keselamatan. Nama tersebut kemudian disahkan dengan Akte Notaris, tertanggal 9 Maret 2005.
Saat ini, keanggotaan majelis dzikir SBY Nurussalam sudah tersebar diberbagai provinsi, antara lain Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Madura,
Banten, Kepulauan Riau, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.
A. Pemanfaatan Majelis Dzikir SBY Nurussalam Dalam Kegiatan Politik
1. Konseptualisasi Majelis Dzikir SBY Nurussalam
Sesuai dengan visi, misi dan aktualisasi dari eksistensi Majelis Dzikir SBY Nurussalam sendiri, dapat dikatakan bahwa keberadaannya secara
aktualisasi bernuansa islami serta memotivasikan ummat untuk beribadah,
yaitu berdzikir bagi keselamatan Bangsa.
Konotasi dzikir yang dimaksud di dalam Majelis Dzikir SBY Nurussalam tersebut tidaklah sempit, atau secara bahasa dzikir adalah puji-pujian kepada
Allah yang diucapkan berulang-ulang.
2
Akan tetapi dzikir yang dimaksud adalah meliputi semua aktivitas manusia yang didalamnya ada dorongan untuk
mengingat Allah SWT dan Rasul-Nya, misalnya shalat, bertasbih, bertahlil, bertakbir, memuji-muji Allah, majelis
„ilmi, majelis madchur Rasul, membaca riwayat para utusan Allah dan para kekasih-kekasih Allah, dengan tujuan untuk
lebih mendekatkan diri kepada Allah swt.
3
Fenomena dzikir bersama yang semakin berkembang di sebagian masyarakat, menunjukkan bahwa dzikirullah merupakan kebutuhan bagi
2
Kamus Besar Bahasa Indonesia: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Jakarta: Balai Pustaka, 2005, h. 1280.
3
Faedah Majelis Dzikir, artikel ini diakses pada 2 April 2011 dari http:dihyamd.wordpress.com20100323faedah-majelis-dzikir
mereka masyarakat, meskipun tujuan mereka berbeda. Di antara mereka ada yang karena tulus bertaqorrub mendekatkan diri kepada Allah, ada yang
karena memenuhi panggilan jiwa yang gersang dan hampa, ada juga yang datang karena stress dihimpit persoalan rumah tangga dan kesulitan ekonomi
atau persoalan-persoalan lainnya. Terlepas dari tujuan dan niat masing-masing, aktivitas dzikrullah ini merupakan awal yang bagus dalam rangka
menumbuhkan minat seseorang untuk memperbaiki sifat dan prilakunya. Bertaqorrub kepada Allah tidak hanya tercermin dalam ibadah ritual dan
aktivitas ruhiah. Namun, bisa saja lewat kegiatan politik. Walaupun masih ada masyarakat yang beranggapan bahwa dzikir dan politik adalah dua hal yang
tidak bisa disatukan. Dzikir dan politik memang dua kata yang sangat kontra bagi sebagian
masyarakat yang memahaminya. Hal itu karena politik dipahami sebagai aktivitas dunia, sedang dzikir dipahami sebagai aktivitas yang berhubungan
dengan akhirat. Yang kemudian dipahami bahwa berdzikir tidak pantas memasuki wilayah politik, dan politik haram memasuki wilayah dzikir. Dzikir
adalah pekerjaan manusia untuk mengingat Tuhannya, sedangkan politik pakerjaan para politisi yang berhubungan dengan kekuasaan dan yang
bermaksud untuk
mempengaruhi dengan
jalan mengubah
atau mempertahankan suatu bentuk susunan masyarakat.
Jika suatu tempat atau lembaga organisasi yang didirikan khusus berdzikir menjadi tempat untuk berpolitik, maka tempat itu harus
menanggalkan segala atribut dan peraturan-peraturan kelembagaannya, dan harus mengikuti atau beradaptasi dengan peraturan-peraturan yang berada