Pemeriksaan Kadar Testosteron Pemeriksaan Kadar Free Testosteron Preparasi Otot Korpus Kavernosum

pemaparan dihentikan dan kadar PaO 2 dimonitor 2 hari sekali dan setelah PaO 2 60 mmHg pemaparan dilanjutkan kembali, sampai terjadi PaO 2 60 setelah pemaparan pada minggu ke 4-5. A B C Gambar 6. Pemaparan kelinci dengan gas SO 2 di dalam Biochamber A. Biochamber, tabung gas SO 2 dan monitor kadar SO 2 panah B. Biochamber suhu dapat diatur sesuai kebutuhan. C. Jendela kaca untuk memonitor kondisi hewan coba.

3.4.3 Pemeriksaan Kadar Testosteron

Pemeriksaan dilakukan pada awal dan akhir penelitian dengan cara yang sama : Coat-A-count testosterone total merupakan radioimmunoassay fase padat. Antibodi khusus testosteron total total testosterone-specific antibody diimobilisasi pada dinding tabung polipropilen. Testosteron total yang dilabel 125 I 125 I -total testosterone berkompetisi dengan testosteron total dalam serum sampel terhadap antibodi khusus testosteron total. Setelah tabung didekantasi maka berakhirlah fase terjadinya ikatan antara antibodi dengan testosteron total. Pengukuran konsentrasi testosteron total dengan gamma counter. Kadar testosteron total serum sampel ditentukan dengan kurva kalibrasi.

3.4.4 Pemeriksaan Kadar Free Testosteron

Pemeriksaan dilakukan pada awal dan akhir penelitian dengan cara yang sama : Coat-A-count free testosterone merupakan radioimmunoassay fase padat. Antibodi khusus free testosterone free testosterone-specific antibody diimobilisasi pada dinding tabung polipropilen. Free testosterone yang dilabel 125 I 125 I - free testosterone berkompetisi dengan free testosterone dalam serum sampel terhadap antibodi khusus free testosterone. Setelah tabung didekantasi maka berakhirlah fase terjadinya ikatan antara antibodi dengan free testosterone. Pengukuran konsentrasi free testosterone dengan gamma counter. Kadar free testosterone serum sampel ditentukan dengan kurva kalibrasi.

3.4.5 Preparasi Otot Korpus Kavernosum

Kelinci didekapitasi dan segera diikuti oleh isolasi penis. Preparasi korpus kavernosum dilakukan dengan menggunakan teknik operasi menggunakan mikoroskop, dengan pembesaran 10x dengan F300 Gambar 7A. Selama preparasi jaringan penis direndam dalam cairan Krebs Heinselait menggunakan komposisi sebagai berikut dalam 5 L air yang sudah dideionisasi: NaCl 33,7 gr, glukosa 7,7 gr, NaHCO 3 9,3 gr , KCl 41,7 ml, MgSO 4 .7H 2 O 37,7 ml, CaCl 2 2H 2 O 40,7 ml, KH 2 PO 4 50 ml, Na 2 EDTA 5 ml. Penis yang telah dieksisi sampai pangkal yang melekat pada tulang simpisis pubis diletakkan pada papan dan difiksasi dengan jarum 18G. Dilakukan insisi pada kulit penis sehingga tampak tunika albugenia, dengan menggunakan gunting mikro dilakukan pemotongan memanjang pada tunika albugenia sampai tampak otot korpus kavernosum Gambar 7B. Masing masing otot korpus kavernosum dipisahkan dari tunika albugenia dari arah proksimal ke distal dan dipotong dengan ukuran panjang 10 mm bagian proksimalnya, untuk digunakan pada pemeriksaan organ bath, sehingga didapatkan 2 preparat dari satu ekor kelinciGambar 7C. A B C Gambar 7. Preparasi otot korpus kavernosum dengan operasi mikroskopisA, Korpus kavernosum setelah dilakukan insisi tunika albugenia B, Otot polos Korpus kavernosum yang sudah dipreparasi C.

3.4.6 Pengukuran Kontraksi dan Relaksasi dengan Organ Bath