Pengertian Konseling Pengertian Bimbingan dan Konseling

10 Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang yang memiliki pribadi terpercaya dan pendidikan yang memadai, baik pria maupun wanita, kepada seseorang individu berbagai tingkat usia agar mereka dapat mengendalikan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah titik-pandangnya sendiri, membuat keputusan- keputusan sendiri dan memikul bebennya sendiri. 6 Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada setiap individu baik anak-anak, remaja, dewasa atau orang tua sekalipun bimbingan untuk semua, bimbingan bukan hanya dilakukan di lingkungan sekolah tetapi juga di lingkungan masyarakat umum. Sementara yang memberi bantuan pembimbing harus memiliki pribadi yang dapat dipercaya dan kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan individu yang dibimbing. I. Djumhur dan Moh. Surya menjelaskan bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya self understanding, kemampuan untuk menerima dirinya self acceptance, kemampuan untuk mengarahkan dirinya self direction, kemampuan untuk merealisasikan dirinya self realization sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah maupun masyarakat. Dan bantuan itu diberikan oleh orang-orang yang memiliki keahlian dan pengalaman khusus dalam bidang tersebut. 7 Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulan bahwa bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada semua individu sebagai upaya untuk memberikan pemahaman tentang diri; potensi yang dimiliki individu agar dikembangkan secara optimal dan memberikan pemahaman tentang lingkungan hidup individu. Selain itu, bimbingan juga merupakan proses pemberian bantuan kepada individu dalam rangka membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan mencarikan solusinya.

b. Pengertian Konseling

6 Andi Mappiare, Pengantar Bimbingan dan Konseling…, h. 127. 7 I. Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah Guidance Counseling, Bandung: CV. Ilmu, tt, h. 28. 11 Istilah konseling diadopsi dari bahasa Inggris “counseling” yang artinya dikaitkan dengan kata “counsel”, dalam kamus kata tersebut memiliki beberapa arti, yaitu nasihat to obtain counsel, anjuran to give counsel, dan pembicaraan to take counsel. Berdasarkan arti tersebut, berarti konseling secara etimologis adalah pemberian nasihat, anjuran, pembicaraan dengan bertukar pikiran. 8 Istilah konseling sering dirangkaikan dengan istilah bimbingan. Hal ini disebabkan karena konseling merupakan bagian dari bimbingan, baik sebagai layanan maupun sebagai teknik 9 dan menjadi kegiatan yang saling terintegrasi dengan bimbingan. Meskipun demikian, ada perbedaan antara keduanya dimana konseling lebih identik dengan psychoterapi, yaitu usaha untuk menolong dan menggarap individu yang mengalami kesukaran dan gangguan psikis yang serius. 10 Untuk memahami lebih jelas tentang konseling, berikut akan dijelaskankan beberapa pengertian konseling yang dikutip dari berbagai sumber: Prayitno dan Erman Amti 2004 dalam Anas Salahudin menjelaskan bahwa konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli konselor kepada individu yang sedang mengalami masalah klien yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Sejalan dengan itu, Winkel 2005 mendefinisikan konseling sebagai serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu konseliklien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus. 11 Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa konseling sebagai proses pemberian bantuan. Bantuan tersebut diberikan oleh konselor yang memiliki kemempuan dalam memberikan konseling kepada 8 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis Integrasi, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2007, h. 21-22. 9 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008, h. 37. 10 I. Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di…, h. 29. 11 A n a s S a l a h u d i n , B i m b i n g a n K o n s e l i n g , h . 1 5 12 individu khususnya yang mengalami permasalahan. Hal ini dilakukan secara langsung face to face antara konselor dan konseli. Tujuan konseling tersebut adalah membantu individu dalam mencarikan solusi atas permasalahan yang dihadapi dan konselor memberikan arahan kepada konseli agar dapat menyelesaikan masalahnya secara mandiri. Sejalan dengan pengertian sebelumnya Robinson dalam Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan juga menjelaskan bahwa konseling adalah semua bentuk hubungan antara dua orang pembimbing dan klienyang di bimbing, dimana klien dibantu untuk lebih mampu menyesuaikan diri secara efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya. Suasana hubungan konseling ini meliputi penggunaan wawancara untuk memperoleh dan memberikan informasi, melatih atau mengajar, meningkatkan kematangan, memberikan bantuan melalui pengambilan keputusan dan usaha-usaha penyembuhan terapi. 12 Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa konseling merupakan percakapan antara dua orang konselor dengan konseli secara khusus, dimana konseli diberikan bantuan berupa pemahaman tentang diri dan lingkungannya serta memberikan solusi terkait dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh konseli. Dengan diberikannya konseling tersebut, diharapkan konseli memperoleh pelajaran sebagai bekal untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi secara mandiri. Dewa Ketut Sukardi menjelaskan konseling sebagai suatu upaya bantuan yang dilakukan dengan empat mata atau tatap muka antara konselor dan klien yang berisi usaha yang laras, unik, human manusiawi, yang dilakukan dalam suasana keahlian dan didasarkan atas norma-norma yang berlaku, agar klien memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri dalam memperbaiki tingkah lakunya pada saat ini dan mungkin pada masa yang akan datang. 13 Lebih lanjut Mohamad Surya memberikan pengertian bahwa konseling adalah proses belajar yang bertujuan agar konseli siswa dapat 12 Syamsu Yusuf A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, h. 7. 13 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan…, h. 38. 13 mengenal diri sendiri, menerima diri sendiri serta realistis dalam proses penyesuaian dengan lingkungannya. 14 Pengertian ini menjelaskan bahwa konseling sebagai kegiatan yang diberikan oleh konselor secara pribadi untuk memberikan pemahaman tentang dirinya sendiri dan lingkungan tempat individusiswa tersebut tinggal. Kegiatan tersebut akan menjadi pembelajaran bagi siswa akan arti dari kehidupan yang sedang dan akan dijalaninya. Mortensen 1964 dalam Mohamad Surya mendefinisikan konseling sebagai proses hubungan antar pribadi dimana satu orang dibantu oleh satu orang lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan menentukan masalahnya. Sedangkan Jones 1970 menyebutkan bahwa konseling sebagai suatu hubungan professional antara seorang konselor yang terlatih dengan klien. 15 Roger 1942 dalam Hallen menjelaskan bahwa counseling is a series of direct contacts with the individual which aims to offer him assistence in changing his attitude and behavior. Konseling adalah serangkaian hubungan langsung dengan individu yang bertujuan untuk membantu dia dalam merubah sikap dan tingkah lakunya. 16 James F. Adams dalam I. Djumhur dan Moh. Surya menjelaskan bahwa konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu dimana konselor membantu konseliklien supaya klien dapat lebih baik memahami dirinya dalam hubungannya dengan masalah-masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan waktu yang akan datang. 17 American School Counselor Association ASCA menjelaskan bahwa konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien, konselor mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu kliennya mengetasi masalah- masalahnya 18 . 14 Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, Bandung: PT. Refika Aditama, 2005, cet-I, h. 10. 15 M o h a ma d S u r y a , P s i k o l o g i K o n s e l i n g , B a n d u n g : C V . P u s t a k a B a n i Q u r a i s y , 2 0 0 3 , h . 1 . 16 Hallen, A. Bimbingan dan Konseling, h. 9. 17 I. Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan…, h. 29. 18 Syamsu Yusuf A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, h. 8. 14 Lebih lanjut, American Personnel and Guidance Association APGA sebagaimana dikutip oleh Tohirin mendefinisikan konseling sebagai suatu hubungan antara seorang yang terlatih secara professional dan individu yang memerlukan bantuan yang berkaitan dengan kecamasan biasa atau konflik atau pengambilan keputusan. 19 Berdasarkan beberapa pengertian yang diatas dapat disimpulkan bahwa, konseling adalah proses pemberian bantuan secara khusus antara konselor dengan klien yang memiliki permasalahan; dengan konseling tersebut diharapkan masalah yang dihadapi klien dapat terpecahkan. Selain itu konselor memberikan pemahaman kepada klien berupa arahannasehat agar mampu mengarahkan dirinya dan dapat mengetasi masalah-masalah yang dihadapi secara mandiri. Dari beberapa pengertian bimbingan dan konseling diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu baik perorangan atau kelompok yang dilakukan oleh seorang ahli dalam rangka memberikan arahan, nesehat dan pemahaman kepada individu agar dapat memahami diri dan lingkungan hidupnya, memberikan bantuan dalam menyelesaikan masalah, serta bantuan dalam rangka mengembangkan potensi dirinya secara maksimal, sehingga dapat dioptimalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sementara dalam konteks sekolah formal, bimbingan dan konseling merupakan salah satu kegiatan yang sistematis dalam rangka memberikan pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar, dan perencanaan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.

2. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling di Sekolah