Meskipun masyarakat di kota Medan bersifat heterogen, akan tetapi pola pemukiman masyarakatnya cenderung bersifat homogen berdasarkan kesamaan etnis maupun agamanya, etnis
yang paling mencolok dalam memmbuat pola pemukiman bersifat homogen adalah etnis Minangkabau, Mandailing, Batak, Cina, dan India. Etnis Minangkabau di kota Medan sebagian besar
bermukim di Kecamatan Medan Area, lalu etnis Mandailing sebagian besar bermukim di Kecamatan Medan Tembung, kemudian etnis Batak sebagian besar bermukim di daerah pinggiran kota Medan,
seperti kecamatan Medan Tuntungan dan Medan Amplas, lalu etnis Cina yang sebagian besar bermukim di pusat dan kawasan yang dekat dengan pusat kota Medan seperti kecamatan Medan
Area dan kecamatan Medan Maimun, dan etnis India yang berfokus pada kawasan-kawasan yang terdapat kuil Hindu seperti di kecamatan Medan Polonia dan Medan Petisah.
3.2 Profil Umum Kelompok Arisan Sungai Sarik
Kelompok arisan Sungai Sarik merupakan kelompok arisan yang dibentuk dengan tujuan membentuk persatuanperantau Minangkabau yang ada di kota Medan, khususnya perantau
Minangkabau yang berasal dari Sungai Sarik, VII Koto, Pariaman, Sumatera Barat. Meskipun begitu, tidak ada batasan dan aturan bahwa untuk menjadi anggota kelompok arisan Sungai Sarik haruslah
berasal dari kecamatan Sungai Sarik, setiap perantau Minangkabau yang ada di kota Medan bisa untuk menjadi anggota kelompok arisan Sungai Sarik. Hal seperti yang di ungkapakan oleh bapak
Muhammad Idris Panyalai atau yang lebih dikenal dalam kelompok arisan dengan Mak Dirih, yang mana beliau merupakan ketua dari kelompok arisan Sungai Sarik:
“untukjadi anggota kelompok arisan Sungai Sarik enggak ada aturan musti kampungnyadari Sungai Sarik,yang terpenting dia beragama Islam, kalau adapun orang
Jawa atau Batak mau ikut punenggak apa-apa.”
Berdasarkan hasil wawancara dengan Mak Dirih, kelompok arisan Sungai Sarik dibentuk pada tahun 1983. Pada saat itu anggota kelompok hanya terdiri dari 10 kepala keluarga, yang di adakan di
Jalan Binjai gang Jadidi kediamannya Alm. Mak Katik yang sekaligus pada saat itu menjabat sebagai ketua kelompok arisan Sungai Sarik.
Universitas Sumatera Utara
Kini anggota kelompok arisan Sungai Sarik berjumlah 39 KK kepala keluarga yang diketuai oleh bapak Muhammad Idris Panyalai, dan sekretarisnya adalah bapak Usman Sikumbang, lalu bapak
Bashar Koto sebagai bendaharanya. Kelompok arisan Sungai Sarik melakukan pertemuan setiap sebulan sekali pada hari
Minggu di setiap awal bulan. Penetapan tempat pertemuan ditentukan dengan cara diundi. Sebelumnya, mereka telah menuliskan nama-nama-setiap anggota dalam secarik kertas kecil,
kemudian kertas-kertas yang berisi nama anggota kelompok arisan Sungai Sarik tersebut di masukkan ke dalam sebuah botol yang kemudian akan dipilih secara acak, dan nama yang terpilih
mendapatkan uang arisan sekaligus rumahnya menjadi tempat pertemuan pada bulan depan. Dan pengundian tersebut dilakukan dalam sekali putar, yaitu jika semua anggota sudah mendapat bagian
dari undian.
Adapun uang yang kumpulkan dari setiap anggota jumlahnya sekarang sebanyak 50.000 rupiah, yang di dalam nya 40.000 untuk uang arisan dan 10.000 untuk uang kas, yang
secara rinci diungkapkan dalam wawancara dengan bapak Bashar Koto,
“dari 50.000 itu, 10.000 nya dimasukkan ke dalam kas arisan. Yang 10.000 itu gunanya untuk uang bantuan, misalnya nati diantara kita ada yang dapat kemalangan, kayak meninggal,
sakit, malahan waktu itu pernah ada yang rumahnya kebakaran, kita juga kasih. Misalnya ada di keluarga dari salah satu anggota arisan yang meninggal, itu di kasih 500.000, terus kalau sakitnya
parah biasanya di kasih 750.000. kalau yang kebakaran waktu itu, kalau ngak salah 500.000 juga. Tapi jumlah uang tadi itu, itu cuma dari uang kas aja, nanti ada tambahan dari uang sumbangan
dari yang lainnya”
3.3 Profil Informan