Imobilisasi Penyerapan uranium dengan pengkompleks Na2CO3 menggunakan resin Amberlite Ira-400 Cl dan Imobilisasi dengan resin Epoksi

dipancarkan limbah uranium kecil, sehingga ketahanan polimer terhadap radiasi tersebut baik.

2.7. Polimerisasi

Polimer merupakan molekul besar yang tersusun dari pengulangan sejumlah besar satuan-satuan molekul yang lebih kecil monomer. Monomer menjadi polimer paling sedikit mempunyai 2 gugus fungsional, yaitu paling sedikit harus dapat bereaksi dengan 2 monomer tetangganya, sehingga molekul yang terbentuk secara berantai dan menghasilkan molekul yang besar. Istilah polimer berasal dari bahasa Yunani poly, yang berarti “banyak”, dan mer , yang berarti “bagian”. Makromolekul merupakan istilah sinonim polimer. Istilah makromolekul pertama kali dikenalkan oleh Hermann Staudinger, seorang kimiawan dari Jerman Steven, 2001. Menurut asalnya polimer dibedakan menjadi 2, yaitu: 1. Polimer Alam Berdasarkan aktivitas fisiologis, terdapat 3 klasifikasi utama dari polimer- polimer alam ini, yaitu : polisakarida, protein, dan polinukleotida. Selain tiga klasifikasi utama, terdapat pula sekelompok polimer organik alam, yaitu : karet, lignin, humus, batubara, asfaltena bitumen, lak, dan amber, yang banyak diantaranya dipakai secara komersial. 2. Polimer Sintetis Pada polimer ini, molekul raksasa dibentuk dari banyak molekul renik yang disebut monomer, mempunyai gugus fungsional yang mudah bereaksi. Beberapa gugus polimer yang biasanya termasuk dalam reaksi polimerisasi adalah hidroksil, karboksil, amino dan radikal vinil. Polimer sintetis yang pertama kali digunakan dalam skala komersial adalah damar fenol formaldehida. Jenis polimer tersebut dikembangkan pada permulaan tahun 1900-an oleh kimiawan kelahiran Belgia, Leo Baekeland, dan dikenal secara komersial sebagai bakelit. Dr. W. H. Carothers, seorang ahli kimia di Amerika Serikat, mengelompokkan polimerisasi proses pembentukan polimer tinggi menjadi dua golongan, yakni polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi. 1 Polimeriasi adisi adalah polimer yang terbentuk dari reaksi polimerisasi disertai dengan pemutusan ikatan rangkap diikuti oleh adisi dari monomer- monomernya yang membentuk ikatan tunggal. Dalam reaksi ini tidak disertai terbentuknya molekul-molekul kecil seperti H 2 O atau NH 3. Contohnya Beberapa monomer etilena C 2 H 4 bergabung menjadi satu rantai polietilen C 2 H 4 n Gambar 7. Reaksi penggabungan beberapa monomer etilen menjadi polietilen 2 Polimerisasi kondensasi, terjadi reaksi antara dua molekul bergugus fungsi banyak molekul yang mengandung dua gugus fungsi atau lebih yang dapat bereaksi dan memberikan satu molekul besar bergugus fungsi banyak pula, dan diikuti oleh penyingkiran molekul kecil, seperti misalnya air. Hasil reaksi masih mempunyai dua gugus fungsi, sehingga reaksi dapat berlanjut menghasilkan polimer lurus, sampai salah satu pereaksi habis. Contoh pada reaksi 1,6-diaminoheksana dengan asam adipat. Gambar 8. Reaksi 1,6-diaminoheksana dengan asam adipat Pada polimerisasi terjadi perubahan fase cair dari pasta menjadi padat. Proses ini disebut curing atau pengeringan. Proses ini terjadi secara fisika karena terjadi penguapan pelarut atau medium pendispersi. Curing dapat juga terjadi karena terjadinya perubahan kimia yaitu terjadinya reaksi antara molekul-molekul yang relatif kecil dengan fase cair atau pasta membentuk jaringan molekul yang lebih padat, besar dan tidak mudah larut. Proses curing pada polimerisasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut Aisyah, 2004: 1. Curing dengan rasiasi sinar gamma Interaksi sinar gamma dengan molekul polimer menyebabkan terjadinya degradasi dengan membentuk radikal bebas. Radikal bebas kemudian bereaksi dengan ikatan silang membentuk spesi yang melakukan propagasi. Reaksi selanjutnya terjadi antara spesi yang melakukan propagasi dengan molekul dalam sistem yang membentuk jaringan ikatan silang sehingga terjadi proses curing.