Peningkatan Kualitas Sumber Daya a. Surveilans ISPA

xlii

2.4.3. Peningkatan Penemuan dan Tatalaksana Kasus

Kegiatan ini merupakan kegiatan terpenting, karena keberhasilan upaya penurunan kematian pnemonia pada balita ditentukan oleh keberhasilan upaya penemuan dan tatalaksana penderita ini. Dalam kebijakan dan strategi Program P2 ISPA maka penemuan dan tatalaksana penderita ini dilaksanakan di rumah tangga dan masyarakat keluarga, kader dan posyandu, di tingkat pelayanan kesehatan swasta praktek dokter, poliklinik swasta, RS swasta. Dengan demikian yang melaksanakan kegiatan secara langsung adalah tenaga kesehatan di sarana-sarana kesehatan tersebut dan kader posyandu di masyarakat. Adapun prosedur penemuan dan tatalaksana penderita ISPA di masing-masing saranatingkatan mengacu pada tatalaksana standar yang ditetapkan. Sedangkan tatalaksana kasus ISPA dilaksanakan melalui pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS disarana kesehatan dasar. Disamping itu perlu dilakukan audit kasus dalam upaya peningkatan kualitas tatalaksana kasus yang dilaksanakan dengan koordinasi tingkat kabupatenkota.

2.4.4. Peningkatan Kualitas Sumber Daya a.

Sumber Daya Manusia SDM Sumber Daya Manusia yang terlibat dalam program P2 ISPA meliputi kader, petugas kesehatan yang memberikan tatalaksana ISPA di sarana pelayanan kesehatan Polindes, Pustu, Puskesmas, RS, Poliklinik, pengelola program ISPA di puskesmas, Universitas Sumatera Utara xliii kabupatenkota, provinsi dan pusat. Upaya peningkatan kualitas SDM P2 ISPA dilakukan di berbagai jenjang melalui kegiatan pelatihan, setiap pelatihan yang dilakukan perlu ditindaklanjuti dengan supervisi dan monitoring serta pembinaan di lapangan. Selanjutnya pelaksanaan pelatihan secara terpadu dengan program lain perlu dikembangkan, terutama pelatihan menyangkut aspek manajemen atau pengelola program P2 ISPA dilakukan pula melalui kegiatan magang, asistensi tatalaksana oleh dokter ahli, studi banding, seminar dan workshop sesuai dengan kebutuhan. b. Logistik Dukungan logistik sangat diperlukan dalam menunjang pelaksanaan program P2 ISPA. Aspek logistik Pemberantasan Penyakit ISPA mencakup peralatan, bahan dan sarana yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan. Sampai saat ini logistik kegiatan distandarisasi, dari logistik untuk kegiatan penemuan dan tatalaksana penderita dan logistik untuk kegiatan komunikasi dan penyebaran informasi. Untuk kegiatan penemuan dan tatalaksana penderita mencakup obat dan alat bantu hitung pernapasan soundtimer. Untuk kegiatan komunikasi dan penyebaran informasi, logistik yang telah disediakan program meliputi media cetak dan elektronik.

2.4.5. Surveilans ISPA

Untuk melaksanakan kegiatan pencegahan, pemberantasan dan penanggulangan penyakit termasuk ISPA secara efektif dan efisien, diperlukan data Universitas Sumatera Utara xliv dasar baseline dan data program yang lengkap dan akurat. Upaya dalam mendapatkan data atau informasi tersebut diatas dilakukan melalui kegiatan surveilans epidemiologi ISPA yang aktif dengan diferivikasi oleh survey atau penelitian yang sesuai. Surveilans epidemiologi ISPA diarahkan untuk mendapatkan data dan informasi yang dapat digunakan sebagai landasan dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan program pemberantasan ISPA secara efektif dan efisien serta mampu mengantifikasi kecenderungan-kecenderungan yang bakal muncul. Data dan informasi dimaksud meliputi data dan informasi kesakitan dan kematian pnemonia, sumber penularan, faktor resiko yang berhubungan dengan pnemonia faktor resiko lingkungan dan kependudukan dan data yang berhubungan dengan kinerja program. Untuk itu mulai tahun 2002 dikembangkan kegiatan autopsi verbal kematian balita akibat pnemonia dan audit kasus pnemonia. Dalam pelaksanaanya di lapangan, kegiatan surveilans dapat disesuaikan dengan situasi dan kebutuhan setempat, baik mekanisme kerja maupun bentuk instrumennya. Namun demikian secara umum pelaksanaan surveilans Program P2 ISPA mengikuti langkah-langkah surveilans epidemiologi pada umumnya, sebagaimana diuraikan berikut: a. Tujuan Surveilans ISPA Menyediakan informasi tentang situasi dan besarnya masalah penyakit ISPA khususnya kejadian pnemonia balita dan kematian balita akibat pnemonia di Universitas Sumatera Utara xlv masyarakat beserta faktor resikonya dan informasi lain yang diperlukan bagi upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit ISPA secara efektif sehingga angka kesakitan dan kematian balita akibat pnemonia dapat diturunkan sesuai tujuan pemberantasan penyakit ISPA. b. Kegiatan 1. Pengumpulan data Data penyakit ISPA termasuk pnemonia balita dikumpulkan di sarana kesehatan tingkat pertama rawat jalan rumah sakit, Puskesmas, Pustu dan Posyandu, serta pelayanan kesehatan swasta dengan menggunakan formulir, kartu atau buku khusus. Selanjutnya kasus pnemonia dari sarana tersebut dilaporkan ke puskesmas yang menangani wilayah kerja dari sarana kesehatan yang bersangkutan, secara aktif melaporkan sendiri maupun pasif puskesmas menjemput laporan dari sarana kesehatan di wilayah kerjanya dengan menggunakan instrumen standar yang dibuat oleh puskesmas. Puskesmas selanjutnya meneruskan laporan ke Dinas Kesehatan KabupatenKota. Untuk laporan kasus pnemonia dari rumah sakit, laporan langsung ke Dinas Kesehatan Subdin P2M. 2. Pengolahan dan Analisa Data Data yang telah terkumpul, baik dari institusi sendiri maupun dari luar selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisa. Pengolahan dan analisa data dilaksanakan baik oleh puskesmas, Kabupatenkota maupun Propinsi. Universitas Sumatera Utara xlvi 3. Penyajian Data Umpan Balik Sebagai bahan atau dasar bagi kepentingan pelaksanaan kegiatan atau perbaikan pelaksanaan kegiatan, hasil kerja survailans ISPA perlu disajikan dan disebarluaskan atau diumpanbalikan kepada pihak-pihak yang memerlukannya secara teratur, baik kalangan internal maupun eksternal. 4. Peningkatan Jaringan Informasi Jaringan informasi antara KabupatenKota, Provinsi dan pusat sangat diperlukan untuk membangun sistem informasi kesehatan yang handal sehingga mampu meningkatkan koordinasi dan keterpaduan pelaksanaannya pemberantasan penyakit ISPA antar berbagai jenjang dari mulai perencanaan sampai dengan evaluasi program.

2.4.6. Pemantauan dan Evaluasi