lxxxv ISPA. Hal ini dapat lihat bahwa proporsi anak balita yang tidak mendapatkan vitamin
A pada kelompok kasus sebesar 54,3 dan kontrol sebesar 54,7. Hasil penelitian ini sama dengan pendapat Kartasasmita 2000 yang
menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna pada insidens dan derajat ISPA sebelum dan sesudah pemberian vitamin A. Tetapi didapatkan hanya lamanya
penyakit ISPA lebih lama pada anak balita yang tidak mendapatkan vitamin A. Dengan demikian dapat diambil suatu kesimpulan bahwa di Kabupaten Ogan Ilir
bukan suatu risiko terjadinya ISPA pada anak balita bila tidak mendapatkan suplemen vitamin A.
Sampai saat ini suplemen vitamin A yang diterima secara luas yang juga direkomendasikan oleh badan kesehatan dunia WHO untuk memberikan vitamin A
pada penderita campak didaerah di mana angka kematian akibat campak CFR lebih dari 1.
5.1.9. Makanan Tambahan Dini
Anak balita yang mendapatkan ASI cukup tidak perlu diberikan makanan tambahan sampai usia 4 bulan atau bahkan 6 bulan WHO. Penelitian yang pernah
dilakukan diketahui bahwa ASI kaya akan antibody untuk melawan infeksi bakteri dan virus. Terutama selama minggu pertama 4 sampai 6 hari payudara akan
menghasilkan kolostrum yang mengandung zat kekebalan. ASI merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena mengandung semua
zat gizi yang diperlukan tubuh untuk membangun dan penyediaan energi dalam
Universitas Sumatera Utara
lxxxvi susunan yang tepat. Lagi pula ASI memiliki berbagai zat anti infeksi yang dapat
melindungi balita dari berbagai infeksi. ASI tidak memberatkan fungsi traktus digetistivus dan ginjal yang belum berfungsi dengan baik pada bayi yang baru lahir,
serta menghasilkan pertumbuhan fisik yang optimum. Pemberian makanan tambahan dini 6 bulan memberikan berbagai kemungkinan bayi menderita penyakit
Pada penelitian ini secara proporsional diketahui bahwa anak balita yang mendapatkan makanan tambahan dini pada kelompok kasus 84 dan pada kelompok
kontrol 27,7. Angka ini menunjukan bahwa kejadian ISPA berhubungan secara bermakna dengan pemberian makanan tambahan dini p=0,000 dan artinya anak
balita yang menderita ISPA kemungkinan besar 13 kali mendapatkan makanan tambahan dini dibandingkan dengan anak balita yang tidak menderita ISPA.
Hasil analisis multivariat terhadap variabel independen nilai p=0,257 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara pemberian makanan tambahan dini
dengan kejadian ISPA dan OR berubah menjadi 2,597 OR Adjusted. Perbedaan hasi analisis bivariat dan multivariat pada variabel makanan
tambahan dini karena pengujian dilakukan secara simultan dengan metode enter. Menurut Roesli 2001 bahwa bayi dapat diberikan makanan tambahan lebih
awal yaitu kira-kira usia 2 bulan jika ternyata ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi atau karena sebab-sebab lain dan untuk mengawasi pertumbuhan, bayi perlu
ditimbang secara berkala.
Universitas Sumatera Utara
lxxxvii
5.1.10. Faktor Risiko Paling Dominan Terhadap Kejadian ISPA