Hipotesis Kedua Pembahasan Hasil Analisa Data 1.

commit to user 82 kooperatif tipe TGT lebih tinggi daripada rerata hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif STAD. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian, hal ini mungkin disebabkan oleh banyak faktor diantaranya model pembelajaran kooperatif yang disertai dengan game yang menyenangkan menghasilkan presatasi belajar yang lebih baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT menghasilkan hasil belajar matematika siswa yang lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas X untuk materi persamaan dan pertidaksamaan kuadrat.

2. Hipotesis Kedua

Hipotesis kedua dalam penelitian ini mengatakan bahwa “Hasil belajar siswa pada tingkat kemampuan awal yang lebih tinggi lebih baik dibandingkan hasil belajar siswa dengan tingkat kemampuan awal yang lebih rendah”. Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan untuk sel tak sama untuk efek utama faktor B kemampuan awal diperoleh harga statistik uji F b = 12,1568 dan F 0,05,2,170 = 3,00, ternyata F b F 0,05,2,170 sehingga F b ÎDK dengan demikian H 0B ditolak. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi a =0,05 terdapat perbedaan efek kemampuan awal yang berbeda terhadap hasil belajar matematika pada materi persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. Karena H 0B ditolak maka perlu dilakukan uji lanjut anava yaitu uji komparasi ganda. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 32. commit to user 83 Pada uji komparasi ganda antara kolom 1 dan kolom 2 diperoleh bahwa F 1-2 = 8,76038 dan 2F 0,05,2,170 =6,00, ternyata F 1-2 2F 0,05,2,170 sehingga F 1-2 ÎDK dengan demikian H ditolak. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi a =0,05 siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi secara signifikan hasil belajar matematikanya berbeda dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang pada materi persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. Berdasarkan hasil rataan marginal dapat dilihat pada Lampiran 33, diperoleh rerata hasil belajar matematika yang mempunyai kemampuan awal tinggi sebesar 76,8627 sedang rerata hasil belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang sebesar 70,05. Ini menunjukkan bahwa rerata hasil belajar matematika pada siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi lebih tinggi daripada rerata hasil belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang. Hal ini dimungkinkan karena siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi mempunyai bekal materi prasyarat yang memadai, sehingga siswa dapat memahami materi dengan lebih baik, baik secara komputasi maupun secara konsep. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa dengan kemampuan awal tinggi mempunyai hasil belajar matematika yang lebih baik dari siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang pada materi persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. Pada uji komparasi ganda antara kolom 1 dan kolom 3 diperoleh bahwa F 1-3 = 19,5656 dan 2F 0,05,2,170 = 6,00, ternyata F 1-3 2F 0,05,2,170 sehingga F 1-3 ÎDK dengan demikian H ditolak. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi a =0,05 siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi secara signifikan hasil belajar matematikanya commit to user 84 berbeda dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah pada materi persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. Berdasarkan hasil rataan marginal dapat dilihat pada Lampiran 33, diperoleh rerata hasil belajar matematika yang mempunyai kemampuan awal tinggi sebesar 76,8627 sedang rerata hasil belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah sebesar 65,2444. Ini menunjukkan bahwa rerata hasil belajar matematika pada siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi lebih tinggi dari siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah. Ini sangat dimungkinkan karena siswa dengan kemampuan awal tinggi dapat menguasai materi dengan lebih cepat karena materi prasyarat yang dimiliki sangat memadai, sedang pada siswa dengan kemampuan awal rendah materi prasyarat yang dimiliki sangat minim sehingga siswa dengan kemampuan awal rendah lambat untuk menguasai materi yang diberikan. Siswa dengan kemampuan awal rendah mengalami kesulitan untuk memahami materi baru karena tidak dapat menghubungkan antara konsep baru dengan konsep lama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa dengan kemampuan awal tinggi mempunyai hasil belajar matematika yang lebih baik dari siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah pada materi persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. Pada uji komparasi ganda antara kolom 2 dan kolom 3 diperoleh bahwa F 2-3 = 4,03219 dan 2F 0,05,2,170 = 6,00, ternyata F 2-3 2F 0,05,2,170, sehingga F 2-3 ÏDK dengan demikian H diterima. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi a =0,05 siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang mempunyai hasil belajar matematika yang sama dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah pada materi commit to user 85 persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. Ada kemungkinan dalam proses pembelajaran yang berlangsung didominasi siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi, sehingga siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah atau sedang cenderung pasif dan tidak bisa menikmati pembelajaran dengan baik sehingga hasil belajarnyapun menjadi tidak optimal.

3. Hipotesis Ketiga

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Penerapan model pembelajaran kooperatif student teams achievement division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih: penelitian tindakan kelas VIII-3 di MTs Jami'yyatul Khair Ciputat Timur

0 5 176

Komparasi hasil belajar metode teams games tournament (TGT) dengan Student Teams Achievement Division (STAD) pada sub konsep perpindahan kalor

0 6 174

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Islamiyah Ciputat

1 40 0

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament (tgt) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa (kuasi eksperimen pada Kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri Jonggol)

0 5 199

Applying Student Teams Achievement Division (STAD) Technique to Improve Students’ Reading Comprehension in Discussion Text. (A Classroom Action Research in the Third Grade of SMA Fatahillah Jakarta)

5 42 142

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di Mts. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)

0 5 176

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) POKOK BAHASAN LINGKARAN DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL.

0 0 11

Eksperimentasi Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL), Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT), dan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Students Teams Achievement Division (STAD) ditinjau dari Tingkat Aktivitas Metakognisi

0 0 18