membawa keluarganya. Mereka meninggalkan keluarganya di kampung, dan pergi merantau untuk mencari daerah rantau mana yang menurut mereka cocok untuk mereka jadikan sebagai
tempat mereka bermukim yang kemudian mereka akan membawa keluarganya ke daerah tersebut. Dalam mencari perantauan yang sesuai untuk ia bermukim, umumnya laki-laki
Minangkabau akan merantau ke beberapa kota-kota besar yang menurutnya memiliki potensi ekonomi yang baik. Namun, jangka waktu mereka merantau tidak lama, mereka akan
merantau ke suatu kota, lalu kemudian dalam jangka waktu beberapa bulan mereka kembali ke kampung, dan jika menurutnya daerah perantaunnya sesuai, maka ia akan membawa
keluarganya untuk bermukim di daerah perantau tersebut. Hal ini sebagaimana yang terungkap dari hasil wawancara dengan bapak Eryatman Tanjung,
“waktu itu ibu Istrinya masih di Padang, bapak merantau ke Medan perginya sendirian, soalnya kurang enak kalau numpang bawa istri di rumah saudara,
lagian bapak di Medan waktu itu masih belum pasti mau kerja apa, masih bingung. Setelah dapat gambaran usaha apa yang mau di buat, terus rumah
yang mau dikontrakin juga udah dapat, barulah bapak balek ke Padang jemput ibu. Sebelum bapak bawa ibu ke Medan sekitar hapir tiga bulan juga waktu itu
bapak di Medan”
4.1.3 Sumber Pendapatan
Hal yang menarik dari orang Minangkabau, walaupun sebagian besar dari mereka berasal dari desa, namun tidak ada diantara mereka yang bekerja sebagai petani di
perantauaanya atau bagi orang Minangkabau yang tinggal di pesisir juga tidak bekerja sebagai nelayan. Berbeda dengan suku Banjar yang banyak dari mereka yang setelah
merantau berprofesi sebagai nelayan, yang mereka banyak tersebar di wilayah pesisir pulau Kalimantan dan Sumatera. Artinya, dalam penetapan sumber matapencarian, orang
Minangkabau tidak terpengaruh dengan sumber matapencarian sebelummnya saat dia kampung.
Universitas Sumatera Utara
Pada saat fase awal merantau ke Medan, kebanyakan dari perantau Minangkabau yang datang dari desa, rata-rata usia mereka berkisar dibawah 25 tahun. Sudah tentu, modal
yang mereka punya, baik itu berupa harta maupun keterampilan, terkadang tidak memadai untuk mereka berdagang. Dan hal ini bisa mengarahkan mereka pada pekerjaan yang
produktivitasnya rendah, seperti kuli pasar, buruh, dan sebagainya. Ada beberapa cara yang dilakukan oleh orang Minangkabau dalam mendapatkan
penghasilan saat awal ia merantau ke Medan. Pertama, dengan bekerja pada saudara, kerabat, atau teman yang mereka kenal yang ada di kota Medan. Cara ini umumnya dilakukan oleh
perantau Minangkabau yang berusia muda saat merantau ke Medan. Dan ini juga merupakan salah satu pertimbangan orang Minangkabau menumpang di rumah saudara dan kerabatnya
yang ada di perantauaanya.. Hal ini sebagaimana yang juga dilakukan oleh bapak Basrial Efendi Koto,
“pak Bas kerjanya di situ juga, di rumah elok pak Bas yang di Pasar Merah itu, waktu itu pak Bas jadi tukang jahit baju-baju anak-anak sekolah, kadang
telekung”
Kedua, ada beberapa dari orang Minangkabau yang meminjam modal kepada saudaranya, modal tersebut dapat berupa uang maupun barang, yang kemudian pergunakan
untuk di berdagang atau buka usaha setelahnya. Dan cara ini biasanya dilakukan oleh perantau Minangkabau yang membawa keluarganya merantau ke Medan. Namun, dalam cara
ini jarang sekali perantau Minangkabau di dapati mendapat modal berupa uang, rata-rata dari mereka mendapatkan modal berupa barang yang kemudian ia bisa jualkan. Barang
dagangannya ia dapatkan berasal dari saudara atau kerabatnya yang ada di kota Medan yang memiliki usaha konveksi atau grosir. Hal sebagaimana terungkap dari wawancara dengan
bapak Muhammad Iqbal Tanjung, “waktu kuliah bapak jualan sepatu. Kebetulan saudara bapak ada yang punya
koveksi sepatu. Jadi bapak ambillah beberapa model sepatu, bapak bawa ke kampus, bapak masukin ke tas, dua sampe tiga pasang nanti bapak tawarin sama
Universitas Sumatera Utara
kawan-kawan bapak, biasanya sepatu yang bapak bawa ke kampus sepatu cewek. Terus kalau hari Minggu bapak jualan di depan taman Ria yang sekarang jadi
Carefour, kadang bapak jualan juga di pajak Petisah, Sukarame juga pernah. Itu sepatu yang berapa laku itu yang bapak bayar, nanti yang enggak laku bapak
balikin sama saudara bapak.”
Lalu cara yang ketiga, meminta informasi pekerjaan dari saudara, kerabat, atau temannya yang ada di Medan. Meskipun sedikit sekali ditemui perantau Minangkabau yang
melakukan cara ini, namun, cara seperti ini biasanya dilakukan oleh orang Minangkabau dengan tujuan awal ia ke Medan adalah untuk kuliah. Dan tujuan ia bekerja adalah untuk
menambah biaya kebutuhan hidupnya selama kuliah yang mungkin kurang cukup ia dapatkan dari orang tua atau saudaranya di kampung.
4.1.4 Kegoncangan Budaya