histopatologi antara kedua kelompok pada akhir penelitian tidak berbeda bermakna secara statistik p = 0,443.
Dengan demikian, pemaparan gas SO
2
pada penelitian ini walaupun tidak didapatkan perbedaan pada gambaran histopatologi antara kedua kelompok,
disebabkan pada kelompok kontrol telah adanya kerusakan paru sebelum penelitian yang dibuktikan dengan lebih tingginya skor histopatologi dan lebih
rendahnya kadar PaO
2
pada awal penelitian. Tetapi pemaparan SO
2
pada hewan perlakuan menyebabkan hipoksemia berat yang ditandai dengan penurunan rerata
kadar PaO
2
60 mmHg. Sebaliknya, pada hewan kontrol terjadi peningkatan rerata kadar PaO
2
80 mmHg menjadi tidak hipoksemia Gambar 14. Penurunan kadar PaO
2
pada kelompok perlakuan dapat terjadi karena kemampuan ikatan SO
2
-Hb yang tinggi, pemaparan SO
2
menyebabkan peningkatan sekresi kelenjar yang akan menghambat pertukaran O
2
udara di rongga alveolus dengan pembuluh alveoli. Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai model
hubungan hipoksemia kronis dengan penyakit lain sebagai komplikasinya sebagaimana tujuan pada penelitian ini dihubungkan dengan disfungsi ereksi.
Gambar 14. Rerata kadar PaO
2
mmHg pada awal, selama pemaparan dengan gas SO
2
, dan hingga akhir penelitian dari kelompok kontrol dan perlakuan.
4.2 Kadar Testosteron dan Free Testosteron
Kadar testosteron dalam keadaaan normal terutama dipengaruhi oleh kadar LH yang diproduksi oleh hipofisis sehingga apabila terjadi penurunan pada
produksi LH akan terjadi pula penurunan testosteron. Sampai saat ini belum dapat dilakukan pemeriksaan kadar LH pada kelinci karena kadarnya yang sangat
78,76
58,91 56,36
64,49 64,01
49,01 75,34
76,51 69,56
69,96 83,41
40 50
60 70
80 90
Awal 1
2 3
4 5
PPOK Kontrol
Lama pemaparan minggu
Kadar pO2
mmHg
rendah. Dengan demikian tidak dapat dinilai apakah hipoksemia yang terjadi pada hewan akan menyebabkan penurunan kadar LH pada hipoksemia hipofisis.
Penurunan kadar testosteron total dapat menyebabkan disfungsi seksual. Diketahui apabila kadar testosteron total rendah akan menyebabkan terjadinya
penurunan libido. Penurunan kadar testosteron total akibat hipoksemia kronis pada pasien PPOK berkorelasi positif dengan terjadinya disfungsi seksual.
Disfungsi seksual pada pasien PPOK yang mengalami hipoksemia dengan kadar PaO
2
60 mHg berbeda bermakna apabila dibandingkan pasien normal Semple et al.
1981, 1984. Pada awal penelitian ini, kadar rerata testosteron total pada kelompok
kontrol adalah 0,772 ± 0,779 ngdl dan kadar rerata PaO
2
adalah 75,34 ± 8,52 mmHg. Pada kelompok kontrol diketahui dari hasil pemeriksaan histopatologi
terjadi kelainan paru. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan selama penelitian pada kelompok kontrol kadar PaO
2
selalu berada di ± 70 mmHg, baru pada akhir penelitian kadar rerata PaO
2
menjadi 83,41 ± 10,89 dan terjadi peningkatan kadar testosteron menjadi 1,77 ± 1,899 ngdl. Pada kelompok perlakuan terjadi
penurunan kadar testosteron yang pada awal penelitian 0,817 ± 0,976 ngdl menjadi 0,313 ± 0,464 ngdl, pada akhir penelitian dengan kadar rerata PaO
2
awal 78,76 ± 6,45 mmHg terjadi penurunan kadar PaO
2
menjadi 49,01 ± 5,23 mmHg. Tetapi perubahan kadar testosteron tersebut tidak berbeda secara bermakna p =
0,143 karena sebaran nilai yang cukup lebarGambar 15A. Penurunan kadar testosteron masing masing hewan pada kelompok
pelakuan tidak mempunyai pola yang tetap dan tidak didapatkan adanya hubungan antara besarnya penurunan rerata kadar PaO
2
dengan penurunan kadar testosteron pada kelompok tersebut. Demikian pula pada kelompok kontrol peningkatan
kadar testosteron masing masing hewan, tidak mempunyai pola yang tetap dan tidak didapatkan adanya hubungan antara besarnya peningkatan rerata kadar PaO
2
dengan peningkatan kadar testosteron pada kelompok tersebut Pada penelitian klinis penurunan kadar testosteron mempengaruhi
penurunan libido, tetapi tidak berhubungan dengan gangguan fungsi ereksi. Fletcher 2003 yang menggunakan batasan kadar PaO
2
80mmHg sebagai PPOK mendapatkan bahwa hanya 721 33,33 pasen PPOK yang kadar
testosteronnya 280 ngdl dan pada pasien normal 219 10,53 juga terjadi penurunan kadar testosteron sehingga tidak berbeda bermakna secara statistik.
Pada penelitian menggunakan rigiscan pada pasien PPOK untuk menilai adanya DE organik didapatkan 79 77,78 kadar testosteron 280 ngdl, sedangkan
pada pasien dengan kadar testosteron 280 ngdl didapatkan 1730 56,67 mengalami DE organik walaupun tidak berbeda secara statistik p = 0,216.
Penurunan kadar free testosterone masing masing hewan pada kelompok pelakuan tidak mempunyai pola yang tetap dan tidak didapatkan adanya hubungan
antara besarnya penurunan rerata kadar PaO
2
dengan penurunan kadar free testosterone
pada kelompok tersebut. Demikian pula pada kelompok kontrol peningkatan kadar free testosteron masing masing hewan, tidak mempunyai pola
yang tetap dan tidak didapatkan adanya hubungan antara besarnya peningkatan rerata kadar PaO
2
dengan peningkatan kadar free testosterone pada kelompok tersebut
Penelitian pada tikus yang dilakukan kastrasi yang mengakibatkan penurunan kadar testosteron secara drastis akan menurunkan tekanan
intrakavernosa karena berkurangnya otot polos dan bertambahnya jartingan ikat korpus kavernosum yang menyebabkan gangguan ereksi Traish et al. 1999.
Kadar free testosterone yang lebih rendah pada pria usia lanjut berhubungan dengan gangguan fungsi ereksi. Pada penelitian ini kadar free
testosterone pada kelinci kelompok kontrol terjadi peningkatan
, pada awal
penelitian 0,883 ± 1,309 ngdl menjadi 1,125 ± 1,772 ngdl. Sedangkan pada kelompok perlakuan terjadi penurunan, pada awal penelitian 1,158 ± 1,304
menjadi 1,133 ± 1,755 tetapi perbandingan perubahan kadar free testosterone antara kedua kelompok tidak berbeda secara bermakna p=0,775
Gambar 15B. Perubahan kadar free testosterone pada pasien usia lanjut terjadi karena perubahan
perbandingan komposisi dengan testosteron yang berikatan dengan globulin, hal ini juga terjadi dalam waktu lama, sehingga pada penelitian ini belum tampak
perubahan yang nyata.
A B
Gambar 15. Perubahan kadar Testosterone A dan Free Testosterone B pada kelompok kelinci kontrol dan perlakuan.
Semple et al. 1981 dan Karadag 2007
b
menemukan bahwa penderita PPOK memiliki kadar testosteron dan DHEA yang lebih rendah dibandingkan
penderita lainnya. Semakin berat kondisi klinis PPOK yang dialami penderita menunjukkan kadar Testosteron dan DHEA yang lebih rendah serta peningkatan
FSH dan LH. Hal ini memperlihatkan bahwa terjadi abnormalitas pada jaras hipotalamus-hipofisis-testis selama eksaserbasi terutama pada testis dan terjadi
kompensasi setelah kondisi stabil pada penderita PPOK. Aasebo et al. 1993 menunjukkan adanya perbaikan kadar testosterone pada penderita yang mendapat
terapi oksigen. Selain itu Macey 2005 menemukan adanya penurunan motivasi psikis seksual libido yang diduga disebabkan oleh adanya hipoksia pada daerah
limbik otak. Creutzberg dan Casaburi 2003 juga menemukan kadar hormon anabolik lain yang lebih rendah pada penderita PPOK, dengan mekanisme yang
belum diketahui. Pada penelitian ini terdapat nilai simpang baku yang lebih tinggi dari nilai
rerata pada kelompok kelinci kontrol dan kelompok kelinci perlakuan. Data seperti ini terjadi pada awal dan akhir penelitian. Hal ini kemungkinan disebabkan
telah adanya kerusakan paru pada kedua kelompok, yang ditandai dengan kadar PaO
2
dibawah 80mmHg. Selama penelitian yang berlangsung selama 5 mingu pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar testosteron dan peningkatan
rerata kadar PaO
2
. Pada kelompok perlakuan terjadi penurunan kadar testosteron
1 2
3 4
5 6
7
Kontrol PPOK
Kontrol PPOK
Sebelum Sesudah
Kadar Testosterone
ngdl
1 2
3 4
5 6
Kontrol PPOK
Kontrol PPOK
Sebelum Sesudah
Kadar Free
Testosterone ngdl
Perlakuan Perlakuan
P = 0,143 P = 0,775
tetapi tidak berbeda bermakna apabila dibandingkan dengan kontrol, hal ini disebabkan besarnya nilai simpang baku pada kedua kelompok. Penurunan kadar
testosteron kemungkinan akan terus berlangsung apabila waktu pemaparan diperpanjang, tetapi tidak dapat dilakukan karena perlakuan ini sangat
meningkatkan resiko kematian pada kelinci karena kadar PaO
2
telah berada di bawah 60mmHg.
4.3 Perubahan Histopatologi Pada Testis