Media Massa Sebagai Instrumen dan Akselerator Perubahan

96 konteks Mesir, berlangsung secara --untuk tidak mengatakan lambat-- tidak cepat ini. Sekitar satu abad sebelumnya Muh}ammad ‘Ali Pasha mengadakan pelatihan-pelatihan bagi sekelompok tentara, dokter, insinyur, dan para pegawai pemerintah, baik di sekolah-sekolah yang baru didirikan maupun dalam misi-misi ke Eropa. 8 Ia juga melakukan kontrol atas semua tanah pertanian dengan mengambil alih tanah wakaf dan lahan-lahan pertanian berpajak, memperluas penanaman kapas, dan membangun irigasi dan bendungan-bendungan. 9 Kemudian di masa Khedive Isma‘il 1863-1879 dilakukan perluasan pembukaan sekolah-sekolah dasar, menengah, dan tinggi, dan penambahan jumlah misi ke Eropa. Sejumlah irigasi, bendungan, dan alat transportasi diperbaiki dan diperluas. 10 Di sini akan dilihat indikator-indikator yang menjadi tanda bahwa proses perubahan atau modernisasi sedang berlangsung dalam masyarakat Mesir pada paroh pertama abad ke-20, sebuah kurun waktu yang menjadi latar waktu cerita novel-novel realis Najib. Indikator-indikator perubahan ini meliputi perkembangan dalam instrumen atau sarana modernitas sebagai akselerator modernisasi, dan perkembangan di bidang sosial, khususnya pendidikan, dan di bidang politik. Dua hal terakhir ini dilihat, terutama untuk menjadi semacam pendahuluan bagi uraian dalam bab selanjutnya tentang dampak modernisasi terhadap keberagamaan masyarakat Mesir.

A. Media Massa Sebagai Instrumen dan Akselerator Perubahan

8 Barat Eropa menjadi acuan modernisasi di Mesir didasarkan paling tidak pada dua hal. Pertama , modernisasi pada hakekatnya adalah terma yang menunjuk pada proses perubahan sosial, berupa kemajuan politik dan ekonomi, yang mula-mula berlangsung di masyarakat Barat, lalu diikuti oleh perubahan-perubahan sosial dalam masyarakat non-Barat. Kedua, kebangkitan Mesir bermula dari kontaknya dengan Barat Eropa saat Napoleon Bonaparte menyerbu dan mendudukinya selama tiga tahun, dari 1789 sampai 1801. 9 Albert Hourani, A History of the Arab Peoples London: Faber and Faber, 1991, 273. 10 ‘Ali Salamah al-Jamal, Mudhakkirat fi Tarikh Mis}r: al-Qadim wa al- H{adith Kairo: Dar al-Fikr al- ‘Arabi, 1997, 47-50. 97 Adalah sulit dibayangkan sebuah perubahan dapat dilangsungkan dalam lingkup masyarakat luas baca: negara tanpa sebuah instrumen. Modernisasi di suatu negara seringkali hanya dilakukan secara sengaja oleh penguasa dan elemen masyarakat yang disebut sebagai agents of change pelopor perubahan, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang dipercaya masyarakat sebagai pemimpin dalam salah satu atau beberapa lembaga sosial. Untuk mempengaruhi, menstimulir, dan mengajak masyarakat agar bersama-sama berada di jalur perubahan, pelopor perubahan menggunakan sejumlah instrumen. Dalam konteks ini, media massa merupakan instrumen yang terpenting. Perkembangan dan revolusinya juga menjadi indikator bagi perkembangan masyarakat. Revolusi dalam media massa memungkinkan transmisi perluasan informasi, cepat dan seketika. Perkembangan di bidang ini telah menciutkan jurang pemisah antara masyarakat kota dan non-kota. Apa yang terjadi dan dinikmati oleh masyarakat kota, dalam waktu yang bersamaan dapat dinikmati oleh masyarakat non-kota. Bahkan, perkembangan ini dapat merapatkan jarak pemisah antar satu bangsa dan bangsa lainnya. Peristiwa yang berlangsung di suatu bangsa, dalam waktu yang sama atau relatif cepat juga dapat diketahui oleh bangsa lain. Radio, film, majalah, koran, dan buku adalah media massa-media massa yang terekam dalam karya-karya realis Najib. Media massa di sini memiliki fungsi yang sama dengan fungsi media massa di tempat mana pun, yaitu informasi, mendidik, menghibur, dan kritik. 11 Melalui Radio, informasi tentang perkembangan Revolusi 1919, pembebasan Sa‘ad Zaghlul, 12 dan seputar perang dunia dari Jerman, 13 dapat diikuti masyarakat. Informasi-informasi lain, seperti tentang kesehatan, juga dapat diakses masyarakat melalui media massa yang bermediumkan suara ini. Keluarga Rushdi ‘Akif dalam novel KHAN, 11 Rusydi Hamka dan Rafik Peny., Islam dan Era Informasi Jakarta: Pustaka Panjimas, 1989, 8. 12 Najib Mah}fuz}, Bayn al-Qas}rayn Kairo: Maktabah Mis}r, tt., 456. 13 Najib Mah}fuz}, al-Sukkariyah, 184. 98 misalnya, mendapat penjelasan tentang seluk-beluk penyakit TBC yang sedang diidap Rushdi ‘Akif dari radio. 14 Bahkan, karena bermediumkan suara, fungsi-fungsi yang dijalankan media radio ini dapat menembus rumah yang tertutup dari luar dan mengejar orang yang melarikan diri dari dunia sekitar. Ini diakui oleh Rubah Laz} dalam SA kepada anaknya, Kamil, ketika yang terakhir ini datang mengunjunginya, “Allah kelak di Hari Kiamat akan memutuskan pihak yang benar di antara kita. Jangan heran bila kamu mendengar aku menukil ayat al-Quran, karena itu berkat radio. Aku telah menjauhkan diri dari dunia, tetapi dunia memaksa masuk rumahku melalui radio.” 15 Radio di masa ini mulai banyak ditemukan di cafe-cafe dan rumah-rumah kelas menengah ke atas. Radio cafe-cafelah yang membuat distrik Khan al- Khalili di malam hari menjadi ramai, karena radio-radio tersebut menyiarkan hiburan lagu-lagu dan obrolan-obrolannya dengan keras, seolah-seolah sedang menyiarkannya ke seluruh flat di daerah itu. 16 Demikian juga dengan yang terjadi di Lorong Midaq. Radio telah membuat tempat ini di malam hari tidak sepi. 17 Media film juga menjalankan fungsi yang sama. Secara kuantitatif film atau gedung film tentu tidak sebanyak radio, karena menonton film di gedung bioskop secara rutin merupakan simbol hidup makmur 18 atau, seperti kata H{usayn Kirshah dalam ZM, gaya hidup orang Inggris large. 19 Meskipun demikian, jangkauan film tidak kalah luas dari radio. Hal ini karena apabila radio pada kurun waktu ini hanya dimiliki oleh cafe-cafe dan keluarga kelas menengah ke atas, maka film dapat dinikmati oleh orang-orang yang di rumahnya tidak 14 Najib Mah}fuz}, Khan al-Khalili dalam al-A‘mal al-Kamilah, 130. 15 Teks asli ungkapan dimaksud adalah sebagai berikut: ﺔﻣﺎﻴ ا مﻮ ﺎ ﻴ ﷲﺎ . نﺁﺮ ا ﻣ أ ﻰ ﺳ اذإ هﺪ ا ﻰ إ ﻚ ذ ﻰ ﻀ ا ﺎ ﺈ ، ،ﻮ داﺮ راد ﻰ نأ إ ﻰ ﺄ ﺎﻴ ﺪ ا ﻜ و ﺎﻴ ﺪ ا ﻴ و ﻰ ﻴ تﺪ ﺎ ﺪ و ي ﻮ داﺮ ا ﻰ . Lihat, Najib Mah}fuz}, al-Sarab, 130. 16 Najib Mah}fuz}, Khan al-Khalili dalam al-A‘mal al-Kamilah, 21. 17 Najib Mah}fuz}, Zuqaq al-Midaq, 7. 18 Najib Mah}fuz}, Bidayah, 20. 19 Najib Mah}fuz}, Zuqaq al-Midaq, 34. 99 memiliki radio, seperti H{amidah dan ibunya dalam ZM, dan H{asanayn dalam BN. Hanya saja, dua fungsi universal media, yaitu menghibur dan mendidik, di film jauh lebih dominan dari dua fungsi yang lain, memberi informasi dan kritik. Gedung film digambarkan dalam novel-novel realis Najib sebagai tempat hiburan sepasang muda-mudi yang sedang pacaran, 20 sepasang tunangan yang sedang merekatkan hubungan, 21 dan sepasang suami istri yang kehidupan rumah tangganya dilanda kelesuhan. 22 Demikian pula dengan media massa cetak majalah, koran, dan buku. Tidak sedikit andil media ini dalam menuntun perubahan. Bila radio dan film tidak bisa diulang-ulang kecuali bila film diputar ulang, tetapi ini membutuhkan ongkos tambahan, maka media ini bisa dibaca berulang-ulang atau dibaca sebagian-sebagian dalam waktu yang berbeda tanpa harus kehilangan informasinya secara keseluruhan. Untuk mengakses media ini tidak dibutuhkan waktu khusus seperti halnya saat ingin menikmati film. Kapan pun, media ini bisa diakses. Berbeda dengan dua media sebelumnya, radio dan film, yang bermediumkan suara dan gambar sehingga bisa dinikmati oleh masyarakat buta huruf, maka media massa cetak ini hanya bisa diakses oleh masyarakat yang melek huruf. Anggota masyarakat, seperti Nyonya Dawlat dan Aminah, masing-masing adalah tokoh dalam KHAN dan BQQSSU tidak dapat dibayangkan dapat mengakses media ini. Bagi mereka, terlintas pun tidak. Oleh karena itu, segmen pengguna media ini jauh lebih sedikit daripada pengguna media radio dan film. Pelajar, mahasiswa, dan kelas menengah ke atas adalah termasuk segmen yang sedikit ini. Apalagi, membaca di Mesir saat itu belum menjadi hiburan favorit. Kenyataan inilah yang dikeluhkan tetapi, pada saat bersamaan berusaha dikikis, oleh Ustadh ‘Adli Karim, pemred majalah al- Insan al-Jadid Manusia Baru. Mayoritas pembaca majalah ini dari kampus. 20 Najib Mah}fuz}, al-Qahirah, 12. 21 Najib Mah}fuz}, Khan al-Khalili dalam al-A‘mal al-Kamilah, 130. 22 Najib Mah}fuz}, al-Sarab, 227. 100 Di Mesir membaca itu hiburan remeh. Kita tidak akan maju, kecuali bila kita percaya bahwa membaca itu sebuah keniscayaan, kata salah satu tokoh dalam SU ini. 23 Namun, karena sifat keberaksaraannya, media massa cetak ini menjelmakan semangat modernisme di kalangan masyarakat Mesir. Dunia modern adalah dunia yang lebih didominasi oleh tradisi keberaksaraan, membaca dan menulis, bukan oleh tradisi kelisanan seperti yang dominan dalam masyarakat pra-modern. Apabila kelisanan memerlukan kehadiran sumber informasi, baik utuh secara fisik maupun hanya berupa suara, maka keberaksaraan tidak memerlukan kehadiran sumber informasinya. Di antara sumber dan sasaran atau pengakes informasi tidak saling kenal. Pesan dalam informasi pun lebih impersonal. Akibatnya, orang banyak yang menerima informasi memiliki waktu yang leluasa dan kebebasan untuk menafsirkan makna informasi tersebut dengan menggunakan rasionya. Pengolahan informasi secara rasional ini adalah salah satu ciri ilmu pengetahuan yang menjadi pondasi modernitas. 24 Selanjutnya, apabila radio dan film cukup kental fungsi hiburannya, maka media massa cetak ini cukup kental fungsi informasi, mendidik, dan kritiknya. Tentu saja, fungsi hiburan juga dapat diisi oleh media massa cetak ini. Rushdi ‘Akif, salah satu tokoh dalam KHAN, misalnya, berusaha menekan penderitaannya yang begitu berat akibat penyakit TBC yang dideritanya semakin parah dengan membaca koran dan majalah. 25 Demikian pula dengan salah satu tokoh lansia dalam SU, al-Sayyid Ah}mad ‘Abd al-Jawwad. Ia mengisi hari- harinya yang terpaksa dijalaninya dengan mendekam di rumah, dengan membaca 23 Najib Mah}fuz}, al-Sukkariyah, 89. Lihat pula, Lampiran 3: Sinopsis Novel-novel Realis Najib Mah}fuz}, 340. 24 Modernitas di Barat, acuan modernisasi di Mesir, terutama bersendikan penggunaan teknologi yang didasarkan pada ilmu pengetahuan. Sebagai salah satu pondasi modernitas Barat, ilmu pengetahuan dalam perkembangannya, memiliki empat sifat, yaitu: sensual-material yang berakibat dapat dihayati dan ditiru semua orang obyektif; empiris karena didasarkan pada pengalaman manusia dan tidak lagi dihubungkan dengan soal spiritual; rasional karena diolah dengan pikiran dan akal manusia sendiri; dan kuantitatif karena didasarkan pada pengukuran. Lihat, Slamet Iman Santoso, Tantangan Ganda dalam Pendidikan Agama pada Abad Ilmu Pengetahuan Jakarta: Bulan Bintang, 1985, 10. 25 Najib Mah}fuz}, Khan al-Khalili dalam al-A‘mal al-Kamilah, 180. 101 koran al-Ahram. 26 Hanya saja, orang seperti mereka tidak banyak. Mayoritas pengakses media cetak ini memanfaatkan tiga fungsi media lainnya: informasi, mendidik, dan kritik. Dengan kentalnya fungsi informatifnya, media cetak ini menjadi tanda kadar pengetahuan pembacanya tentang dunia sekitarnya. Membaca media ini berarti mengetahui apa yang terjadi di masanya dan, sebaliknya, tidak membacanya sama artinya dengan bukan bagian dari masyarakat dan menjadi makhluk asing yang menyimpang dari arus kehidupan yang sebenarnya. Hal ini diakui Kamil, tokoh utama SA: 27 إ ﺎ ﻮ ﺨﻣ ﺎ ﺮ ﺬ ﻰ ﺔ ﺎ ةﺎﻴ ا ،ﺔ ا ﻣو ىﺁ ﻚ ذ ﻰ أ أ ﻰ ﺎﻴ ﺪ ا إ ﻰ ﺎﻣو ﺎﻬ ﻣ ، ﺮ ﻣو ىﺁ ﻚ ذ ﺎﻀ أ ﻰ أ أﺮ أ ﺪﺋاﺮ ا ﻰ قﻼ ﻹا ﺪ و ﺎﻣ ﺎآ ﺔ هد ﻰﺋﻼﻣز ﻣ ﻴ ﻇﻮ ا ﺔ ﻴﻈ ﻴ ﻴ ﻬ ﺎ ﺎ ا ﻰ إ ﻬ أ ﺳا ﻴﺋر ةرازﻮ ا كاﺬ و ﺪ نأ ﻀﻣ ﺮﻬ أ ﻰ ﻴ ﻮ ﻜ ا اﻮ ارو نورﺪ ﻰ ﻬ اﺮﻴﺜآ ﺎ أو ﻣﺎ ، ﻴﻈآ ﻰ ﺄآو ﻣ اﺬه ، ا ﻼ ىردأ ﺎ ﻴ ﻣ ﺎﻣﺁ ، ﻣ ﺁو دﺎ ، ﺋﺎ زو اﺰ أ ، ﺎ ﻴهو ﻜ و ﺮ ﻰ ذأ ﺚ دﺎ أ ﻴ ﻇﻮ ا ﺔﻣزﻷا ﺔ دﺎ ا طﻮ هو رﺎ ﺳأ ﻄ ا ﺮﻴ و رﻮ ﺳﺪ ا آأ أ ﺎﻬ ﻰ ﻣ وأ ﺪ أ ﺎﻬ ﻰ ﻰ ،ىﺪ و ﻰ و ، ﻣ ﻰ ﻷ ﺳأ ﺔﻴ ﻮ ا ﻜ و ﻰ ﻷ ﺎﻬآردأ ﺪ . Tidaklah mengherankan bila media cetak ini menjadi pilihan para aktivis sosial politik, baik yang kiri atau sosialis maupun yang kanan atau al-Ikhwan al- Muslimun . Masing-masing sadar bahwa agar pandangan-pandangannnya 26 Najib Mah}fuz}, al-Sukkariyah, 169. 27 Lihat, Najib Mah}fuz}, al-Sarab, 138. Terjemahan petikan di atas adalah: “Aku hanyalah makhluk asing yang menyimpang dari kafilah kehidupan yang sebenarnya. Buktinya, aku tidak peduli dengan apapun di dunia, kecuali diriku dan hal-hal terdekatku. Bukti lain adalah aku sama sekali tidak membaca koran. Betapa terkejutnya teman-teman pegawaiku ketika secara kebetulan mereka tahu bahwa aku tidak tahu nama perdana menteri saat itu setelah beberapa bulan menjabat. Mereka sering menertawakan ketidaktahuanku itu, sedangkan aku hanya diam menahan marah. Aku seolah-olah bukan bagian dari masyarakat, karena aku tidak tahu sedikit pun tentang impian, penderitaan, pejabat, pemimpin, partai, dan organisasinya. Betapa sering aku mendengar obrolan para pegawai tentang krisis ekonomi, jatuhnya harga kapas, dan perubahan konstitusi, tetapi aku tidak memahami atau mempedulikannya. Aku tidak memiliki tanah air atau masyarakat, bukan karena telah melewati fase nasionalisme, melainkan aku belum memahaminya.” 102 tersebar luas dan diterima masyarakat, pilihan instrumen media ini menjadi niscaya. 28 Keniscayaan inilah yang mendorong orang seperti ‘Ali T{aha, salah satu tokoh dalam QJ yang berkecenderungan sosialis, untuk mengenyampingkan pikiran melanjutkan studi magisternya atau menjadi pegawai di perpustakaan universitas dan lebih memilih mendirikan majalah mingguan al-Nur al-Jadid Cahaya Baru sebagai alat menyerukan reformasi sosial. Biarlah kita serahkan penelitian kepada para peneliti, biarlah kita pusatkan ambisi kita pada sesuatu yang lebih luhur, dan biarlah seluruh perjuangan kita untuk Mesir dan bagaimana ia berubah dari bangsa budak menjadi bangsa yang merdeka, katanya seperti yang ditirukan dan diceritakan oleh Ah}mad Badir, salah satu temannya, kepada Mah}jub ‘Abd al- Daim. 29 Dalam novel-novel realis Najib ini tercatat sejumlah majalah, tempat orang-orang yang tercerahkan menuangkan idealisme untuk kemajuan masyarakat Mesir. Selain majalah mingguan al-Nur al-Jadid yang didirikan ‘Ali T{aha di atas, ada majalah al-Najmah, tempat Mah}jub ‘Abd al-Daim, salah satu tokoh dalam QJ, bisa mendapatkan uang 0.50 poundsbulan dengan menerjemahkan beberapa artikel dan joke; 30 majalah al-Balagh, tempat Kamal, salah satu tokoh dalam QS, menulis artikel tentang As}l al-Insan Asal-usul Manusia yang menggelisahkan ayahnya; 31 majalah al-Fikr Pemikiran yang didirikan pada tahun 1923 oleh Ustadh ‘Abd al ‘Aziz al-Asyut}i, salah satu tokoh dalam SU, dan menjadi tempat Kamal, juga tokoh dalam SU, 28 Begitu strategisnya fungsi media di sini, sehingga peran historis media Mesir bagi tumbuhnya partai-partai di sana diibaratkan sebagai rahim, tempat nut}fah partai-partai Mesir terbentuk. Harian al-Muayyad yang dilaunching oleh Shaykh ‘Ali Yûsuf pada tahun 1889 menelorkan partai al-Is}lah} ‘ala al-Mabadi’ al-Dusturiyah yang baru muncul secara resmi pada 9 Desember 1907. Harian al-Liwa’ yang dilaunching oleh Mus}t}afa Kamil pada tahun 1900 itu muncul tujuh tahun lebih awal dari deklarasi berdirinya al-H}izb al-Wat}ani. Demikian pula harian al-Jaridah yang menjadi jubir para tuan tanah dan intelektual al- mutagharribun adalah satu-satunya corong H{izb al-Ummah. Lihat, Jamal Badawi, Naz}arat fi Tarikh Mis}r Kairo: Dar al-Shuruq, 1994, 23. 29 Najib Mah}fuz}, al-Qahirah, 207 dan 163. 30 Najib Mah}fuz}, al-Qahirah, 77. Lihat pula, lampiran 1, Sinopsis Novel-novel Realis Najib Mah}fuz}, 318. 31 Najib Mah}fuz}, Qas}r, 343-4. 103 mempublikasikan artikel-artikel filsafatnya sejak 1930; 32 dan majalah al-Insan al-Jadid Manusia Baru pimpinan Ustadh ‘Adli Karim dan tempat Ah}mad Shawkat, keduanya tokoh sosialis dalam SU, menjadi pelanggan pertamanya lalu berturut-turut menjadi penerjemah dan staf redaksinya. 33 Ada pula majalah yang menjadi alat perjuangan al-Ikhwan al-Muslimun dalam menyebarkan dakwahnya kepada masyarakat. Kakak Ah}mad Shawkat, ‘Abd al-Mun‘im Shawkat, ikut andil dalam pengelolaannya. 34 Di samping majalah, beberapa koran juga disebut-sebut dalam novel-novel realis karya Najib. Ada yang disebut secara eksplisit dan ada yang disebut secara implisit, dalam arti hanya ditunjukkan fungsinya tanpa disebutkan namanya. Al- Ahram adalah koran yang disebutkan namanya secara eksplisit, 35 sedangkan koran tempat Ah}mad Badir, salah satu tokoh dalam QJ, bekerja, namanya tidak disebutkan secara eksplisit. Demikian pula dengan koran Partai Wafd; koran yang menjadi alat perjuangan al-Ikhwan al-Muslimun; dan koran-koran tempat kematian al-Sayyid Ah}mad ‘Abd al-Jawwad diumumkan. Meskipun nama koran-koran ini tidak disebutkan, fungsi-fungsinya sebagai media massa tampak tidak disembunyikan. Lain lagi dengan buku. Media ini hadir dalam novel-novel realis karya Najib sebagai bacaan dan alat ekspresi pemikiran para tokoh, terutama generasi muda. Beragam buku muncul, seperti buku berbahasa Inggris, Perancis, dan tentu saja Arab; buku fiksi dan non-fiksi; buku sosial dan buku sains; buku keislaman dan umum; dan buku klasik dan modern. Keragaman buku ini menunjukkan ragam pengetahuan dan spesialisasi, sebagian akibat beragamnya jurusan yang ditawarkan sekolah dan perguruan tinggi dan sebagian akibat beragamnya minat pembaca. Filsafat materialisme Hegel, Stold, dan Marx adalah bacaan ‘Ali T{aha yang berkecenderungan sosialis dalam QJ. 36 Buku al-Kamil karya al- 32 Najib Mah}fuz}, al-Sukkariyah, 14-15 dan 102-4. 33 Najib Mah}fuz}, al-Sukkariyah, 87-8 dan 203-4. 34 Najib Mah}fuz}, al-Sukkariyah, 294. 35 Najib Mah}fuz}, Khan al-Khalili dalam al-A‘mal al-Kamilah, 62 dan 70. 36 Najib Mah}fuz}, al-Qahirah, 22. 104 Mubarrad, Adab al-Katib karya Ibn Qutaybah, al-Bayan wa al-Tabyin karya al-Jah}iz}, al-Nawadir karya Abu ‘Ali al-Qali, dan sejumlah Kitab Kuning menjadi bacaan Ah}mad ‘Akif yang beorientasi ke masa lalu bila dibandingkan dengan Ah}mad Rashid yang, menurutnya, berorientasi ke depan dan membaca buku Nietsche, Sigmund Freud, dan Karl Marx. 37 Mereka adalah dua tokoh yang kecenderungan dan pemikirannya dipertentangkan oleh Najib dalam KHAN. 38 Buku-buku karya Bergson, Spinoza, Schopenhauer, Leibniz, Darwin, dan Russell adalah sebagian buku yang menghiasi perpustakaan pribadi Kamal yang gemar dengan filsafat dalam SU. 39 Tidaklah dipungkiri bahwa semua instrumen modernitas ini radio, film, majalah, koran, dan buku diproduksi dengan tujuan untuk mengemukakan apa yang dianggapnya terbaik. Dengan kata lain, semua media membawa sebuah ideologi. Ideologi yang dibawa media dan diproduksi oleh para elit masyarakat sebagai agen perubahan ini lalu ditawarkan dan disebarluaskan kepada masyarakat pada umumnya. Masyarakat luas pun diharapkan memiliki opini dan ideologi dan, pada gilirannya, juga tindakan yang sama. Pertanyaannya kemudian adalah berhasilkah media-media tersebut mempengaruhi pandangan dan perilaku mereka? Jawaban atas pertanyaan ini dalam novel-novel realis Najib cukup positif. Meskipun dapat dipastikan banyak elemen yang ikut andil dalam perubahan sikap dan tindakan seseorang, media atau instrumen modernitas ini digambarkan Najib sebagai faktor yang penting. Dari penjelasan dokter tentang seluk-beluk penyakit TBC di radio yang didengarnya, Rushdi ‘Akif dalam KHAN yang kebetulan mengidap penyakit itu berubah semakin dekat dan pasrah 37 Penyebutan Nietsche dan Karl Marx juga muncul dalam novel Us}fur min al-Sharq karya Tawfiq al-H{akim. Di sana ungkapan Nietsche “Semua perasaan luhur manusia itu di dalam simponi ke lima” diklaim salah satu tokohnya, Muh}sin, sebagai telah dipahaminya setelah ia menyaksikan salah satu pementasan Bethoven. Karl Marx dan karyanya Das Capital juga menjadi alat pertemanan dan obrolan antara Muh}sin dan seorang pekerja berkebangsaan Rusia. Lihat, Tawfiq al H{akim, Us}fur min al-Sharq Kairo: Maktabah Mis}r, tt., 67 dan 86-7. 38 Najib Mah}fuz}, Khan al-Khalili dalam al-A‘mal al-Kamilah, 14,16,45, dan 67. 39 Najib Mah}fuz}, al-Sukkariyah, 14,15, dan 36. 105 pada Allah. Sebelumnya, ayahnya, ‘Akif Afandi Ah}mad, memilih Khan al- Khalili sebagai tempat tinggal barunya setelah kawasan tempat tinggal lamanya, al-Sakakini, diserang oleh kekuatan poros Jerman dan sekutunya. Pilihan ayahnya ini dilatarbelakangi oleh keterpengaruhannya dengan propaganda Jerman yang disiarkan melalui Radio Berlin bahwa Jerman mencintai umat Islam, dan karena Khan al-Khalili adalah permukiman Islam, maka Jerman tentu terlalu berakal untuk menyerang jantung Islam ini. 40 Media massa ternyata telah menciptakan suatu kelompok elit budaya yang menentukan gelombang budaya massa. 41 Di sini beberapa contoh dapat disebut. Bahiyah dalam BN tidak mau dicium oleh tunangannya, H{asanayn, yang berupaya mati-matian mendapatkan apa yang disebutnya sebagai haknya itu, karena ia membaca di koran dan mendengar dari radio tentang gadis-gadis yang terlantar karena kesembronoannya. Pada sisi lain, keinginan H{asanayn itu dikarenakan ia terobsesi untuk menjalani hidup bersama pasangannya seperti pasangan muda-mudi di Eropa dan Amerika melalui media film yang disaksikannya. Ia menyadari bahwa dirinya membutuhkan gadis seperti Bahiyah, sehingga bisa pergi nonton film bersama, bermain bersama, dan banyak ngobrol. Ia juga bisa mencium dan memeluknya. Hidupnya selama ini tanpa paras cantik yang menawan hatinya. Ia hanya mengenal gadis-gadis di sekolah dan Klub Shubra sebagai temannya. Ia ingin seorang gadis. Ia menginginkan Bahiyah. Menurutnya, di Eropa dan Amerika sepasang muda-mudi tumbuh bersama sebagaimana dalam film. Inilah hidup. 42 Adanya trend ateisme di kalangan mahasiswa juga dilukiskan dalam QJ sebagai akibat dari masuknya beragam pemikiran ke kampus melalui buku-buku 40 Najib Mah}fuz}, Khan al-Khalili dalam al-A‘mal al-Kamilah, 189-90 dan 9,24,57. Lihat pula, lampiran 1, Sinopsis Novel-novel Realis Najib Mah}fuz}, 320. 41 Elizabeth M. Perse, Media Effects and Society New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc., 2008, 1-2. 42 Lihat, Najib Mah}fuz}, Bidayah, 110 dan 57: ةﺎ ا ﺬه ﺜﻣ ﻰ إ ﺔ ﺎ ﻰ إ . اﺮﻴﺜآ ثﺪ و ﺎ ﻣ و ،ﺎ ﻣ ﺎ ﻴ ا ﻰ إ هﺬ . ﺎﻬ أ نأ ﻰ سﺄ ﻣ ﺎﻣو ﺎﻬ ﺎ أو . ﻴ إ ﻰ ﺬ ﻴ و ﻰ ﺎﻴ ﻰ ﻴ . ﺪ ا تﺎﻴ ﻣ دﺎ ﺎﻣ ﻰ و اﺮ ىدﺎ و ﺔﺳر . ﺪ رأ ةﺎ . ةﺎ ا ﺬه ﺪ رأ . ﺎ ﻴ ا ﻰ ﺎ آ ﺎ ﻣ تﺎﻴ او نﺎﻴ ا ﺄ ﺎﻜ ﺮﻣأو ﺎ روأ ﻰ . ةﺎﻴ ا ﻰه ﺬه . 106 sosiologi, psikologi, dan metafisika. 43 Demikian pula dengan Kamal, salah satu tokoh dalam Trilogi. Perubahan sikap dan perilakunya juga dipengaruhi oleh kegemarannya membaca buku. Dari Kamal kecil yang patuh beragama, lalu Kamal remaja yang skeptis, dan terakhir Kamal dewasa yang tidak percaya lagi pada agama, kedirian Kamal ini tidak lepas dari buku-buku yang diajarkan kepadanya atau yang dipilih dan dibacanya sendiri. Memang, novel-novel realis Najib juga mencatat beberapa orang yang sepintas tampak tetap tidak terpengaruh oleh apa yang dibaca atau dilihatnya dari instrumen modernitas ini. Namun, orang-orang seperti ini sebenarnya hanya berusaha tidak terpengaruh dengan gelombang budaya massa yang dianggapnya negatif atau akan merugikan dirinya sendiri. Bahiyah, salah satu tokoh BN dalam contoh di atas, sama sekali tidak mau mengikuti trend pergaulan muda- muda yang hanya akan menyengsarakan perempuan seperti dirinya. Bila pandangan H{asanayn, tunangannya, tentang budaya ideal dalam pergaulan muda-mudi yang menjadi acuan, maka trend yang ditolak Bahiyah itu merupakan produk dari media yang juga dilihatnya. Di sini, Bahiyah tidak menolak medianya itu sendiri yang, dalam uraian di atas, menjalankan empat fungsi: hiburan, sumber informasi, mendidik, dan kritik. Ia hanya menolak sebagian isi media yang terbukti menciptakan trend yang diyakininya akan berakibat buruk terhadap dirinya sendiri. Hal yang sama juga dilakukan oleh Mamun Rid}wan, salah satu tokoh dalam QJ. Ia bahkan berupaya menemukan dalam media buku-buku sosiologi, psikologi, dan metafisika yang, menurutnya, telah menciptakan trend ateisme di kalangan mahasiswa tersebut sisi-sisi yang dapat dijadikannya alat dan propaganda dalam mempertahankan keimanannya atas tiga hal Allah, keutamaan, dan keislaman dan dalam menantang ilmu pengetahuan dan filsafat. H{usayn dalam BN tidak berbeda dengan Mamun Rid}wan. Meski banyak membaca buku, ia tidak seperti teman-teman sekolahnya yang dengan terang-terangan 43 Najib Mah}fuz}, al-Qahirah, 14. 107 menyatakan skeptisnya atas Allah. Memang benar aku banyak membaca, tetapi aku tidak menghapus Allah dari hatiku, katanya. 44 Demikianlah sifat transformatif media massa sebagai instrumen modernitas. Kehadirannya tidak saja dapat menciptakan gelombang budaya massa, mempengaruhi, dan mengubah sikap dan perilaku masyarakat luas, tetapi bahkan membuat media informasi atau agen hiburan konvensional menjadi disfungsi. Dengan demikian, ia seolah-olah tidak cukup dengan mengubah perilaku masyarakat sebagai pengguna media, tetapi juga melumpuhkan salah satu sumber pengarah perilakunya, yaitu media konvensional itu sendiri. Di sini, radio dalam novel-novel realis Najib menjadi representasi dari revolusi media massa yang berimplikasi pada tergesernya media konvensional. Radio adalah media yang menandai perubahan di Lorong Midaq, sebuah area sempit di Kairo yang nyaris tidak tersentuh oleh perubahan zaman. Di satu sisi kehadiran radio memang sudah lama dinanti-nantikan oleh masyarakat dan dianggap Shaykh Darwish sudah menjadi sunnatullah dalam ciptaan-Nya, tetapi di sisi lain kehadirannya berarti akhir kehidupan bagi penyair rebana yang selama ini menggantungkan hidupnya dengan menyenandungkan puisi. Keahlian yang telah diturunkannya pada sang anak itu tidak lagi mendapat pasaran dan diperdulikan oleh pihak yang selama ini ikut diuntungkan dengan keahliannya itu. Ia pun memberikan alasan kelayakannya untuk tetap mangkal di kedai: 45 كﺪ ور ﺎ ﻣ ،ﺔ ﺮآ نإ ﻰ ﻼﻬ ةﺪ ،لوﺰ و ﻰ ﺎﻬ ﻮ داﺮ ا اﺪ أ ﻜ و ا لﺎ ﺔ ﻬ ﺔ ﺎ : اﺬه ﻚ ﻮ ﺮ ﺋﺎ ﺰ ا ﻼ بﺮﺨ ﻰ ﻴ . ﺪ ﺮﻴ آ 44 Najib Mah}fuz}, Bidayah, 32. 45 Lihat, Najib Mah}fuz}, Zuqaq al-Midaq, 9-12, yang terjemahannya sebagai berikut: “Sabarlah, Pak Kirshah. Orang-orang yang mendengarkan pembacaan puisi tidak akan hilang, dan radio tidak akan dapat menggantikannya,” kata penyair rebana. “Itu kan kamu yang mengatakan, tapi bukan itu yang dikehendaki pelanggan-pelanggan kami. Sudah, jangan merusak pekerjaanku. Sekarang segalanya sudah berubah,” jawab Kirshah dengan nada pasti. 108 Sebelum ada radio fenomena penyair rebana memang meluas di Mesir. Begitu radio muncul pada tahun 1934, penyair rebana yang membacakan cerita- cerita di cafe-cafe pun menghilang. Cerita-cerita bersambung yang ada di radio adalah bentuk modern dari cerita penyair rebana, sehingga masyarakat merasa cukup dan lebih senang mendengarkan radio. 46 Apa yang dialami penyair rebana di Lorong Midaq ini pada dasarnya merepresentasikan apa yang dialami para penyair rebana di masanya. Hilangnya sumber kehidupan sang penyair rebana ini juga terjadi pada Ustadh ‘Ali S{abri dalam BN. Apabila yang pertama kehilangan sumber ekonominya akibat keahliannya membaca puisi tidak lagi memenuhi selera masyarakat yang lebih tertarik dengan media baru radio, maka yang kedua mengalami hal serupa akibat adanya regulasi dalam media baru tersebut. Sebelumnya ia sering mengisi hiburan di stasiun-stasiun radio swasta. Namun, ketika banyak stasiun radio swasta dihapus dan digantikan stasiun-stasiun radio resmi, ia tidak lagi mendapat banyak kesempatan tampil. Radio-radio ini dimonopoli oleh para penyanyi seperti Umm Kulthum dan ‘Abd al-Wahhab. Akibatnya, orang seperti dirinya tidak lagi mempunyai lahan hidup. Untuk itu, ia mengajak H{asan mengurus tempat hiburan: kedai kopi di siang hari, kedai minuman di malam hari, dan tempat anak buah mucikari Zaynab al-Khunafa’ menari. Bahkan, tempat hiburan ini juga menjadi tempat transaksi perdagangan obat terlarang. 47

B. Pendidikan Menjadi Pintu Utama Perubahan Sosial