Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah

xciii Setiap rumah harus mempunyai bagian ruangan yang sesuai fungsinya. Sebuah rumah yang sehat harus mempunyai ruangan yaitu kamar tidur, ruang tamu, ruang makan, dapur, kamar mandi dan kakus. Udara yang bersih merupakan komponen utama didalam rumah dan sangat diperlukan oleh manusia untuk hidup secara sehat. Pencemaran udara dalam rumah terjadi terutama karena aktivitas penghuninya, antara lain; penggunaan bahan bakar biomasa untuk memasak maupun memanaskan ruangan, asap dari sumber penerangan yang menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakarnya. Sirkulasi udara di dalam rumah berkaitan dengan masalah ventilasi. Penggunaan bahan bakar biomasa seperti kayu bakar untuk memasak, arang dan minyak tanah dapat mengakibatkan terjadinya infeksi saluran pernapasan. Saat ini sebagian masyarakat pedesaan masih menggunakan bahan bakar biomasa untuk memasak, Charles dkk, 1996. Rumah yang sempit, ventilasi udara yang kurang memadai, letak dapur dan rumah yang tidak terpisah menyebabkan asap dapur memenuhi ruangan rumah. Akibat asap dalam ruangan dapat menimbulkan risiko penyakit saluran pernapasan bagi setiap penghuni rumah. Ditambah lagi dengan kebiasaan ibu yang membawa bayianak balitanya ke dapur yang penuh asap sambil memasak akan mempunyai resiko yang lebih besar bagi anak balita untuk terkena ISPA.

4. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah

Istilah prematuritas telah diganti dengan berat badan lahir rendah BBLR karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari Universitas Sumatera Utara xciv 2.500 gram, yaitu karena umur hamil kurang dari 37 minggu, berat badan lebih rendah dari semestinya, sekalipun umur cukup, atau karena kombinasi keduanya. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya BBLR adalah: a Gizi saat hamil kurang, dan ibu mengalami anemia zat besi b Umur kurang dari 20 tahun atau di atas 35 tahun c Jarak kehamilan dan bersalin terlalu dekat d Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah e Faktor pekerjaan yang terlalu berat f Hamil dengan hidramnion, hamil ganda atau terjadi perdarahan antepartum g Komplikasi kehamilan : pre-eklampsieklampsi, ketuban pecah dini. h Bayi mengalami cacat bawaan atau terjadi infeksi dalam rahim i Faktor yang belum diketahui Ibu hamil sebenarnya juga berhubungan dengan proses pertumbuhan yaitu pertumbuhan janin yang dikandungnya dan pertumbuhan berbagai organ tubuhnya sebagai pendukung proses kehamilan tersebut. Untuk mendukung proses pertumbuhan ini maka kebutuhan makanan sebagai sumber energi juga meningkat, demikian pula kebutuhan protein. Ibu hamil memerlukan peningkatan suplai vitamin terutama thiamin, riboflavin, vitamin A dan D. Kebutuhan berbagai mineral, khususnya Fe dan Calsium juga meningkat. Apabila kebutuhan kalori, protein, vitamin, dan mineral yang meningkat ini tidak terpenuhi melalui konsumsi makanan ibu hamil, akan terjadi kekurangan gizi. Universitas Sumatera Utara xcv Defisiensi Fe atau anemia besi di Indonesia jumlahnya besar sehingga menjadi masalah kesehatan masyarakat. Menurut Simanjuntak yang dikutip Manuaba 1998 bahwa sekitar 70 ibu hamil di Indonesia menderita anemi kekurangan gizi, kebanyakan anemia yang diderita masyarakat adalah karena kekurangan zat besi yang dapat diatasi melalui pemberian zat besi secara teratur dan peningkatan gizi. Selain itu didaerah pedesaan banyak dijumpai ibu hamil dengan malnutrisi atau kekurangan gizi; kehamilan dan persalinan dengan jarak dekat; ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat sosial-ekonomi rendah. Program penanggulangan anemia besi, khususnya untuk ibu hamil sudah dilakukan melalui pemberian Fe secara cuma-cuma melalui Puskesmas atau Posyandu. Akan tetapi karena masih rendahnya pengetahuan sebagian besar ibu–ibu hamil maka program ini tampak berjalan lambat. Adapun berbagai macam cara intervensi untuk mengatasi masalah BBLR yaitu: a Melakukan pengawasan kehamilan dengan seksama dan teratur, ibu teratur melakukan kunjungan antenatal. b Melakukan konsultasi terhadap penyakit yang dapat menyebabkan kehamilan dan persalinan preterm c Memberikan nasehat tentang: gizi saat kehamilan, meningkatkan pengertian KB-interval, memperhatikan tentang berbagai kelainan yang timbul dan segera melakukan konsultasi, menganjurkan untuk pemeriksaan tambahan sehingga secara dini penyakit ibu dapat diketahui dan diawasidiobati Universitas Sumatera Utara xcvi d Meningkatkan keadaan sosial-ekonomi keluarga dan kesehatan lingkungan. e Penyediaan makanan formula yang mengandung tinggi protein dan tinggi energi untuk ibu-ibu hamil yang dapat diberikan dalam program pemberian makanan suplementer maupun dipasarkan dengan harga yang terjangkau masyarakat. 5.2. Strategi Penanggulangan Kejadian ISPA pada Anak Balita. 5.2.1 Dasar pemikiran Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks yang saling mempengaruhi dengan masalah-masalah diluar kesehatan. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan, tidak hanya dilihat dari kesehatannya sendiri, tetapi harus dilihat juga dari seluruh aspek yang ada pengaruhnya dengan masalah sehat sakit atau kesehatan tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat. Dalam penentuan pelaksanaan dan pemilihan pelayanan kesehatan yang diprioritaskan tergantung dari aspek-aspek epidemiologi pada suatu daerah atau negara. Pan America Health Organization PAHO membuat kriteria sebagai berikut: 1. The Magnitude of Problem atau luasnya masalah yang dijumpai 2. SeveritySeriousness atau kerugian yang ditimbulkannya, dilihat dari mortalitas, morbiditas, beban penyakit. 3. Vulnerability, tersedianya teknologi tepat guna untuk menyelesaikan masalah Universitas Sumatera Utara xcvii 4. Community and Political Concern, Adanya upaya dan perhatian masyarakat dan politik. 5. Affordability, ketersedian dana, sarana dan pra sarana. Dalam penentuan prioritas masalah dibuatlah penskoran dan terlebih dahulu di inventarisir seluruh masalah yang berkenaan dengan penyakit dalam hal ini penyakit ISPA dengan cara melakukan metode Multiple Criteria Utility Assessment MCUA. Berdasarkan hasil penelitian diberbagai negara, termasuk Indonesia dan berbagai publikasi ilmiah dilaporkan berbagai faktor risiko yang meningkatkan kejadian morbiditas ISPA yaitu seperti gizi, ASI eksklusif, berat badan lahir rendah, polusi asap rokok, polusi asap dapur, kepadatan hunian, imunisasi dasar, pemberian vitamin A dan pemberian makanan tambahan. Setelah faktor-faktor risiko diidentifikasi, maka ditentukan prioritas atau masalah apa saja yang harus ditanggulangi terlebih dahulu dalam hubungannya dengan kejadian ISPA. Untuk melakukan intervensi guna mencegah perkembangan suatu penyakit, diperlukan kerjasama menyeluruh antara pihak pengambil keputusan dan pelaksana beserta masyarakat. Oleh karena itu untuk menetapkan prioritas masalah yang harus ditangani dari 4 permasalahan yang ada ASI eksklusif, berat badan lahir, polusi asap dapur, status imunisasi dilakukan telaah dengan metode Multiple Criteria Utility Assessment MCUA. Tabel 5.10 Penetapan Prioritas Masalah Kesehatan Penanggulangan ISPA Pada Anak Balita dengan Multiple Criteria Utility Assessment MCUA Di Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2006 Universitas Sumatera Utara xcviii Faktor risiko Besarnya Faktor risiko Pertimbangan teknologi kemudahan Waktu yang diperlukan Biaya yang diperlukan Pengaruh kepada bayi Score

1. ASI Eksklusif