lxxvii
5.1.2. Status ASI Anak Balita
Ibu harus selalu dianjurkan menyusui bayinya bila bayi dan ibunya dalam keadaan sehat dan tidak terdapat kelainan-kelainan yang tidak memungkinkan untuk
menyusukan, jika memungkinkan ibu dapat memberikan ASI secara eksklusif selama 4 – 6 bulan dan dapat diteruskan hingga anak berusia 2 tahun.
Dari hasil penelitian ini didapatkan proporsi anak balita yang tidak mendapatkan ASI eksklusif pada kelompok kasus sebesar 80,9 dan kontrol 23,4.
Hasil analisis bivariat didapat nilai OR 13,8 p=0,000 yang artinya terdapat hubungan yang bermakna kejadian ISPA dengan tidak ASI eksklusif pada anak
balita. Hasil analisis multivariat terhadap variabel independen nilai p=0,001 yang
berarti ada hubungan yang bermakna antara tidak ASI eksklusif dengan kejadian ISPA dan OR berubah menjadi 5,378 OR Adjusted. Hasil akhir analisis multivariat
terhadap empat variabel independen didapatkan nilai p=0,000 dan OR berubah semakin tinggi menjadi 9,665 OR Adjusted. Dengan demikian dalam penelitian ini
tidak ASI eksklusif mempengaruhi kejadian ISPA. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Gani 2004 bahwa anak balita
yang menderita ISPA kemungkinan 5,3 kali tidak mendapatkan ASI eksklusif dibandingkan dengan anak balita yang tidak menderita ISPA.
Universitas Sumatera Utara
lxxviii ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi terutama pada bulan-bulan
pertama karena ASI kaya akan faktor antibodi untuk melindungi bayi dari berbagai infeksi bakteri dan virus.
5.1.3. Berat Badan Lahir BBL
Berat badan lahir rendah BBLR ditetapkan sebagai suatu berat lahir 2500 gram. Bayi dengan BBLR akan meningkatkan risiko kesakitan dan kematian karena
bayi rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran pernapasan bagian bawah Tuminah,1999.
Dari hasil penelitian ini didapatkan proporsi anak balita yang berat badan lahir rendah BBLR pada kelompok kasus 56,3 dan kelompok kontrol 24,4. Hasil uji
statistik didapat bahwa anak balita dengan berat badan lahir 2500 gram p=0,007 yang artinya terdapat hubungan yang bermakna kejadian ISPA dengan berat badan
lahir rendah BBLR dan OR = 3,9 menunjukkan bahwa anak balita yang menderita ISPA kemungkinan besar 3,9 kali berat badan lahirnya 2500 gram dibanding dengan
anak balita yang tidak menderita ISPA. Hasil analisis multivariat terhadap variabel independen nilai p=0,001 yang
berarti ada hubungan yang bermakna antara berat badan lahir rendah dengan kejadian ISPA dan OR berubah menjadi 6,076 OR Adjusted. Hasil akhir analisis multivariat
terhadap empat variabel independen didapatkan nilai p=0,000 dan OR berubah menjadi 5,285 OR Adjusted. Dengan demikian dalam penelitian ini berat badan lahir
yang rendah mempengaruhi kejadian ISPA
Universitas Sumatera Utara
lxxix Penelitian ini sejalan dengan pendapat Tuminah 1999, bahwa bayi dengan
BBLR mempunyai angka kematian lebih tinggi dari pada bayi dengan berat badan lahir
≥2500 gram saat lahir selama tahun pertama kehidupannya dan ISPA adalah penyebab terbesar kematian akibat infeksi pada bayi baru lahir dengan BBLR bila
dibanding dengan bayi yang beratnya ≥2500 gram.
5.1.4. Polusi Asap Rokok.