seperti halnya semen, yaitu sebagai bahan ikat yang sering digunakan dalam pembangunan fisik pada umumnya.
4.3.3. Uji Densitas
Tabel 10 dibawah ini merupakan pengaruh kandungan limbah waste loading
terhadap densitas polimer-limbah hasil imobilisasi.
Tabel 10. Pengaruh kandungan limbah terhadap densitas polimer-limbah hasil imobilisasi
Waste Loading Densitas gramcm
3
10 20
30 40
50 0,9964
1,0155 1,0290
1,0296 1,0347
1,0429
Gambar 17. Grafik hubungan waste loading terhadap densitas blok polimer- limbah hasil imobilisasi
Tabel tersebut memperlihatkan bahwa semakin besar kandungan limbah maka semakin besar pula densitas blok polimer-limbah yang dihasilkan. Hasil
densitas blok polimer-limbah dari kandungan limbah 0 – 50 berat densitasnya semakin bertambah. Hal ini terjadi karena kenaikan kandungan limbah akan
diikuti dengan penurunan jumlahvolume epoksi yang digunakan untuk mengungkung limbah, serta diikuti dengan kenaikkan kandungan unsur uranium
0,99 1
1,01 1,02
1,03 1,04
1,05
10 20
30 40
50 60
Waste Loading D
e n
s it
a s
g c
m 3
karena epoksi disusun oleh atom-atom C dan H yang massanya jauh lebih kecil dibandingkan dengan limbah uranium. Semakin tinggi kandungan limbah maka
semakin banyak atom-atom berat U yang terkandung dalam resin tersebut, sehingga densitasnya pun akan semakin besar Aisyah, dkk, 2007.
4.3.4. Uji Kuat Tekan
Hubungan antara kandungan limbah waste loading dengan kuat tekan blok polimer-limbah hasil imobilisasi ditunjukkan pada Tabel 11.
Tabel 11. Data hasil pengaruh kandungan limbah terhadap kuat tekan polimer-limbah hasil imobilisasi
Waste Loading Kuat tekan kNcm
2
10 20
30 40
50 9,6168
11,9452 12,1477
11,1354 9,1107
7,0861
Gambar 18. Grafik hubungan waste loading terhadap kuat tekan blok polimer- limbah hasil imobilisasi
Dari tabel di atas, waste loading 0 – 20 kuat tekannya meningkat hal ini disebabkan resin berperan sebagai filler dalam polimer sehingga dapat
membentuk suatu bahan komposit. Bahan komposit merupakan bahan yang dibentuk oleh komponen-komponen dimana komponen-komponen tersebut masih
2 4
6 8
10 12
14
10 20
30 40
50 60
Waste Loading K
u a
t T
e k
a n
k N
c m
2
mempunyai sifat sendiri-sendiri tetapi sifat dalam campuran itu sinergis sehingga saling menguatkan Martono, 1996. Oleh karena itu pada komposisi hasil 20
terbentuk suatu komposit yang kuat tekannya naik. Sedangkan pada waste loading lebih dari 20 kuat tekannya menurun dimana pada kondisi tersebut tidak lagi
membentuk sebagai suatu komposit. Karena pada waste loading lebih dari 20 akan semakin besar kandungan limbah yang digunakan sehingga kuat tekan blok
polimer-limbah yang dihasilkan akan semakin kecil. Hal ini terjadi pada kenaikan kandungan limbah akan diikuti dengan penurunan jumlah epoksi yang digunakan.
Semakin besar persentase limbah maka persentase polimernya semakin sedikit. Ini berarti rantai polimer yang terbentuk semakin pendek. Dengan rantai polimer
yang semakin pendek dan volume blok polimer-limbah yang semakin besar maka tiap lapisan rantai polimer tidak cukup mengungkung limbah, sehingga kekuatan
tekannya semakin menurun Martono, dkk, 2007. Menurunya kuat tekan juga
dapat disebabkan oleh pengadukan yang tidak merata pada pencampuran limbah dengan epoksi dan dengan banyaknya pori-pori dalam blok polimer-limbah
sehingga blok polimer akan rapuh dan menurunkan kuat tekannya pada saat pengujian. Ketidakhomogenan ini harus dihindari dengan mengulang percobaan
jika hasilnya sama, maka faktor ketidakhomogenan dapat diabaikan.
4.3.5. Penentuan hasil optimum imobilisasi blok polimer-limbah
Dalam suatu proses pengolahan limbah ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan yaitu hasil pengolahan yang memenuhi persyaratan keselamatan,
proses yang sederhana dan tentunya ekonomis. Kandungan limbah yang besar sudah barang tentu akan lebih ekonomis, namun karakteristik blok polimer-limbah