1.2 Tujuan
a. Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui efek hipoksia kronis karena PPOK terhadap kemampuan relaksasi otot polos korpus kavernosum yang
merupakan penyebab terjadinya disfungsi ereksi, menggunakan pemaparan SO
2
kronis pada kelinci. b. Tujuan khusus penelitian ini adalah menilai faktor-faktor yang kemungkinan
menjadi penyebab gangguan seksual dan disfungsi ereksi pada penderita PPOK, antara lain:
1. Mengetahui dan mengkaji perubahan kadar hormon testosteron total dan free testosterone
pada kelinci yang telah mengalami hipoksemia kronis karena PPOK.
2. Mengetahui dan mengkaji gangguan kontraksi dan relaksasi otot polos korpus kavernosum pada kelinci PPOK.
3. Menilai adanya penurunan jumlah otot polos serta peningkatan jaringan ikat pada korpus kavernosum kelinci PPOK.
4. Mengetahui dan mengkaji beberapa zat yang dapat memperbaiki relaksasi otot polos korpus kavernosum pada kelinci PPOK.
1.3 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menemukan kelainan yang terjadi pada hipoksemia kronis dan menerangkan patofisiologi terjadinya disfungsi ereksi
pada pasien PPOK sehingga dapat menentukan pengobatan yang tepat pada pasien PPOK yang mengalami disfungsi ereksi.
1.4 Hipotesis
Hipoksemia kronis karena PPOK akan menyebabkan : 1. Penurunan kadar testosteron total dan free testosterone.
2. Penurunan jumlah otot polos. 3. Peningkatan jaringan ikat pada korpus kavernosum.
4. Penurunan kemampuan kontraksi dan relaksasi otot polos korpus kavernosum yang menjadi penyebab terjadinya disfungsi ereksi.
1.5 Kerangka Pemikiran
Kelinci jantan yang telah dipaparkan dengan SO
2
secara kronis untuk mendapatkan kondisi hipoksemia kronis sebagai hewan model mempunyai
kemiripan dengan pasien PPOK. Penyakit PPOK menyebabkan penderitanya mengalami penurunan kualitas hidup mulai dari kondisi ringan sampai berat yang
mengharuskan berbaring di tempat tidur. Prevalensi disfungsi ereksi yang terjadi pada pasien PPOK sangat tinggi. Hal ini dianggap karena penurunan kualitas
hidup secara umum. Beberapa penelitian melaporkan bahwa pasien PPOK mengalami
penurunan kadar testosteron total dan free testosterone yang menjadi penyebab gangguan seksual berupa penurunan libido. Hal ini terjadi karena hipoksemia
kronis akan menurunkan kemampuan hipofisis dalam memproduksi LH sehingga akan menurunkan instruksi produksi testosteron oleh testis. Hipoksemia yang
bersifat sistemik akan menyebabkan testis kekurangan oksigen sehingga akan menurunkan produksi testosteron. Pada tikus yang dikastrasi akan mengalami
penurunan kadar testosteron sehingga mengalami penurunan jumlah otot polos dan peningkatan jumlah jaringan ikat korpus kavernosum sehingga akan
menurunkan kemampuan relaksasi dan tekanan intrakorpus kavernosum yang menjadi penyebab gangguan ereksi. Hipoksia jaringan penis karena menurunnya
suplai oksigen yang disebabkan penurunan suplai darah dengan pengikatan arteri iliaka mengakibatkan hal yang sama, yaitu penurunan jumlah otot polos dan
peningkatan jumlah jaringan ikat korpus kavernosum. Hipoksemia kronis, baik secara langsung ataupun tidak langsung, melalui jalur hormonal akan
menyebabkan penurunan jumlah otot polos dan peningkatan jumlah jaringan ikat korpus kavernosum yang menjadi penyebab organik disfungsi ereksi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelinci Sebagai Hewan Model