY Nurussalam sangat mendukung atas
pencalonan Sang Pembina sebagai Presiden RI. Hal tersebut sangat berkaitan dengan bagaimana performa komunikatif sebuah organisasi yang berusaha
mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah, tanpa berkehendak memperoleh jabatan publik. Adapun performa komunikatif tersebut sebagai berikut:
a. Performa sosial
Walaupun sebenarnya banyak pendukung-pendukung SBY yang terorganisasi dalam politik seperti partai-partai islam yaitu PKS, PAN, PKB,
dan PPP. Namun pendukung SBY tidak hanya mengandalkan dukungan suara keempat partai berbasis Islam itu untuk memenangkan pasangan mereka
dalam Pilpres 2009. Sejak 2004, para pendukung SBY telah aktif membangun citra sang Presiden sebagai “pengayom Islam” melalui pendirian Yayasan
Majelis Dzikir SBY Nurussalam. Tiga orang Menteri dalam Kabinet SBY-JK, yakni Mensekneg M. Hatta Rajasa, Mensekkab Sudi Silalahi, dan Menteri
Agama M. Maftuh Basyuni, menjadi pembina yayasan itu. Salah seorang pengawasnya adalah Brigjen Kurdi Mustofa, sekretaris pribadi Presiden. Putra
bungsu SBY, Edhie Baskoro Yudhoyono, menjadi salah seorang sekretaris yayasan itu, dan salah seorang bendahara yayasan itu adalah Hartanto Edhie
Wibowo, adik bungsu Ny. Ani Yudhoyono. Sedangkan ketua umum yayasan
7
Wawancara Pribadi dengan Hery Cahyadi, Jakarta, 29 Maret 2011
Majelis Dzikir SBY Nurussalam, H. Harris Thahir, yang sudah kenal SBY sejak menjabat sebagai Danrem di Yogya.
8
Melalui yayasan tersebut, para pendukung SBY merangkul komunitas Betawi, dengan mengangkat Imam Masjid Kwitang, Habib Abdul Rahman al-
Habsyi sebagai pengawas yayasan, mendampingi Brigjen Kurdi Mustofa, mantan anggota tim kampanye SBY dalam Pilpres 2004.
Majelis dzikir yang bermarkas di Tebet Timur, Jakarta, memang salah satu komponen pendukung SBY sejak Pilpres 2004. Sebelum Pemilu 2004,
majelis ini tiap Kamis malam melafalkan doa-doa di pendopo Puri Cikeas. Dzikir rutin itu hijrah ke Masjid Baiturrahim di kompleks Istana Negara sejak
Desember 2004, setelah SBY terpilih jadi Presiden. Sejak saat itu, berdzikir bersama SBY di Masjid Baiturrahim di malam Tahun Baru dijadikan
kebiasaan. Malam Tahun Baru 2008, antara 3.000 sampai 4.000 jemaah Majelis Dzikir SBY Nurussalam berdzikir bersama SBY.
9
Kegiatan yayasan ini tidak terbatas pada penyelenggaraan dzikir bersama SBY di masjid istana. Majelis dzikir yang punya cabang di hampir seluruh
provinsi dan sering menggelar dzikir bersama ke berbagai kota, juga menerbitkan majalah dan buku.
10
Kegiatan ini menghubungkan pendukung SBY dengan MUI, sebab wakil pemimpin umum Majalah Dzikir adalah Ustadz
H. Mohammad Hidayat, khatib anggota Dewan Syariah Nasional MUI Pusat.
11
Penerbitan, bukanlah kegiatan yayasan ini yang paling banyak menghabiskan
dana. Yang
lebih banyak
menyedot dana
adalah
8
Makalah untuk Diskusi Kelompok KrisPro di Jakarta, 29 Mei 2009, artikel diakes pada 17 maret 2011 dari
www.majalahdzikie.com
9
Ibid.
10
Ibid.
11
Ibid.