untuk  mengetahui  variabel  mana  saja  yang  menjadi  faktor  internal,  maka  dari  itu jika di gabungkan maka tetap ada 13 variabel yang menjadi faktor internal. Begitu
pula dengan  variabel-variabel dari faktor eksternal, berdasarkan tabel di atas maka semua variabel menjadi faktor eksternal. Berdasarkan hasil analisis faktor di atas,
maka  dapat  diulas  lebih  lanjut  mengenai  nilai  mean  score  dari  masing-masing variabel  faktor internal dan eksternal.
5.2. Faktor-Faktor Ketidakberdayaan
5.2.1.
Faktor-faktor Internal
Hasil analisis
faktor yang
menjadi faktor
internal penyebab
ketidakberdayaan  masyarakat  TNKS.  Nilai  mean  score  masing-masing  faktor internal dapat dilihat pada Gambar 22.
Gambar 22.  Histogram Mean Score Masing-masing Faktor Internal Terlihat  dari  histogram  pada  gambar  22,  faktor  dengan  mean  score
tertinggi  adalah  faktor  Potensi  SDA,  sedangkan  yang  memiliki  nilai  mean  score terendah adalah konflik sosial dan lingkungan.
5.2.1.1. Potensi SDA TNKS
Mean  score  untuk  potensi  SDA  di  kawasan  TNKS    mempunyai  nilai tertinggi dibanding mean score faktor-faktor lainnya. Faktor ini dibangun dari sub
faktor-sub faktor  yang dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 30.
Tabel. 30 Skor Indikator dari Faktor Potensi Sumber Daya Alam
Kode Indikator
Score F9
Potensi Hidrologis TNKS
4.741
F10 Potensi Kayu dan Non Kayu
4.273
F8 Tingginya Potensi Sumberdaya Hayati
4.303
F1 Potensi Bahan Tambang
4.385
F6 Potensi Kesuburan lahan
4.538
F7 Potensi Objek Wisata Alam
4.802
F2 Potensi Flora dan Fauna exotic dan langka
4.697
F3 Potensi Budaya Masyarakat
3.667
F4 Potensi Tumbuhanflora bahan obat-obatan
4.636
F5 Potensi Pemanfaatan jasa lingkungan
4.039
Skor rata-rata mean score
4.408 Dari Tabel 30 dapat dijelaskan potensi-potensi yang terkandung di TNKS,
bahwa  Taman  Nasional  Kerinci  Seblat  merupakan  penyatuan  dari  berbagai kawasan-kawasan  cagar  alam,  hutan  lindung  dan  hutan  produksi  terbatas  di
sekitarnya  yang  berfungsi  sebagai  hidro-orologis  yang  sangat  vital  bagi  wilayah sekitarnya.  Kelompok  hutan  tersebut  merupakan  daerah  aliran  sungai  DAS
utama, yaitu DAS Batanghari, DAS Musi dan DAS wilayah pesisir bagian barat. DAS tersebut sangat vital peranannya terutama untuk memenuhi kebutuhan
air  bagi  kehidupan  jutaan  orang.  Khusus  wilayah  pedesaan  sebagai  lokasi penelitian bahwa di kawasan ini merupakan Potensi sumber daya alam termasuk di
dalamnya keragaman hayati atau biodiversity yang sangat besar di kawasan TNKS dapat  menjadi  sumber  penghasilan  yang  tidak  akan  pernah  habis  dan  dapat
diandalkan  sebagai  tulang  punggung  pengembangan  berbagai  kebutuhan  hidup. Keragaman  hayati  yang  lengkap  juga  diperlukan  guna  menciptakan  lingkungan
hidup yang mampu memenuhi kebutuhan manusia, baik dari segi fisik udara dan air bersih, keperluan estetika dan juga kebutuhan spiritual.
5.2.1.2. Nilai-nilai Budaya dan Kearifan Lokal
Berdasarkan  mean  score  pada  Tabel  31  mengenai  nilai-nilai  budaya  dan kearifan  lokal  masyarakat  di  4  desa  kawasan  TNKS  mempunyai  skor  tertinggi
kedua,  yaitu sebesar 3.317, pada skala likert nilai  ini cukup besar di  antara score yang lain, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai-nilai budaya dan kearifan
yang dijunjung oleh masyarakat masih cukup kuat dan ini merupakan modal sosial dalam proses pemberdayaan masyarakat TNKS selanjutnya.
Tabel 31. Skor Indikator Nilai-nilai Budaya  kearifan lokal
Kode Indikator
Mean Score
D5 Kepatuhan terhadap Pimpinan di daerah bupaticamatkades
4.201
D2 Kepercayaan dan kepatuhan  terhadap peraturan-peraturan,
norma-norma dan nilai-nilai yang dianut secara  turun temurun
3.578
D8 Percaya kalau keputusankebijakan pemerintah selalu bertujuan
baik dan untuk mensejahterakan rakyat
3.482
D15 Kepercayaan terhadap kekuatan gaib roh-roh yang memelihara
alam
3.341
D10 Kebiasaan tolong menolong sesama warga
3.711
D1 Keyakinan terhadap adat dan kepercayaan tradisional
3.877
D4 Keterlibatan Kegiatan gotong royong di lingkungan desa
3.087
D3 Mengikuti perayaan  ritual adat dan budaya
3.026
D6 Menitipkan rumah pada tetangga jika harus bepergian atau
menginap
3.096
D9 Menitipkan anak balita pada tetangga jika harus keluar rumah
3.096
D11 Hambatan adat istiadat kepercayaan terhadap tuntutan
kemajuan disegala bidang
3.017
D7 Pertentangan  antara adat dan kepercayaan dengan kemajuan dan
tuntutan  kebutuhan hidup
2.894
D12 Kebiasaan  mengantar makanan dengan tetangga
2.552
D14 Kebiasaan bersilaturrahmi dengan anggota komunitas
pengajian, arisan, olah raga,dll
3.377
D13 Kepercayaan bahwa manusia dan alam perlu hidup dalam satu
kesatuan ekosistem
3.421
Skor rata-rata
3.317 Kebudayaan  masyarakat  TNKS  cukup  beragam  yakni  dengan  berbagai
etnik.  Etnik  yang  ada  mempunyai  keunikan  masing-masing  seperti  dalam  hal bahasa,  kesenian,  pola  hubungan,  orientasi  nilai  budaya,  etika  tata  krama  dan
sebagainya.  Etnik  yang  ada  di  TNKS  wilayah  Musi  Rawas  adalah  etnik  Rejang Rawas, Rawas, Lakitan Ulu Terawas, dan etnik Kubu Rawas. Keberagaman etnik
juga  mempengaruhi  terhadap  keyakinan  mereka  akan Tuhan  agama.  Etnik Rejang  Rawas,  Rawas  dan  Lakitan  Ulu  Terawas  umumnya  beragama  Islam.
Sementara  etnik  Kubu    Suku  Anak  Dalam  merupakan  salah  satu  contoh  etnik penduduk  asli  yang  cenderung  menutup  diri  dari  pengaruh  dunia  luar.  Mereka
memiliki  budaya  yang  khas  dan  unik  yang  tinggal  di  hutan-hutan  pedalaman kawasan  TNKS  dengan  kepercayaan  Hindu  dan  aliran  kepercayaan  Frankistoro,
2006. Kearifan  lokal  termasuk  didalamnya  kepercayaan  masyarakat  setempat
terhadap  Tuhan  ternyata  juga  mempengaruhi  keberhasilan  dalam  pengelolaan kawasan perlindungan. Hal ini dikarenakan masyarakat  yang beragama  memiliki
pedoman  untuk  memanfaatkan  alam  sebagaimana  mestinya.  Semakin  patuh masyarakat di sekitar kawasan tersebut terhadap nilai dan norma dari kepercayaan
yang  mereka  anut,  semakin  mudah  mereka  untuk   memahami  betapa  pentingnya memelihara  alam.  Kepercayaan  terhadap  kekuatan  gaib  seperti  roh-roh  yang  ada
dalam  sumberdaya  alam  juga  mempengaruhi  kelestarian  sumberdaya  alam  dan pengelolaan kawasan perlindungan.
Selanjutnya banyak kawasan yang terjaga kelestarian sumber daya alamnya adalah  kawasan  keramat  alami  sacred  natural  site  karena  tidak  dapat
sembarangan diakses. Kawasan alami ini dapat bertahan dari degradasi lingkungan karena  menyatu  dengan  sistem  budaya  dan  kepercayaan  masyarakat  setempat.
Pengeramatan  ini  berlaku  di  kawasan  TNKS    yang  melarang  masyarakat  untuk mengakses  suatu  kawasan  yang  dianggap  keramat.  Dapat  dipahami,  di  kawasan
tersebut terdapat keanekaragaman hayati yang langka dan harus dilindungi. Masyarakat  tradisional  telah  mampu  dan  mengakumulasikan  pengetahuan
empirik yang berharga dari ratusan tahun pengalaman mereka berinteraksi dengan lingkungan  dan  sumber  daya  alam.  Kearifan  tradisional  ini  berdasarkan
pemahaman  bahwa  manusia  dan  alam  membentuk  kesatuan  yang  tak  terpisahkan sehingga harus kompak dan berdampingan. Pandangan ekologi-sentris masyarakat
ini secara umum direfleksikan dalam sikap mereka terhadap tumbuhan, binatang, dan lingkungan alam Soedjito dan Sukara,  2006.
5.2.1.3. Potensi SDM Masyarakat TNKS
Suatu  wilayah  yang  kaya  akan  sumberdaya  alam,  tidaklah  dengan sendirinya memberikan kemakmuran bagi warga masyarakatnya, jika sumberdaya
manusia  yang  ada  didalamnya  tidak  mampu  memanfaatkan  dan  mengembangkan teknologi guna memanfaatkan sumber alamnya. Sebaliknya, wilayah yang terbatas
akan sumberdaya alam,  namun terdapat SDM yang cakap dalam mengembangkan teknologi,  ternyata  lebih  cepat  berkembang  dibandingkan  wilayah  lainnya  yang
tidak  cukup  mempunyai  sumberdaya  alam  dan  manusia  yang  unggul.  Hal  ini berarti  bahwa  sumberdaya  manusia  memiliki  peran  penting  dalam  proses
pemakmuran  suatu  wilayah.  Sumberdaya  manusia  berperan  ganda,  baik  sebagai obyek  namun  sekaligus  sebagai  subyek  pembangunan.  Sebagai  obyek
pembangunan,  SDM  merupakan  sasaran  pembangunan  untuk  disejahterakan,  dan
menentukan kemajuan. Tabel 32. Skor Indikator dari Faktor Potensi SDM
Kode Indikator
Mean Score
M1 Jumlah Penduduk di kawasan yang relatif tinggi
3.929
M4 Semangat  meningkatkan pendidikan dan mengikuti Diklat
3.815
M2 Jumlah Penduduk usia produktif  yang tinggi
3.771
M7 Keinginan untuk berpartisipasi dalam pembangunan
3.763
M5 Keinginan untuk meningkatkan taraf hidup
3.377
M3 Keingingan untuk maju dan berubah kearah yang lebih baik
3.245
M8 Keinginan untuk menjaga kelestarian TNKS
2.824
M9 Memanfaatkan kawasan secara bijaksana
2.711
M10 Keinginan untuk meningkatkan derajat kesehatan
2.596
M6 Keiniginan berpartisipasi dalam pengelolaanmenjaga
kelestarian TNKS
2.017
M11 Kemauan untuk mematuhi peraturanlarangan
1.807
M12 Pemahaman terhadap batas - batas kawasan TNKS
1.964
Skor rata-rata
2.985 Skore  pada  Tabel  32  mengenai  potensi  masyarakat  kawasan  TNKS.
menggambarkan nilai rata-rata dari faktor potensi SDM sebesar 2.985 menunjukan masyarakat di wilayah TNKS memiliki potensi SDM yang cukup besar dan dapat
diharapkan  mampu  mendukung  proses  pemberdayaan  masyarakat  di  kawasan TNKS.
Sumberdaya  manusia  atau  biasa  disingkat  menjadi  SDM  merupakan potensi yang dimiliki kawasan TNKS dan merupakan makhluk sosial yang adaptif
dan  transformatif  yang  mampu  mengelola  dirinya  sendiri  serta  seluruh  potensi yang  terkandung  di  alam  menuju  tercapainya  kesejahteraan  kehidupan  dalam
tatanan  yang  seimbang  dan  berkelanjutan.  Dalam  pengertian  masyarakat  TNKS sehari-hari,  SDM  lebih  diartikan  sebagai  bagian  integral  dari  sistem  yang
membentuk  suatu  sistem  kawasan  hutan.  Oleh  karena  itu,  masyarakat  TNKS sebagai  kekuatan  SDM  harus  mengambil  peranan  dalam  pembangunan  mereka
sendiri dan kawasan yang menaunginya. Masyarakat  TNKS  sebagai  potensi  SDM  bukan  sebagai  sumberdaya
belaka,  melainkan  lebih  berupa  modal  atau  aset  bagi  kawasan  dan  pemerintah, yang dianggap tidak hanya sebagai Human Resources HR, tetapi sudah menjadi
Human  Capital  yang  dapat  dijadikan  sebagai  asset  investasi    yang  bernilai,  yang dapat  dilipatgandakan atau dikembangkan potensinya.
Berdasarkan  data  pada  tahun  2009,      jumlah  penduduk  di  desa  Pasenan sebanyak 1.282 jiwa, di  Desa Napal Melintang sebanyak 731 jiwa, di desa Napal
Licin sebanyak 1344 jiwa dan Desa Batu Gane sebanyak 1240 jiwa sehingga total jumlah  penduduk  di  ke  empat  desa  adalah  9615  jiwa.    Banyaknya  jumlah
penduduk  yang  ada  pada  kawasan    ini    akan  sangat  membantu  dalam  proses pengelolaan  kawasan  TNKS  dan  proses  pembangunan  berkelanjutan  demi
terwujudnya kondisi ekonomi dan sosial yang stabil.
5.2.1.4. Persepsi Masyarakat terhadap TNKS
Hasil  analisis  pada  Tabel  33  menunjukkan  bahwa  persepsi  masyarakat terhadap  kawasan  Taman  Nasional  sangat  bervariasi.  Berdasarkan  batas  kriteria
yang  ditetapkan,  persepsi  masyarakat  positif,  karena  masyarakat  memiliki  sikap positif terhadap keberadaan kawasan taman nasional yang harus dilestarikan nilai
skor  3,  positifnya  persepsi  masyarakat  terhadap  kawasan  taman  nasional  maka akan  berlanjut  dalam  menentukan  perilaku  individu  tersebut.  Hal  yang  menarik
dari  penelitian  ini  adalah  masyarakat  bersedia  berpartisipasi  ikut  menjaga kelestarian kawasan taman nasional, jika kebutuhan sehari-hari dapat terpenuhi.
Tabel 33. Skor indikator dari faktor persepsi terhadap kawasan TNKS
Kode Indikator
Score
J7 Persepsi masyarakat terhadap batas desa yang termasuk dalam
kawasan TNKS 3.523
J2 Persepsi jika diberi kesempatan mengolah lahan di hutan TNKS
3.061 J3
Persepsi terhadap manfaat TNKS untuk ekosistem dan lingkungan 2.912
J6 TNKS merupakan kawasan konservasi dan tidak untuk dirambah
2.811 J8
Manfaat TNKS bagi kehidupan 2.523
J9 Pemberantasan illegal logging di kawasan TNKS
2.381 J1
Persepsi terhadap nilai-nilai yang dimiliki TNKS 2.194
J4 Pengetahuan batas-batas kawasan TNKS
1.696 J10
Persepesi tentang kesepakatan konservasi desa yang dicanangkan dalam ICDP
1.731 J5
Pengaruh keterlibatan dalam KKD terhadap pemahaman dan kehidupan masyarakat
1.164 Skor rata-rata
2.399
Namun  jika  dilihat  secara  keseluruhan  masih  rendah,  hal  ini  dapat  dilihat dari  Mean  score  sebesar  2,399  menunjukan  bahwa  persepsi  masyarakat  TNKS
terhadap kawasan konservasi masih rendah.  Persepsi masyarakat TNKS terhadap kawasan  konservasi  tersebut  meliputi  indikator  pandangan  terhadap  nilai-nilai
pemanfaatan  TNKS,  pengetahuan  tentang  batas-batas  kawasan  TNKS, pengetahuan  tentang  fungsi  penetapan  hutan  dan  ekosistem  TNKS,  frekuensi
penyuluhan  tentang  kehutanan  dan  agroforestry,  tingkat  kepedulian  terhadap pemberantasan illegal loging, serta manfaat TNKS.
Rendahnya  persepsi  terhadap  fungsi  TNKS,  karena  sebagian  masyarakat tidak  memahami  pentingnya  fungsi  TNKS,  hal  ini  disebabkan  kurangnya
informasi tentang fungsi kawasan TNKS. Dengan demikian perlu adanya perhatian khusus  dari  pemerintah  setempat,  untuk  meningkatkan  persepsi  masyarakat.
Indikator  lain  yang  menunjukkan  masih  rendahnya  persepsi  masyarakat  terhadap kawasan  konservasi  antara  lain  masih  sedikitnya  peran  masyarakat  dalam
Kesepakatan Konservasi Desa KKD, hal ini dibuktikan dengan nilai skor sebesar 0,51 yang menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang tidak terlibat dalam
KKD.  Selain  itu  keterlibatan  dalam  KKD  ICDP  juga  masih  tidak  ada.  Selain  itu frekuensi penyuluhan tentang kehutanan dan agroforestry masih rendah.
Rendahnya  persepsi  masyarakat  terhadap  kawasan  konservasi  juga  tidak terlepas dari tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah. Rendahnya tingkat
pendidikan  menyebabkan  masyarakat  sulit  untuk  menerima  informasi  dengan cepat.  Akses  terhadap  informasi  yang  kurang  berpengaruh  terhadap  persepsi
masyarakat  terhadap  kawasan  konservasi.  Selain  itu,  peran  serta  dalam kelembagaan  dan  pengambilan  keputusan  yang  berkaitan  dengan  kawasan
konservasi yang masih kurang maksimal.
5.2.1.5. Interaksi Masyarakat TNKS dengan Masyarakat Luar Kawasan
Nilai  Mean  Score  sebesar  2,064  dari  Tabel  34  menunjukan  masih kurangnya  interaksi    sosial  masyarakat  dengan  lingkungan  luar,  sehingga
mempunyai pengaruh sedang terhadap  ketidakberdayaan masyarakat TNKS. Masyarakat  desa  di  TNKS  sebenarnya  masih  memiliki  semangat  dan
keinginan  untuk  memperbaiki  kondisi  kehidupan.  Baik  itu  melalui  pelatihan ataupun  kegiatan  lain  yang  sifatnya  membangun.  Fasilitas  pelatihan  yang  kurang
dan sebagian besar waktu masyarakat yang dihabiskan untuk bertani dan berkebun membuat interaksi masyarakat sangat terbatas. Kesulitan berinteraksi dengan dunia
luar  juga  ada  kaitannya  dengan  posisi    geografis  desa-desa  TNKS  dan  kondisi infrastruktur khususnya transportasi yang masih sangat terbatas.
Tabel 34. Indikator Faktor interaksi dengan masyarakat luar kawasan
Kode Indikator
Score
E13 Keinginan belajar jika ada penyuluhan dan teknik baru dalam
menjalankan usaha 3.872
E16 Keinginan untuk sama dengan kehidupan orang yang lebih baik
3.831 E15
Ketergantungan terhadap lembaga sosial ekonomi di luar desa 3.322
E12 Perilaku jika berada ditengah-tengah orang lain yang lebih maju
2.991 E4
Fasilitas angkutan dalam desa maupun antar desa 2.414
E3 Kemudahan menghubungi sanak famili di luar desa
2.273 E6
Jumlah saudara yang tinggal di luar desa 1.921
E1 Kemudahan melakukan perjalanan ke luar desa
1.861 E14
Semangat untuk  mencari kebutuhan hidup  diluar desa sendiri 1.821
E2 Kemudahan memperoleh informasi dari luar daerah
1.802 E11
Kemudahan memperoleh  kebutuhan hidup yang berasal dari luar desa
1.796 E7
Kunjungan sanak famili dari luar desa 1.625
E8 Pengetahuan terhadap  kejadian-kejadian di luar desa
1.623 E9
Pengaruh kondisi dan informasi di luar wilayah desa terhadap kehidupan
1.585 E5
Frekuensi melakukan perjalanan satu tahun terkahir 1.182
E10 Frekuensi melakukan interaksi dengan orang di luar desa
1.115 E17
Ketergantungan terhadap orang lain 1.062
E18 Fasilitas angkutan dalam desa maupun antar desa
1.051 Skor rata-rata
2.064
Rendahnya  jejaring  informasi  adalah  permasalahan  sosial  ekonomi  yang dapat  menghambat  pencapaian  kegiatan  pemberdayaan  masyarakat.  Akibat
rendahnya  jejaring  informasi  masyarakat  tidak  mengetahui  potensi  sumberdaya sekitarnya  sehingga  masyarakat  cenderung  menjadi  objek  pihak  lain  dan
kurangnya  dorongan  untuk  maju.  Implikasinya,  pemanfaatan  kesempatan  usaha tidak  optimal,  kemampuan  mendapat  nilai  tambah  menjadi  sulit,  harga  jual  hasil
produksi  masyarakat  tertekan,  dan  masyarakat  sulit  melepaskan  diri  dari kungkungan sistem yang membelenggu masuknya arus informasi.
Ada  kalanya  masyarakat  yang  mempunyai  cukup  informasi  memiliki keinginan  yang kuat untuk melepaskan diri dari lingkaran kemiskinan. Keinginan
masyarakat  untuk  meningkatkan  pendapatan  seringkali  terhambat  karena keterbatasan  modal  ekonomi.  Terbatasnya  modal  ekonomi  masyarakat  ini
berdampak  pada  terhambatnya  pemanfaatan  lebih  lanjut  sumber  daya  hutan, rendahnya peluang berusaha, dan sulitnya mengembangkan potensi dan mendapat
nilai  tambah  sehingga  pada  akhirnya  cenderung  berorientasi  pada  eksploitasi illegal sumber daya hutan.
Interaksi  dapat  diartikan  sebagai  bentuk  hubungan  sosial  yang  dinamis menyangkut  hubungan  perorangan,  antar  orang  dengan  kelompok,  maupun  antar
kelompok manusia. Bentuk interaksi tidak hanya terjadi antar manusia saja, tetapi juga terjadi antara manusia dengan alam di sekitarnya. Interaksi antara masyarakat
dengan kawasan perlindungan ternyata dapat mempengaruhi pengelolaan kawasan perlindungan  tersebut,  serta  erat  kaitannya  dengan  keberdayaan  masyarakat  di
dalam kawasan.
5.2.1.6. Akses Terhadap Kelembagaan Sosial dan Ekonomi
Nilai  mean  score  sebesar  1,793  pada  Tabel    35  menunjukan  lemahnya struktur-struktur  penghubung  mediating  structures  yang  memungkinkan
kelompok-kelompok  lemah  mengekspresikan  aspirasi  dan  menunjukkan kemampuannya  terhadap  lingkungan  sosial  yang  lebih  luas,  seperti  organisasi-
organisasi sosial, lembaga-lembaga keagamaan dan lembaga keluarga yang secara tradisional  merupakan  lembaga  alamiah  yang  dapat  memberi  dukungan  dan
bantuan informal, pemecahan masalah dan pemenuhan kebutuhan para anggotanya mengakibatkan ketidakberdayaan bagi masyarakat TNKS.
Tabel 35. Faktor Akses terhadap kelembagaan Sosial Ekonomi
Kode Indikator
Score
D1 Kemudahan memperoleh pekerjaan formal
2.298
D6 Kemudahan terhadap akses kelembagaan desa
2.877
D14 Percaya pada pengurus dan  pengelolaan keuangan desa
2.719
C12 Keutuhan lembaga-lembaga marga dan keluarga
2.184
C13 Lembaga yang dapat memberi modal dengan persyaratan rendah
2.193
D4 Manfaat dari kegiatan sosial yang diikuti
2.088
C1 Hubungan sosial kekerabatan
1.930
C2 Pelaksanaan adat istiadat, pola dan sistem produksi
1.877
C9 Keaktifan dalam kepengurusan sosial desa
1.816
C11 Akses terhadap modal dengan suku bunga rendah,
1.614
D5 Keaktifan dalam kepengurusan sosial desa
1.675
C8 Kemudahan terhadap akses kelembagaan desa
1.509
D17 Kemudahan akses terhadap organisasi sosial-ekonomi
1.491
C10 Akses terhadap koperasi, UKM dan lembaga keuangan
1.412
C4 Keikutsertaan dalam organisasi sosial
1.377
C14 Lemahnya perlindungan terhadap aset usaha
1.289
C6 Keterlibatan dalam sistem politik desa
1.175
C8 Kemudahan  untuk memperoleh izin usaha
0.754
Skor rata-rata
1.793
Rendahnya  hubungan  sosial  yang  terjadi  di  masyarakat  tidak  terlepas  dari aktifitas masyarakat desa yang sebagian besar adalah bertani atau berkebun, yang
dilakukan masyarakat mulai dari pagi sampai sore, sehingga tidak memungkinkan masyarakat  berhubungan  ataupun  berpartisipasi  dalam  kelembagaan  sosial  yang
ada. Aspek  kelembagaan  merupakan  salah  satu  hal  terpenting  dalam  rencana
pemberdayaan masyarakat TNKS. Beberapa isu pokok dalam aspek kelembagaan pemberdayaan  masyarakat  TNKS  antara  lain  adalah:  kurangnya  peran  dan
sinergitas  diantara  para  pihak  stakeholder,  baik  sinergitas  antar  sektor  maupun antar tingkat pemerintahan; lemahnya akses masyarakat terhadap modal finansial,
lahan, saprodi, pasar, iptek, informasi, dan dalam proses pengambilan kebijakan; melemahnya
social  capital  kepercayaan,  kebersamaan,  partisipasi,  jejaring masyarakat  yang  diberdayakan;  kesenjangan  antara  kebijakan  dan  pelaksanaan;
lemahnya  posisi  tawar  masyarakat  dalam  kemitraan  pengelolaan  sumber  daya hutan; dan lemahnya data dan informasi tentang masyarakat  di  dalam dan sekitar
hutan serta kurangnya kepedulian terhadap data. Kurangnya lapangan pekerjaan serta banyaknya  masyakarakat  yang bekerja
pada lapangan kerja yang kurang produktif  berakibat pada rendahnya pendapatan sehingga  mereka  tergolong  miskin.  Masyarakat  juga  mempunyai  akses  yang
terbatas untuk memulai dan mengembangkan koperasi dan usaha, mikro, dan kecil KUMK.  Permasalahan  yang  dihadapi  antara  lain  adalah  sulitnya  mengakses
modal  dan  rendahnya  kapasitas  kewirausahaan  dan  terbatasnya  akses  terhadap informasi,  pasar,  serta  sulitnya  memanfaatkan  bantuan  teknis  dan  teknologi.
Permasalahan  lainnya  adalah  masih  terbatasnya  lembaga  resmi  yang  dapat memberi  modal  dengan  persyaratan  yang  dapat  dipenuhi  oleh  kapasitas
masyarakat TNKS. Di sisi lain, masalah yang dihadapi masyarakat adalah terbatasnya dukungan
produksi,  tata  niaga  yang  tidak  efisien  dan  rendahnya  penerimaan  usaha  tani. Kurangnya  lapangan  kerja  yang  tersedia  menyebabkan  masyarakat  semakin
tergantung pada sumber daya hutan dan masyarakat cenderung melegalkan segala cara  dalam  mengeksploitasi  sumber  daya  hutan.  Kurangnya  lapangan  kerja
mengakibatkan  banyak  pengangguran  maupun  setengah  penganggur,  sehingga produktivitas  masyarakat  rendah  dan  mudah  dihasut  untuk  melakukan  kegiatan
semakin terancam.
5.2.1.7. Posisi  geografis dan kondisi infrastruktur
Wilayah  TNKS    sangat  luas  dan  bervariasi.  Umumnya  secara  geografis daerah  TNKS    relatif  sulit  dijangkau  karena  letaknya  yang  jauh  di  pedalaman,
perbukitanpegunungan,  kawasan  terpencil  atau  karena  faktor  geomorfologis lainnya  sehingga  sulit  dijangkau  oleh  jaringan  baik  transportasi  maupun  media
komunikasi.  Secara  fisik  kondisi  kawasan  TNKS  bergunung  dan  berbukit  yang sulit  ditembus  dengan  sarana  perhubungan  biasa  atau  kendaraan  roda  empat.
Sarana  perhubungan  yang  memungkinkan  untuk  mencapai  kawasan  angkutan sungai,  itupun  sangat  tergantung  dengaan  kondisi  air  sungai  serta  sepeda  motor.
Mean  skore  sebesar  1.785  pada  Tabel  36  menunjukan  terbatasnya  kondisi infrastruktur  dan  kurang  strategisnya  posisi  geografis  desa,  hal  ini  juga  dapat
menjadi faktor penghalang proses pemberdayaan masyarakat. Tabel 36. Faktor Kondisi Infrastruktur dan Posisi Geografis
Kode Indikator
Score K2
Kondisi Jalan dan jembatan menuju desa 2.682
K6 Kondisi fisik wilayah berbukit, pegunungan,
2.323 K8
Kondisi  angkutan desa 2.241
K5 Transportasi sungai
2.321 K4
Akses terhadap informasi, pasar, dan saprodi 2.201
K11 Sarana sanitasi permukiman
2.131 K9
Media komunikasi dan informasi 2.004
K7 Fasilitas pasar desa
1.982 K14
Akses terhadap  bantuan teknis dan teknologi 1.845
K1 Posisi geografis di kawasan TNKS, terpecil dan sulit dijangkau
1.765 K15
Kondisi jaringan listrik 1.282
K13 Fasilitas persampahan
1.254 K3
Kondisi keanekaragaman hayati yang tinggi 1.246
K12 Sarana irigasi
1.032 K10
Sarana air bersih 0.831
Skor rata-rata 1.785
Walaupun  menyimpan  sumberdaya  alam  yang  melimpah,  pembangunan ekonominya  menghadapi  tantangan-tantangan  luar  biasa.  Rintangan  yang  harus
dihadapi  bersifat  fisik  –  yaitu  jarak  yang  sangat  jauh,  pegunungan  yang  curam, dataran rendah berawa-rawa, tanah yang rapuh, curah hujan musiman yang tinggi
dan  kepadatan  penduduk  yang  rendah.  Keterbatasan  prasarana  dan  sarana komunikasi, transportasi, air bersih, irigasi, kesehatan, pendidikan, dan pelayanan
lainnya  yang  menyebabkan  masyarakat  di  kawasan  TNKS  masih  mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas ekonomi dan sosial.
Masih  lemahnya  kondisi  infrastruktur  dikawasan  TNKS,  sangat  dirasakan oleh  masyarakat  umum.  Salah  satu  kelemahan  yang  menonjol  adalah  akses
transportasi  yang  sangat  terbatas,  sehingga  masyarakat  kesulitan  untuk memobilisasi  produk-produk  pertanian  yang  dihasilkan  di  desa.  Kelemahan  ini
tergambar  dari masih rendahnya aktifitas bepergian bagi masyarakat, karena tidak tersedianya sarana dan prasarana transportasi.
Infrastruktur  lain  yang  juga  belum  dapat  dinikmati  oleh  sebagian  besar masyarakat  desa  TNKS  seperti    pasokan     listrik,  prasarana  lingkungan
permukiman, fasilitas pasar, dan lain-lain. Di sisi lain, pembangunan infrastruktur dihadapkan  pada  tantangan  mengingat  kawasan  ini  adalah  kawasan  konservasi.
Secara  umum  walaupun  kawasan  TNKS  luas  akan  tetapi  perubahan  sosial  sulit terjadi  di  kawasan  ini.  Hal  ini  di  karenakan  lokasi  masyarakat  TNKS  jauh  dari
pusat perkembangan kota sebagai akses utama perdagangan.
5.2.1.8. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Kawasan
Partisipasi  masyarakat  TNKS  dalam  pengelolaan  TNKS  masih  sangat rendah.  Hal  ini  dapat  dilihat  dari  nilai  mean  score    sebesar  1,551  pada  Tabel  37.
Rendahnya  partisipasi  masyarakat  TNKS  baik  dalam  keterlibatan  pengambilan keputusan,  pelaksanaan  program  pengelolaan  kawasan,  keikutsertaan  dalam
organisasi,  dan  keikutsertaan  dalam  menikmati  hasil-hasil  pembangunan berpengaruh
terhadap masa
depan kawasan
TNKS dan
tingkat kesejahteraanketidakberdayaan masyarakat.
Ketergantungan  masyarakat  yang  masih  cukup  tinggi  terhadap keberadaan  kawasan  TNKS  seharusnya  menjadikan  masyarakat  sadar  bahwa
mereka  juga  ikut  bertanggungjawab  terhadap  kelestarian  kawasan  TNKS.  Tidak hanya itu, pihak pengelolah TNKS seharusnya juga terus memberikan pengarahan
kepada  masyarakat  akan  pentingnya  menjaga  kawasan  konservasi.  Melibatkan masyarakat  dalam  hal  pengambilan  keputusan  serta  menempatkan  mereka  dalam
struktur  kelembagaan merupakan cara untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab masyarakat terhadap kelestarian kawasan TNKS.
Tabel 37. Skor Faktor Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan TNKS
Kode Indikator
Score
I5  Keikutsertaan dalam Penerapan UU tentang konservasi 2.253
I6  Ketergantungan Kehidupan masyarakat dengan wilayah TNKS 1.962
I2  Keikutsertaan dalam menjaga dan mengamankan hutan 1.885
I10  Manfaat yang dirasakan jika diajak terlibat dalam kegiatan konservasi
1.844 I8  Pemahaman manfaat penggunaan teknologi pertanian
1.756 I9  Pengetahuan batas-batas kawasan TNKS
1.721 I4  Keterlibatan  dalam pengelolaan TNKS
1.684 I7  Kegiatan pertanian dan kehutanan masyarakat TNKS
1.682 I3  Keterlibatan dalam proses pembuatan keputusan
0.943 I11   Keikutsertaan dalam organisasi yang menangangi konservasi
0.755 I1  Kepatuhan melaksanakan kegiatan pertanian sesuai aturan
konservasi 0.581
Skor rata-rata 1.551
Salah satu penyebab kurang sesuainya rumusan kebijakan publik dengan kebutuhan  masyarakat  adalah  lemahnya  partisipasi  mereka  dalam  perumusan  dan
pelaksanaan  kebijakan.  Rendahnya  tingkat  kesadaran  untuk  berpartisipasi  dan tidak  adanya  akses  untuk  melakukan  partisipasi  penyebab  lemahnya  partisipasi
masyarakat. Rendahnya partisipasi masyarakat TNKS dalam perumusan kebijakan juga  disebabkan  oleh  kurangnya  informasi  baik  mengenai  kebijakan  yang  akan
dirumuskan  maupun  mekanisme  perumusan  yang  memungkinkan  keterlibatan mereka.
5.2.1.9. Alternatif mata pencaharian dan tingkat kesejahteraan
Sumberdaya alam yang ada dikawasan TNKS kurang termanfaatkan secara baik  dan  optimal.  Kawasan  TNKS  yang  dikaruniai  sumber  daya  alam  melimpah
seperti tanah yang relatif subur, kawasan hutan yang luas dan kaya berbagai bahan mineral,  namun  kenyataan  yang  dihadapi  seolah-olah  kawasan  ini  sangat  minim
sumber  daya  alam.  Memang  suatu  kenyataan  yang  sangat  ironis,  bahwa  di kawasan  yang  dikenal  kaya  dengan  sumber  daya  alam  dan  didukung  jumlah
penduduk  yang  relatif  besar,  tetapi  masih  terbelenggu  masalah  kemiskinan  dan kemelaratan. Kondisi ini mengindikasikan bahwa daerah ini menghadapi persoalan
yang serius dalam pengelolaanpemanfaatan sumber daya alam secara optimal dan berkelanjutan.
Tabel 38. Skor  Indikator dari Faktor Alternatif Mata Pencaharian dan Tingkat Kesejahteraan
Kode Indikator
Score F12
Pengaruh kehilangan  pendapatan akibat  dilarang masuk TNKS 1.992
F13 Peran pemanfaatan teknologi dalam meningkatkan pendapatan
1.763 F11
Informasi dalam mencari pekerjaan dan pendapatan lain 1.371
F15 Tingkat pemenuhan kebutuhan hidup dan gizi dalam keluarga
1.369 F10
Kemudahan mendapatkan pekerjaan 1.367
F8 Luas kepemilikan lahan yang dikuasai untuk usaha pertanian
1.279 F1
Sumber pendapatan dari sektor pertanian 1.287
F6 Penggunaan lahan rumah tangga untuk tambahan usaha
pertanian 1.119
F4 Pendapatan dari subsidi  pemerintah atau lembaga keuangan lain
1.109 F16
Pemenuhan biaya kesehatan 1.091
F17 Tingkat pemenuhan kebutuhan sekunder
1.032 F14
Akses terhadap lembaga Koperasi, UKM, dan lembaga keuangan
0.954 F18
Pemenuhan untuk biaya sosial 0.952
F19 Pemenuhan biaya pendidikan
0.935 F7
Tambahan pendapatan dari hasil hutan 0.859
F9 Sumber pendapatan dari lapangan kerja lain yang ditekuni
0.758 F7
Sumber pendapatan dari hasil hutan selain kayu jasa lingkungan 0.581
F2 Pendapatan dari usaha dagang dalam  mencukupi kebutuhan
keluarga 0.486
F3 Kontribusi sumber pendapatan dari usaha diluar desa
0.462 Rata-rata
1.093 Sumber daya alam yang melimpah belum menjamin suatu komunitas atau bangsa
akan  makmur  dengan  tingkat  kesejahteraan  rakyat  yang  tinggi.  Jika  sumber  daya  alam tersebut  tidak  dapat  dimanfaatkan  sebesar-besarnya  bagi  peningkatan  kesejahteraan
rakyat. Bahkan ada gejala pengelolaanpemanfaatan sumber daya alam tidak bijaksana dan tidak  optimal.  Akibatnya  kerusakan  lingkungan  dan  ekosistem  yang  terjadi  seperti  di
daerah  TNKS  pada  dekade  terakhir  terasa  begitu  dahsyat.  Oleh  karena  itu,  dalam  upaya meningkatkan  pengelolaan  pemanfaatan  sumber  daya  alam  secara  optimal  dan
berkelanjutan  diperlukan  kesadaran,  keterampilan,  keahlian  dan  kepedulian  dari  manusia pengelolanya.
Nilai  mean  score  sebesar  1,093  menunjukkan  rendahnya  alternatif  mata pencaharian,  sumber  pendapatan,  lapangan  kerja,  penguasaan  lahan  dan  akses  terhadap
SDA  lainnya,  hal  ini  mengingat  masyarakat  berada  pada  kawasan  konservasi  TNKS dengan lokasi yang cukup jauh dari pusat perkembangan. Berdasarkan  Tabel dibawah ini,
dapat kita ketahui bahwa semua indikator yang menyusun faktor ini mempunyai pengaruh yang  tinggi  terhadap  ketidak  berdayaan  masyarakat  TNKS,    karena  memiliki  skor  yang
sangat  rendah.  Hal ini  didukung  oleh  data  pengeluaran  rata-rata  masyarakat TNKS  yang sangat kecil yaitu sebesar  Rp. 286.938,98 per bulan.
Rendahnya  sumber  pendapatan  masyarakat  desa  lebih  disebabkan  oleh  mata pencarian  masyarakat  yang  hanya  sebagai  petani  dan  berkebun.  Masyarakat  kurang
mampu  untuk  mencari  sumber  pendapatan  lain  dikarenakan  kurangnya  kemampuan  atau keterampilan.  Penguasaan  terhadap  teknologi  juga  memiliki  peranan  penting  dalam
pemberdayaan  masyarakat,  karena  teknologi  dapat  memanfaatkan  SDA  yang  berada  di desa.  Selain  itu  akses  terhadap  pasar  dapat  memberikan  pertumbuhan  perekonomian.
Adanya  pertumbuhan  perekonomian  bagi  masyarakat  diharapkan  dapat  meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Masyarakat  TNKS  menghadapi  masalah  ketimpangan  struktur  penguasaan  dan pemilikan  tanah,  serta  ketidakpastian  dalam  penguasaan  dan  pemilikan  lahan  pertanian.
Kehidupan  petani  sangat  dipengaruhi  oleh  aspek  penguasaan  tanah  dan  kemampuan memobilisasi  anggota  keluarganya  untuk  bekerja  di  atas  tanah  pertanian. Masalah  utama
yang  dihadapi  masyarakat  adalah  terbatasnya  akses  masyarakat    terhadap  sumber  daya alam TNKS, baik sebagai sumber mata pencaharian maupun sebagai penunjang kehidupan
sehari-hari.  Peningkatan  jumlah  penduduk  miskin  juga  terjadi  dengan  menyempitnya kepemilikan  lahan  dan  hilangnya  sumber  mata  pencaharian  masyarakat  sebagai  akibat
pembatasan akses terhadap SDA TNKS terutama kayu hutan.
5.2.1.10. Kondisi  Kesehatan
Kondisi  kesehatan  masyarakat  merupakan  salah  satu  faktor  bagi  keberhasilan pembangunan  bangsa,  karena  aspek  kesehatan  sangat  berpengaruh  terhadap  kualitas
sumber  daya  manusia  sebagai  pelaku  pembangunan.  Kondisi  dan  pelayanan  kesehatan penduduk  disekitar  Taman  Nasional  Kerinci  Seblat  masih  sangat  rendah.  Berdasarkan
nilai mean score kondisi kesehatan masyarakat di kawasan TNKS sebesar 1,092 dan nilai ini  terendah  bersama-sama  dengan  faktor  pendapatan  dari  seluruh  faktor,  nilai  ini
mengindikasikan  bahwa  kondisi  kesehatan  masyarakat  merupakan  faktor  yang berpengaruh terhadap ketidakberdayaan masyarakat.
Masyarakat  di  kawasan  TNKS  juga    menghadapi  masalah  keterbatasan  akses  layanan kesehatan  dan  rendahnya  status  kesehatan  yang  berdampak  pada  rendahnya  daya  tahan
mereka  untuk  bekerja  dan  mencari  nafkah,  terbatasnya  kemampuan  anak  dari  keluarga untuk  tumbuh  dan  berkembang,  dan  rendahnya  derajat  kesehatan  ibu.  Penyebab  utama
dari rendahnya derajat kesehatan masyarakat TNKS selain ketidak cukupan pangan adalah keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan dasar, rendahnya mutu layanan kesehatan
dasar,  kurangnya  pemahaman  terhadap  perilaku  hidup  sehat,  dan  kurangnya  layanan kesehatan reproduksi. Hal tersebut menunjukkan bahwa akses masyarkat TNKS terhadap
layanan  kesehatan  yang  memadai,  memang  masih  sangat  terbatas  dan  masih  terjadi keterlambatan pemberian layanan kesehatan.
Tabel 41. Skor  Indikator dari Faktor Kesehatan
Kode Indikator
Score B14
Tingkat keikutsertaan imunisasi bagi Balita 2.371
B10 Gangguan terhadap pekerjaan atau kegiatan sehari-hari akibat
sakit 1.471
B7 Pemahaman terhadap pentingnya kecukupan gizi anak
1.381 B1
Pemahaman terhadap perilaku hidup sehat 1.339
B5 Kematian Ibu dan anak dalam persalinan
1.291 B11
Pemahaman terhadap sanitasi lingkungan 1.135
B3 Kemudahan mengakses pelayanan kesehatan
1.075 B9
Frekwensi rawat inap dalam 3 bulan terakhir 1.062
B6 Pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada
0.943 B2
Tingkat pemahaman terhadap pentingnya  kesehatan reproduksi 0.931
B4 Sistem perawatan kesehatan
0.902 B8
Frekuensi berobat jalan dlm 3 bulan terakhir 0.831
B13 Biaya pengobatan
0.433 Skor rata-rata
1.092 Pemenuhan kebutuhan pangan  yang layak dan  memenuhi persyaratan gizi masih
menjadi  masalah  bagi  masyarakat.  Terbatasnya  kecukupan  dan  kelayakan  mutu  pangan berkaitan  dengan  rendahnya  daya  beli,  ketersediaan  pangan  yang  tidak  merata,
ketergantungan  tinggi  terhadap  beras  dan  terbatasnya  diversifikasi  pangan.  Kurang terpenuhinya  gizi  dari  masyarakat  tercermin  dari  kasus-kasus  gizi  buruk  yang  terjadi
diperdesaan  yang  disebabkan  oleh  rendahnya  pengetahuan  masyarakat  mengenai kecukupan gizi.
Selain itu, di daerah ini juga masih terdapat kasus berbagai penyakit seperti ISPA, Diare, dan lain-lain.  Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap berbagai jenis penyakit
serta kurangnya informasi terhadap adanya layanan kesehatan yang tersedia menyebabkan berjangkitnya  berbagai  jenis  penyakit.  Selain  itu,    keluhan  utama  masyarakat  adalah
mahalnya biaya pengobatan dan perawatan serta jarak  yang jauh dari fasilitas kesehatan. Hal ini disebabkan oleh jauhnya tempat pelayanan kesehatan dan rendahnya pemanfaatan
jaminan kesehatan. Masyarakat sekitar TNKS yang mempunyai Kartu Sehat hanya sekitar 15  persen,  itu  pun  digunakan    hanya  bila  penduduk  memerlukan  rawat  inap  di  Rumah
Sakit.  Penyebab  utama  rendahnya  pemanfaatan  tersebut  adalah  ketidaktahuan  tentang proses pembuatan KS dan kurang jelasnya pelayanan terhadap pemegang KS.
Berdasarkan kondisi di atas, hampir semua fasilitas pelayanan kesehatan di daerah ini harus ditingkatkan, mulai dari jumlah tenaga medis dan paramedis, selain obat-obatan
dan  alat  kesehatan.  Sedangkan  untuk  peningkatan  partisipasi  masyarakat  dalam  hal
perbaikan  kesehatan  perlu  dilakukan  penyuluhan  kesehatan  dan  pendidikan  kader kesehatan  pada  desa-desa  dikawasan  TNKS.  Rendahnya  tingkat  kesehatan  juga
merupakan  tantangan  yang  harus  diatasi  dalam  pemberdayaan  masyarakat,  sebab  tingkat kesehatan  yang  rendah  mengakibatkan  rendahnya  potensi  sumberdaya  manusia  yang
ditandai  dengan  rendahnya  kinerja,  produktivitas,  dan  mobilitas  sehingga  masyarakat menjadi kurang mampu berpartisipasi dalam berbagai proses pembangunan.
5.2.1.11. Tingkat  Pendidikan
Berdasarkan  hasil  pengolahan  data  pada  analisis  faktor  didapatkan  bahwa  nilai mean  score  untuk  faktor  tingkat  pendidikan  adalah  sangat  rendah,  yaitu  sebesar  1,23.
Berdasarkan skala likert, skore ini tergolong sangat rendah.  Dari hasil amatan didapatkan bahwa  kondisi  pendidikan  masyarakat  khususnya  responden  memang  belum  memadai,
mayoritas  KK  rumah  tangga  miskin  mempunyai  pendidikan  tidak  tamat  SD  atau  tidak pernah mendapatkan pendidikan. Memperhatikan jumlah penduduk usia dibawah 15 tahun
yang  seharusnya  wajib  mengikuti  pendidikan  dasar  TK,  SD  dan  SLTP  kenyataannya hampir separuh penduduk usia sekolah wajib belajar 9 tahun tidak mengikuti pendidikan
dasar tersebut, dilain pihak rasio antara guru dengan murid untuk proses belajar mengajar memang masih sangat terbatas.
Tingkat  pendidikan  masyarakat  yang  rendah  tidak  hanya  dimiliki  oleh  Kepala
Keluarga masyarakat  TNKS, namun juga secara keseluruhan masih sangat rendah. Hal ini disebabkan  keterbatasan    akses  terhadap  fasilitas  pendidikan  formal  dan  nonformal,
fasilitas pendidikan yang kurang mendukung, jarak antara tempat tinggal dengan fasilitas pendidikan  yang  relatif  jauh,  serta  kurangnya  kesadaran    masyarakat  akan  manfaat  dan
pentingnya  pendidikan,  tingginya  biaya  pendidikan,  terbatasnya  jumlah  dan  mutu prasarana  dan  sarana  pendidikan,  terbatasnya  jumlah  dan  guru  bermutu,  terbatasnya
jumlah  sekolah  yang  layak  untuk  proses  belajar-mengajar,  serta  terbatasnya  jumlah, sebaran dan mutu kegiatan kesetaraan pendidikan dasar melalui pendidikan nonformal.
Gambar 23. Tingkat Pendidikan Masyarakat
Rendahnya  tingkat  pendidikan  masyarakat  TNKS  berkaitan  dengan  kondisi perekonomian masyarakat yang sebagian besar bekerja sebagai petani dengan pendapatan
yang  sangat  rendah,  sehingga  masyarakat  desa  cenderung  lebih  fokus  dalam  hal  cara memenuhi  kebutuhan  hidup  dibandingkan  melanjutkan  tingkat  pendidikan.  Tingkat
pendidikan  masyarakat  ini  selanjutnya  dapat  dijadikan  indikator  kualitas  sumberdaya manusia  di  desa  sekitar  TNKS  atau  lebih  spesifik  lagi  bahwa    tingkat  keberdayaan
masyarakat  di  kawasan  ini.  Kondisi  pendidikan  masyarakat  sekitar  TNKS  menunjukkan indikator yang masih terlalu jauh dari yang diharapkan, terutama dalam rangka partisipasi
masyarakat  bagi  kepentingan  pembangunan  daerah.  Kualitas  pendidikan  penduduk  yang demikian berimplikasi kepada beratnya tantangan yang akan dihadapi sehubungan dengan
rencana pemberdayaan masyarakat TNKS.
5.2.1.12. Kerawanan terhadap bencana
Dengan karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis dan  geografis yang dimiliki  kawasan  TNKS,  maka  dapat  dikategorikan  sebagai  daerah  yang  rawan  terhadap
bencana alam.
Tabel 40. Skor  Indikator dari Faktor Kerawanan Bencana
Kode Indikator
Score J15
klimatologis dan  geografis yang dimiliki kawasan TNKS
1.472
J2 Perbedaan Debit air sungai dimusim hujan dan musim kemarau
1.314
J5 Pengetahuan masyarakat  tentang Fungsi penetapan hutan dan
ekosistem TNKS
1.284
J12 Potensi Illegal mining
1.214
J1 Pelaksanaan sistem pertanian ramah lingkungan
1.213
J14 Karakteristik hidrologis, mempunyai curah hujan tinggi
1.213
J16 Pemahaman Fungsi hutan dan ekosistemnya
1.212
J3 Potensi kekeringan dimusim kemarau
1.113
J18 Kerusakan Ekosistem Sungai
1.006
J6 Potesi kerusakan ekosistem hutan
1.063
J9 Alih fungsi lahan dari hutan ke non hutan
1.051
J10 Terjadinya Banjir bandang
1.012
J17 Keterlibatan masyarakat dalam illegal logging
1.003
J4 Penebangan hutan dan pembangunan yang tak terencana di
TNKS
1.002
J8 Keterlibatan masyarakat  dalam KKD ICDP
1.002
J7 Karakteristik geologis yang rapuh
0.979
J13 Tingginya sedimentasi di sungai
0.987
J11 Terjadi Perambahan Hutan, peladang berpindah
0.941
Skor rata-rata
1.116
Kerusakan  lingkungan  biotis  seperti  penurunan  sumberdaya  hayati  florafauna illegal logging, kerusakan ekosistem hutan, ekosistem sungai, kerusakan sumberdaya alam
oleh  exploitasi  berlebihan,  illegal  mining  dan  perambahan  hutan,  maka  dapat diprediksikan  daerah  ini  menjadi  potensi  bencana  alam,  longsor,  erosi,  kekeringan  dan
banjir. Banjir bandang sudah sering terjadi selama ini disebabkan oleh adanya kerusakan hutan yang parah yaitu dipicu oleh adanya perubahan alih fungsi lahan secara cepat, dari
hutan  menjadi  non  hutan  dan  pengambilan  kayu.  Skor  indicator  kerawanan  terhadp bencana dapat dilihat pada Tabel 40.
5.2.1.13. Konflik Sosial dan Lingkungan
Nilai mean score sebesar 1,017 pada Tabel 41 menunjukan bahwa kondisi konflik yang terjadi di  masyarakat TNKS sangat tinggi, khususnya konflik lahan,
dimana sebagian besar perkebunan yang diusahakan masyarakat merupakan lahan TNKS. Secara tidak langsung, konflik yang terjadi di masyarakat juga dipengaruhi
oleh  tingkat  pendidikan  yang  masih  rendah  dan  kondisi  masyarakat  yang  belum sejahtera.
Rendahnya  tingkat  pendidikan  menyebabkan  pola  pikir  masyarakat  yang belum  terbuka,  belum  bisa  menerima  masukan  yang  bersifat  pembaharuan  dari
luar serta masih mementingkan yang juga sering terjadi kepentingan pribadi untuk memenuhi kebutuhan.
Pada  umumnya  masyarakat  setempat  telah  hidup  sejak  sebelum  daerah tersebut  ditetapkan  sebagai  kawasan  konservasi.  Mereka  telah  turun  temurun
menjalankan  kehidupan  tradisional  mereka  yang  dicirikan  dengan  eratnya hubungan  mereka  dengan  alam  sekitar.  Namun  tidak  jarang  terjadi  bahwa
masyarakat  yang  sebenarnya  pendatang  di  daerah  tersebut  sengaja  menerobos  ke dalam kawasan untuk mengambil hasil hutan atau membuka kebun karena alasan-
alasan  ekonomis  yang  mendesak.  Selain  itu,  diketahui  cukup  banyak  kasus  di mana para perambah adalah orang-orang yang dibayar oleh pemilik-pemilik modal
di  kota untuk membuka kebun-kebun baru dalam kawasan. Masyarakat  di  sekitar hutan atau kawasan konservasi  pada umumnya  memiliki ciri-ciri sebagai  berikut:
berpendidikan  rendah,  tidak  banyak  berhubungan  dengan  dunia  luar,  sistem pertanian  yang  sederhana  dan  belum  mengembangkan  perilaku  petani  produsen
yang berorientasi ke pasar.
Tabel 41. Skor  Indikator dari Konflik Sosial dan Lingkungan
Kode Indikator
Score
H2 Konflik antar warga masalah lahan pertanian
2.163 H26
Keamanan lingkungan 2.161
H5 Kekuatan  ikatan Kekerabatan antar warga
2.084 H1
Kondisi keamanan dan kenyaman di desa 2.049
H6 Perubahan sistem kekerabatan
2.018 H7
Perebutan lahan usaha tani sesama warga 1.075
H3 Konflik dapat menghambat kemajuan desa
1.013 H23
Kesadaran dan pemahaman tentang flora dan fauna 0.991
H11 Pemahaman terhadap  aturan  konservasi
0.928 H9
Kesadaran terhadap pentingnya lingkungan 0.891
H4 Konflik warga dengan taman nasional
0.841 H16
Potensi  kerugian akibat rusaknya ekosistem hutan 0.805
H25 Aktifitas pembakaran lahan dan  penebangan liar
0.803 H14
Kepedulian Tata Batas Wilayah TNKS 0.801
H21 Perusakan habitat dan perburuan hewan mangsa
0.799 H22
Latar belakang merambah hutan karena ekonomi 0.763
H10 Konflik kepentingan antara masyarakat dan kawasan
TNKS 0.753
H24 Pemahaman maksud dan tujuan Penetapan Taman
Nasional 0.709
H18 Konflik manusia dengan fauna langka
0.703 H12
Frekwensi  masuk ke dalam kawasan 0.692
H8 Konflik horisontal akan merugikan sesamamengganggu
aktifitas 0.681
H17 Potensi  bencana alam dan bencana sosial,
0.662 H19
Kegiatan pertanian yang mengalihfungsikan lahan hutan TNKS
0.602 H15
Melakukan illegal logging dan perburuan liar demi ekonomi
0.507 H13
Alasan merambah kawasan adalah ekonomi 0.492
H20 Hilangnya habitat hutan akibat pembabatan liar
0.465
Skor rata-rata 1.017
Konflik  di  masyarakat  adalah  konflik  sesama  warga  desa.  Walaupun demikian  kekuatan  kekerabatan  antar  warga  masih  cukup  tinggi  hal  ini
dikarenakan masyarakat desa masih memiliki nilai-nilai dan hubungan sosial yang cukup  baik.  Kondisi  ini  sebenarnya  dapat  dimanfaatkan  untuk  menyelesaikan
konflik agar tidak menjadi lebih besar. Dengan  tingkat  pengetahuan  yang  rendah,  pendidikan  yang  rendah,
penguasaan ketrampilan dan teknologi  yang rendah serta akses pasar  yang minim pada  umumnya  mereka  adalah  masyarakat  yang  miskin.  Konflik  kepentingan
Kedua  belah  pihak  merasa  memiliki  alasan  yang  kuat  untuk  mempertahankan kepentingannya  di  kawasan  tersebut.  Pendekatan  penegakan  hukum  untuk
melindungi  kawasan  konservasi  dari  masyarakat  yang  hidup  di  sekitarnya  sulit mencapai keberhasilan. Sebaliknya, membiarkan masyarakat untuk terus memanen
hasil  alam  secara  tidak  terkendali  dari  kawasan  TNKS    akan  secara  langsung berkibat buruk bagi kelestarian kawasan dan keanekaragaman hayati di dalamnya.
Beberapa ancaman dan gangguan dapat merusak hutan dan ekosistem dalam kawasan  TNKS.   Gangguan  tersebut  adalah  perambahan,  illegal  logging,
perburuan  liar,  rencana  pembangunan  jalan  melintasi  kawasan  dan  pertambangan illegal  Fandelli,  2002.  Menyusutnya  populasi  ekosistem  hutan  dapat
menimbulkan  kerugian  besar  bagi  manusia,  bahkan  dapat  menimbulkan  bencana alam  dan  bencana  sosial,  seperti  banjir,  tanah  longsor,  kelaparan  dan  konflik
manusia dengan fauna. Sebagai  akibat  menyusutnya  populasi  harimau  Sumatera  berdampak  pada
tidak  terkendalinya  populasi  babi  hutan  sehingga  berdampak  mewabahnya  hama babi yang merusak perkebunan masyarakat. Pada hakekat rantai makanan, harimau
Sumatera  berfungsi  sebagai  satwa  pengendali  pupulasi  babi  hutan.  Harimau merupakan  satwa  pemangsa  atau  pemakan  daging  carnivora.   Demikian  juga
sebaliknya,  kalau  populasi  babi  hutan  punah  maka  satwa  pemangsa  seperti harimau  Sumatera  akan  kekurangan  mangsa.  Seperti  yang  terjadi  di  beberapa
daerah  di  wilayah  Sumatra,  harimau  Sumatera  memangsa  hewan  ternak  milik masyarakat sehingga terjadilah konflik antar fauna dan manusia.
Kegiatan pertanian yang mengalihfungsikan lahan hutan dapat juga menjadi penyebab  kerusakan  habitat  dan  kepunahan  jenis  flora  dan  fauna  yang  telah
disebutkan di atas. Hal ini sejalan dengan Nyhus dan Tilson 2004 dalam Dinata dan  Sugardjito  2008  yang  menyatakan  bahwa  alih  fungsi  kawasan  hutan  secara
besar-besaran  menyebabkan  hilangnya  habitat  hutan  atau  terpotongnya  blok kawasan  hutan  yang  luas  menjadi  bagian-bagian  kecil  yang  terpisah-pisah.
Kompetisi ruang dan sumber pakan antara manusia dan harimau telah mendorong masyarakat  untuk  memusuhi  dan  membunuh  satwa  ini.  Perusakan  habitat  dan
perburuan  hewan  telah  diketahui  sebagai  faktor  utama  yang  menyebabkan turunnya jumlah harimau secara dramatis di TNKS. Sementara itu, dijabarkan pula
bahwa pada pertemuan population and habitat viability assessment PHVA tahun
1992  di  kota  Padang,  dinyatakan  bahwa  hanya  tersisa  400  ekor  harimau  sumatra yang  bertahan  hidup  di  lima  kawasan  konservasi  besar  di  Sumatera.  Seratus
individu  lainnya  diperkirakan  hidup  di  hutan-hutan  di  luar  kawasan  konservasi Dinata dan Sugardjito, 2008; Seal et al., 1994.
Hubungan antar faktor
Masing-masing  faktor  internal  saling  mempengaruhi  satu  sama  lain  dan memiliki  hubungan  karakteristik  yang  berbeda-beda.  Hubungan  kedekatan
masing-masing  faktor  internal  dapat  dilihat  dari  analisis  biplot  yang  ditunjukkan oleh Gambar  24 berikut:
Gambar 24. Plot Nilai Loading Masing-Masing Faktor
Berdasarkan  Gambar  24  dapat  dilihat  bahwa  keragaman  yang  diterangkan oleh sumbu utama 1 sebesar 49.33 dan sumbu utama 2 sebesar 10.36, sehingga
secara keseluruhan keragaman yang dapat diterangkan oleh kedua sumbu tersebut sebesar 59.69. Plot loading faktor di atas menunjukan hubungan kedekatan antar
faktor. Faktor  I1, I3,  I6, I7, I8,  I9 dan I13 memiliki hubungan  yang cukup dekat, karena  masih  terletak  dalam  satu  kuadran  dan  sudut  yang  di  bentuk  antar  faktor
sempit.  Kemudian  semakin  panjang  garis  menunjukan  bahwa  semakin  beragam kondisi dari faktor tersebut. Sedangkan faktor I2, I4, I5, I10, I11 dan I12 terletak di
kuadran lainnya dan memiliki hubungan yang cukup dekat.
Dalam  penelitian  ini  hipotesis  awal  ada  10  variabel  yang  menjadi  faktor eksternal  yang  berpengaruh  terhadap  ketidakberdayaan  masyarakat  TNKS.  Nilai
mean  score  masing-masing  faktor  eksternal  dapat  dilihat  pada  Gambar  30 dibawah ini:
Gambar 25. Histogram  Mean  Score Masing-masing Faktor Eksternal Terlihat  dari  histogram  di  atas,  bahwa  seluruh  faktor-faktor    eksternal
mempunyai mean score sangat rendah, bahkan beberapa faktor mempunyai mean score sangat-sangat rendah, yakni dibawah angka 1. Hal ini dapat dikatakan bahwa
faktor-faktor eksternal sangat berpengaruh terhadap ketidakberdayaan masyarakat, artinya  berbagai  fungsi-fungsi  pemerintahan  belum  berjalan  sebagaimana
mestinya.
5.2.2.1. Rendahnya Dukungan Peraturan Perundangan
Untuk  melindungi  suatu  kawasan  perlindungan,  pemerintah  Republik Indonesia  telah  mengeluarkan  beberapa  payung  hukum   diantaranya  melalui
Undang-Undang  nomor  5  tahun  1990,  Keputusan  Presiden  nomor  32  tahun  1990 serta  Peraturan  Pemerintah  nomor  68  tahun  1998.  Pada  payung  hukum  tersebut
dijelaskan  bahwa  pembentukan  suatu  kawasan  perlindungan  di  Indonesia  dapat berupa  sebuah  taman  nasional.  Taman  nasional  merupakan   kawasan  pelestarian
alam  yang  memiliki  ciri  khas  dan  berfungsi  sebagai  pelindung  ekosistem  yang akan dapat menyangga sistem kehidupan. Taman nasional dikelola dengan sistem
zonasi  yang  ditujukan  untuk  rekreasi,  pendidikan  dan  penelitian.  Namun  tujuan
pembentukan  kawasan  belum  dapat  sepenuhnya  diterapkan  diberbagai  kawasan Taman  Nasional.  Demikian  juga  berbagai  perangkat  peraturan  perundang-
undangan  yang  sudah  dibuat  dan  diundangkan,  namun  implementasi  dilapangan belum dilaksanakan.
Tabel 42. Skor Indikator Faktor Dukungan Peraturan Perundangan
Kode Indikator
Nilai S13
Penerapan amanat Undang-Undang Dasar 45, pasal 33 0.915
S11 Penerapan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan 1.032
S5 Penerapan Undang-Undang No 5 1990 tentang Konservasi SDA
Hayati dan Ekosistemnya 1.061
S14 Penerapan Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup 1.116
S3 Penerapan  terhadap larangan membakar hutan dan sanksinya
1.106 S1
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
1.134 S12
Pemahaman terhadap peruntukan kawasan TNKS 1.023
S4 Penerapan terhadap larangan penebangan hutan secara liar
1.089 S7
Pemahaman terhadap UU  Peraturan tentang Kawasan konservasi
0.817 S2
Pelaksanaan Peraturan tentang Pemberdayaan Masyarakat dikawasan hutan
1.051 S10
Pemahaman terhadap sanksi jika menduduki hutan lindungkawasan konservasi
1.106 S8
Sosialisasi tentang Batas Desa dan Batas TNKS  kepada masyarakat
1.012 S9
Penetapan dan Penegasan serta pematokan fisik batas Desa dan TNKS
1.079 S6
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan
1.045 Skor rata-rata
1.042
Nilai  mean  score  pada  Tabel    42  sebesar  1,042  menunjukan  rendahnya dukungan  peraturan  perundang-undangan  terhadap  pengembangan  kawasan
konservasi  termasuk  masyarakat  yang  ada  di  dalamnya.  Selain  itu  juga, pemahaman  terhadap  berbagai  aturan  perundang-undangan  masih  sangat  rendah,
hal  ini  dapat  di  lihat  dari  rendahnya  pengetahuan  masyarakat  tentang  adanya undang-undang  konservasi,  adanya  larangan  membakar  hutan,  adanya  UU
kehutanan, larangan eksploitasi hutan dan adanya sanksi jika melanggar. Sehingga menyebabkan ketidakberdayaan masyarakat TNKS.
Rendahnya  pemahaman    masyarakat  yang  menempati  wilayah  Taman Nasional  terhadap  birokrasi  dan  peraturan  yang  ada  merupakan  salah  satu  faktor
yang menyebabkan sering terjadinya masalah di dalam Taman Nasional. Masalah yang  sering  timbul  antara  lain  perusakan  hutan  yang  digunakan  untuk  lahan
melakukan pembakaran hutan untuk membuka lahan pertanian baru. Hal ini dapat dilihat  dari  masih  rendahnya  pengetahuan  masyarakat  tentang  adanya  undang-
undang konservasi, adanya larangan membakar hutan, dan adanya UU kehutanan.
5.2.1.2. Rendahnya Keberpihakan Pemerintah
Pemerintah  merupakan  wakil  dari  masyarakat  yang  bertugas  untuk mengayomi  serta  mendukung  masyarakat  dalam  berbagai  bidang  pembangunan.
Dalam  penelitian  ini  keberpihakan  dari  suatu  pemerintah  adalah  salah  satu  hal terpenting  bagi  masyarakat  dalam  menyusun  pembangunan  di  dalam  masyarakat
TNKS.  Nilai  mean  score  sebesar  1,294  pada  Tabel  43  menunjukkan  bahwa keberpihakan  dari  pemerintahan  masih  sangat  rendah.  Dengan  demikian  akan
berpengaruh kepada berbagai aspek kehidupan. Tabel 43.  Skor Indikator Faktor Keberpihakan Pemerintah
Kode Indikator
Nilai P21
Peningkatan  Peran  Masyarakat  dalam  Pelestarian Lingkungan
1.213 P9
Porsi kegiatan pembangunan di kawasan 1.214
P6 Dampak kebijakan pemerintah terhadap masyarakat
1.193 P13
Fasilitasi pemberdayaan masyarakat pada kawasan SDA strategis
1.162 P17
Perbaikan lingkungan pemukiman keluarga miskin. 1.121
P16 Pengembangan
prasarana perdesaan
berbasis masyarakat.
1.471 P1
Bantuan pemerintah terhadap adanya bencana 1.504
P12 Fasilitasi pemberdayaan sosial ekonomi
1.463 P18
Peningkatan  pelayanan  prasarana  dan  sarana  dasar pemukiman
0.845 P3
Kemudahan  mendapatkan pelayanan birokrasi 1.106
P19 Fasilitasi Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
1.174 P8
Bantuan sosial kesejahteraan yang didapatkan 1.701
P20 Memperkuat jaringan pelayanan kesehatan dasar
1.653 P2
Kondisi sarana perhubungan tiga tahun terakhir 1.144
P10 Pemberian  jaminan  sosial  Askeskin,  Pendidikan,  KTP,
Sertifikat,dll 2.103
P4 Penyediaan sarana prasarana pelayanan sosial
1.153 P14
Perlindungan hak-hak
adat atau
ulayat dalam
pengelolaan SDA 1.016
P11 Fasilitasi masyarakat dalam pendayagunaan SDA
1.342 P15
Fasilitasi  Pemerintah  Daerah  dalam  mendorong  peran masyarakat
1.015 Skor rata-rata
1.294
Rendahnya  Keberpihakan    pemerintah  terhadap  masyarakat  miskin  dapat dilihat  dari  rendahnya  tingkat  penyediaan  sarana  prasarana  pelayanan  sosial,
bantuan  sosial,  pemberdayaan  sosial  ekonomi,  pemberian  jaminan  ekonomi  dan sosial dan peningkatan kualitas manajemen kelembagaan sosial masyarakat.
5.2.1.3. Rendahnya Dukungan Politik dan pengalaman dalam politik
Nilai mean score sebesar 1,059 pada Tabel 44 menunjukkan  dukungan dan pengalaman  politik  masyarakat  TNKS  masih  sangat  rendah,  hal  ini  dapat  dilihat
dari sangat  terbatasnya  masyarakat  yang ikut serta dalam organisasi  politik serta kegiatan-kegiatan  yang  dilakukan  oleh  organisasi  politik  seperti  kampanye.
Dukungan  politik  ini  sangat  diperlukan  dalam  proses  pemberdayaan  dan pengalaman politik yang dimiliki masyarakat akan sangat berpengaruh baik dalam
proses pemberdayaan masyarakat. Tabel 44. Skor Indikator Dukungan Politik dan Pengalaman Politik Masyarakat
Kode Indikator
Score M5
Keikutsertaan dalam pemilu, pilkada, pemilihan kades 2.709
M6 Intervensi pihak-pihak tertentu terhadap pilihan dalam pemilu
1.025 M19
Penguatan dan peningkatan kinerja DPD 1.205
M18 Peran politik dalam penataan Keuangan dan Asset Desa
1.017 M14
Kontribusi politik  dalam pemberdayaan masyarakat 1.052
M13 Fasilitasi Politik  dalam menunjang  Kemandirian masyarakat
1.108 M3
Keikutsertaan dalam kampaye-kampaye 0.758
M16 Fasilitasi parpol dalam Pemberdayaan Pemerintahan Desa
1.019 M11
Kesempatan menjadi pengurus dalam organisasi politik 0.596
M9 Minat  terhadap organisasi politik
0.681 M12
Frekwensi legislatif datang ke kawasandesa 1.086
M15 Peran Parpol dalam mendorong  pengelolaan SDA secara
bijaksana 0.541
M10 Pengaruh keikutsertaan dalam rapat-rapat organisasi
1.095 M7
Keikutsertaan dalam negosiasi untuk memutuskan sesuatu 1.185
M17 Fasilitasi pengembangan sumber-sumber keuangan desa
1.245 M4
Pendapat sering di dengar 0.836
M2 Akses terhadap Organisasi politik
1.024 M1
Peluang untuk terlibat dalam organisasi politik di desa dan di luar desa
1.081 M8
Keikutsertaan dalam rapat-rapat   desa 0.853
Skor rata-rata 1.059
Rendahnya  keterlibatan  Politik  anggota  masyarakat  dapat  dilihat  dari berbagai  aktifitas  politik  dan  daya  tawar  masyarakat  yang  masih  sangat  rendah,.
Rendahnya  posisi  tawar  masyarakat  karena  mereka  tidak  terlibat  dalam  berbagai kegiatan  seperti  dalam  kampaye,  organisasi  politik  di  desa  dan  di  luar  desa  serta
ketidakikutsertaan  masyarakat  dalam  negosiasi  untuk  memutuskan  sesuatu kebijakan.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa  keadaan  masyarakat  di  kawasan  TNKS
yang  berkaitan  dengan  keikutsertaan  mereka  dalam  kegiatan  kampanye  dan
sangat  rendah,  serta  keikutsertaan  mereka  dalam  negosiasi  untuk  memutuskan sesuatu  tergolong  masih  kurang.  Demikian  juga  dukungan  secara  politik  yang
dilakukan  oleh  perwakilan  masyarakat,  belum  dapat  dimanfaatkan  untuk mendukung kegiatan  atau proses pemberdayaan  masyarakat,  karena masih  sangat
rendah.
5.2.1.4.  Rendahnya Dukungan Lembaga Keuangan
Tabel  45  menggambarkan  hampir  semua    indikator  mempunyai  score  yang sangat rendah, yaitu sebesar 0,669 pada. Hal ini menunjukan hampir tidak adanya
bantuan keuangan dari lembaga keuangan baik swasta maupun Pemerintah, seperti akses  perbankan  yang  tidak  ada,  kepercayaan  terhadap  lembaga  keuangan  yang
sangat  rendah,  kurangnya  bantuan  dana  dari  pemerintah,  kurangnya  sarana prasarana  produksi,  kurangnya  akses  terhadap  bantuan  pemerintah  dan  jarang
sekali  masyarakat  TNKS  terpilih  sebagai  sasaran  dalam  program-program pemerintah. Oleh karena itu kurangnya bantuan keuangan dari lembaga keuangan
atau pemerintah yang menyebabkan ketidakberdayaan masyarakat TNKS. Masyarakat  juga  mempunyai  akses  yang  terbatas  untuk  memulai  dan
mengembangkan  koperasi  dan  usaha,  mikro,  dan  kecil  KUMK.  Permasalahan yang  dihadapi  antara  lain  adalah  sulitnya  mengakses  modal  dengan  suku  bunga
rendah,  hambatan  untuk  memperoleh  izin  usaha,  kurangnya  perlindungan  dari kegiatan usaha, rendahnya kapasitas kewirausahaan dan terbatasnya akses terhadap
informasi,  pasar,  bahan  baku,  serta  sulitnya  memanfaatkan  bantuan  teknis  dan teknologi.
Ketersediaan  modal  dengan  tingkat  suku  bunga  pasar  masih  sulit  diakses oleh  pengusaha  kecil  dan  mikro,  apalagi  oleh  masyarakat  miskin.  Permasalahan
lainnya  adalah  tidak  adanya  lembaga  resmi  yang  dapat  memberi  modal  dengan persyaratan  yang  dapat  dipenuhi  oleh  kapasitas  masyarakat.  Masyarakat  juga
menghadapi  masalah  lemahnya  perlindungan  terhadap  aset  usaha  dan  hasil produksi.  Usaha  koperasi  juga  sering  menghadapi  kesulitan  untuk  menjadi  badan
hukum  karena  persyaratan  yang  sangat  rumit,  seperti  batas  modal,  anggota,  dan kegiatan usaha.
Tabel 45  Skor Indikator dari Faktor Dukungan Lembaga Keuangan Kode
Indikator Score
N10 Fasilitasi pembentukan Lembaga Keuangan Mikro Perdesaan
0.701 N9
Penguatan jaringan kemitraan antara lembaga keuangan mikro dengan perbankan.
0.592 N11
Fasilitasi pengembangan kemandirian masyarakat dalam pengelolaan keuangan
0.821 N7
Ketersediaan lembaga keuangan di desa 1.026
N8 Bimbingan Administrasi di lembaga keuangan desa
0.361 N12
Peningkatan dan pengembangan kemampuan pengelola keuangan desa
0.552 N4
Kredit-kredit yang disalurkan ke masyarakat 1.106
N14 Kecocokan Jenis kredit atau pinjaman yang diberikan dengan
usaha 0.779
N2 Manfaat adanya lembaga keuangan di desa bagi kehidupan
0.811 N6
Bunga pinjaman yang diberikan 0.345
N13 Akses modal usaha pengembangan kegiatan ekonomi mikro dan
usaha kecil 0.672
N1 Akses terhadap lembaga keuangan
0.839 N5
Kepercayaan perbankanlembaga keuangan lainnya kepada masyarakat
0.478 N3
Akses masyarakat terhadap perbankanlembaga keuangan lain 0.285
Skor rata-rata 0.669
Lembaga  keuangan  merupakan  salah  satu  kunci  perekonomian  suatu masyarakat.  Suatu  lembaga  keuanganperbankan  dapat  berkembang  juga  karena
masyarakat.  Jika  antara  masyarakat  dan  perbankan  saling  mendukung  maka  akan sangat  membantu  tumbuhnya  perekonomian  di  Masyarakat  TNKS.  Beberapa
bentuk  dukungan  kelembagaan  perbankan  yang  di  terapakan  pada  masyarakat antara  lain  investasi  pada  lembaga  perbankan  yang  mampu  mengembangkan
modal  masyarakat  menjadi  lebih  bermanfaat,  kemudahan  akses  administrasi terhadap  perbankan,  adanya  kepercayaan  dari  pihak  perbankan  untuk
meminjamkan sejumlah modal kepada masyarakat TNKS. Kurangnya  lembaga  perekonomian  yang  dapat  mendukung  usaha
masyarakat  berpengaruh  terhadap  sulitnya  masyarakat  dalam  mendapatkan bantuan  modal  usaha.  Peran  lembaga  perekonomian  sangat  diperlukan  untuk
membantu  masyarakat  menciptakan  peluang  usaha  yang  dapat  memajukan  taraf kesejahteraan.
5.2.1.5. Rendahnya Ketersediaan Pelatihan
– pelatihan
Nilai  mean  score  sebesar  1,047  pada  Tabel  46  menunjukan  bahwa  hampir tidak  adanya  pelatihan-pelatihan  dari  luar  untuk  masyarakat  TNKS.  Hal  ini
rendahnya  penguasaan  terhadap  ilmu  dan  teknologi  pertanian,  serta  masyarakat jarang  terpilih  sebagai  sasaran  dalam  program-program  pelatihan.  Sedikitnya
pelatihan-pelatihan dari
luar untuk
masyarakat TNKS
menyebabkan ketidakberdayaan  masyarakat  TNKS.  Skor  Indikator  dari  Faktor  Pelatihan-
pelatihan dari Luar dapat dilihat pada Tabel 46. Tabel 46. Skor Indikator dari Faktor Ketersediaan Pelatihan
Kode Indikator
Nilai
O5 Penyuluhan tentang larangan perambahan hutan TNKS
1.268 O2
Frekuensi diikutsertakan dalam penyuluhan-penyuluhan 1.013
O8 Terpilih sebagai sasaran  dalam program pelatihan-pelatihan
1.134 O9
Pemahaman terhadap materi pelatihan 1.209
O15 Identifikasi  terhadap bentuk, jenis dan jenjang pelatihan
pemberdayaan 1.142
O4 Penyuluhan tentang agroforestry
1.062 O17
Pengembangan dan fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa
1.182 O11
Peningkatan keterampilan dalam pendayagunaan teknologi tepat guna.
1.023 O1
Jenis pelatihan yang ditawarkan 1.319
O10 Akses terhadap lokasi pelatihan
1.321 O3
Penguasaan terhadap ilmu dan teknologi pertanian 1.207
O16 Identifikasi kebutuhan pelatihan masyarakat Desa
1.132 O14
Bimbingan Teknis pengembangan  desa 1.213
O12 Fasilitasi kerjasama pendayagunaan TTG  bersama instansi terkait
dan kalangan LSM 1.162
O13 Pelatihan Kader Pemberdayaan Masyarakat
1.046 O19
Koordinasi Penyusunan Program Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa.
0.834 O18
Fasilitasi Pendataan, Pengolahan dan Pendayagunaan Profil Desa 1.203
O7 Manfaat  dari pertemuan dengan PPL dan mengikuti pelatihan-
pelatihanpenyuluhan 1.386
O20 Pengembangan Pelatihan Tingkat Daerah
1.062 O6
Frekwensi pertemuan dengan Petugas Penyuluh Pertanian Lapangan PPL
1.014 Skor rata-rata
1.147
Masyarakat  masih  sangat  terbatas  dalam  mengikuti  berbagai  kegiatan penyuluhan-penyuluhan,  sehingga  penguasaan  terhadap  ilmu  dan  teknologi
pertanian, serta masyarakat jarang terpilih sebagai sasaran dalam program-program pelatihan  masih  sangat  rendah.  Sedikitnya  pelatihan-pelatihan  dari  luar  untuk
masyarakat TNKS mampu mengurangi ketidakberdayaan masyarakat TNKS. Disamping pendidikan formal, bagi masyarakat diperlukan juga peningkatan
keterampilan  bagi  masyarakat  disekitar  Taman  Nasional  Kerinci    Seblat  TNKS melalui  kursus-kursus  keterampilan  baik  dibidang  pertanian  kaitannya  dengan
meningkatkan  ekonomi  pertanian  secara  luas  ataupun  keterampilan  berbagai keahliannya untuk dapat mendukung dan berpartisipasi didalam berbagai program
pembangunan  daerah.  Dengan  meningkatnya  keterampilan  masyarakat  berarti meningkat  pula  produktifitas  sumberdaya  manusia  yang  pada  akhirnya  akan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat itu sendiri.
5.2.1.6. Rendahnya Jaminan Ekonomi
Jaminan  ekonomi  merupakan  salah  satu  faktor  penting  dalam  mendukung lancarnya  pembangunan  pada  masyarakat.  Nilai  Mean  Score  sebesar  0,592  pada
Tabel  47  menunjukkan  hampir  tidak  adanya  jaminan  ekonomi  yang  di  berikan kepada  masyarakat  TNKS.  Hal  ini  perlu  ada  perhatian  khusus  dari  pemerintah,
pemerintah daerah dan juga pihak swasta maupun masyarakat TNKS sendiri. Kurangnya  lembaga  perekonomian  yang  dapat  mendukung  usaha
masyarakat  berpengaruh  terhadap  sulitnya  masyarakat  dalam  mendapatkan bantuan  modal  usaha.  Peran  lembaga  perekonomian  sangat  diperlukan  untuk
membantu  masyarakat  menciptakan  peluang  usaha  yang  dapat  memajukan  taraf kesejahteraan.  Kondisi  ini  sejalan  dengan  beberapa  kajian  bahwa  salah  satu
masalah  yang  dihadapi  oleh  masyarakat  lemah  adalah  dalam  hal  akses  untuk memperoleh  modal.  Kenyataan  yang  terjadi,  kepada  masyarakat  lemah  dan
pengusaha  kecil,  perlakukan  atas  ketiga  hal  tersebut  juga  diskriminatif.  Dan  atas perlakuan yang tidak adil itu, masyarakat tidak memiliki kekuatan tawar menawar
dengan pihak lembaga kuangan. Tabel 47. Skor Indikator dari Faktor Jaminan Ekonomi
Kode Indikator
Score T11
Bantuan pendampingan kepada keluarga  kelompok masyarakat
0.521 T7
Bantuan pemerintah dalam hal pelatihan keterampilan usaha 0.501
T10 Bantuan prasarana dan sarana pengembangan usaha keluarga
miskin. 0.621
T12 Peningkatan keterampilan usaha ekonomi produktif
masyarakat miskin 0.562
T1 Bantuan keuangan dari Pemerintah dan manfaatnya
0.686 T6
Jaminan pembelian dari hasil pertanian 0.792
T16 Fasilitasi Pemerintah Daerah dalam Pengembangan Pasar Desa
1.108 T9
Bantuan modal usaha bagi keluarga miskin 0.362
T13 Identifikasi potensi dan sumber daya keluarga masyarakat
miskin 0.525
T20 Peningkatan keterampilan masyarakat dalam pengelolaan
Lumbung  Desa 0.585
T17 Peningkatan keterampilan pengelola kelompok Usaha
Ekonomi Produktif 0.531
T19 Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan
Masyarakat. 0.625
T2 Jaminan kesalahan dari kebijakan yang diambil
0.247 T18
Pemberdayaan masyarakat dalam memperkuat cadangan pangan
0.832 T15
Fasilitasi  peluang pemasaran bagi hasil usaha 0.521
T14 Pengembangan partisipasi dan keswadayaan  masyarakat
miskin 0.584
T5 Peningkatan ketersediaan pangan wilayah berbasis pangan
lokal 0.592
T8 Peran swasta dalam hal peningkatan keterampilan SDM
0.563 T3
Manfaat kredit bagi usaha 0.684
T4 Kredit-kredit yang disalurkan kepada  keluarga dan warga desa
0.389 Skor rata-rata
0.592
Penanganan  kendala  modal,  kendala  distribusi,  dan  kendala  tanah  tidak seluruhnya  dapat  dilakukan  melalui  pendekatan  ekonomi  semata.  Karena  banyak
dimensi-dimensi  politik  yang  harus  ditangani.  Oleh  sebab  itu,  pemberdayaan ekonomi  masyarakat  tidak  dapat  dilakukan  tanpa  pemberdayaan  politik  dan
kebijakan politik. Selain  itu  akses  terhadap  pasar  dapat  memberikan  pertumbuhan
perekonomian.  Adanya  pertumbuhan  perekonomian  bagi  masyarakat  diharapkan dapat  meningkatkan  kesejahteraan  masyarakat.  Masyarakat  TNKS  menghadapi
masalah  ketimpangan  struktur  penguasaan  dan  pemilikan  tanah,  serta ketidakpastian dalam penguasaan dan pemilikan lahan pertanian. Kehidupan petani
sangat  dipengaruhi  oleh  aspek  penguasaan  tanah  dan  kemampuan  memobilisasi anggota  keluarganya  untuk  bekerja  di  atas  tanah  pertanian.  Masalah  utama  yang
dihadapi  masyarakat  adalah  terbatasnya  akses  masyarakat    terhadap  sumber  daya alam  TNKS,  baik  sebagai  sumber  mata  pencaharian  maupun  sebagai  penunjang
kehidupan  sehari-hari.  Peningkatan  jumlah  penduduk  miskin  juga  terjadi  dengan menyempitnya  kepemilikan  lahan  dan  hilangnya  sumber  mata  pencaharian
masyarakat sebagai akibat pembatasan akses terhadap SDA TNKS terutama kayu
hutan. Kurangnya  lapangan  pekerjaan  serta  banyaknya  masyarakat  yang  bekerja
pada lapangan kerja  yang kurang produktif berakibat pada rendahnya pendapatan sehingga  mereka  tergolong  miskin.  Masyarakat  juga  mempunyai  akses  yang
terbatas untuk memulai dan mengembangkan koperasi dan usaha, mikro, dan kecil KUMK.  Permasalahan  yang  dihadapi  antara  lain  adalah  sulitnya  mengakses
modal dengan tingkat suku bunga pasar oleh pengusaha kecil dan mikro, hambatan untuk  memperoleh  izin  usaha,  kurangnya  perlindungan  dari  kegiatan  usaha,
rendahnya  kapasitas  kewirausahaan  dan  terbatasnya  akses  terhadap  informasi, pasar,  bahan  baku,  serta  sulitnya  memanfaatkan  bantuan  teknis  dan  teknologi..
Permasalahan  lainnya  adalah  tidak  adanya  lembaga  resmi  yang  dapat  memberi modal  dengan  persyaratan  yang  dapat  dipenuhi  oleh  kapasitas  masyarakat.
Masyarakat juga menghadapi masalah lemahnya perlindungan terhadap aset usaha dan hilangnya aset usaha akibat peraturan.
5.2.1.7.  Implementasi  Kebijakan  dan  kesesuaian  dengan  Kebutuhan Masyarakat Distorsi kebijakan
Nilai mean score sebesar 1,104 pada Tabel 48  menunjukan bahwa kurang sesuainya  program-program  atau  kebijakan  yang  dilaksanakan  oleh  pemerintah
dengan  kondisi  kebutuhan  masyarakat  TNKS.  Sehingga  menyebabkan ketidakberdayaan  masyarakat  TNKS.  Ada  beberapa  bentuk    implementasi
kebijakan  dan  keterkaitannya  dengan  kebetuhan  lokal  bantuan  sarana  prasarana produksi,    kesesuaian  antara  kebutuhan  dengan  yang  diprogramkan  dari  atas,
tingkat  pemenuhan  kebutuhan  masyarakat    desa,  dll.  Jika  beberapa  bentuk implementasi  itu  bisa  di  terapkan  dengan  baik  maka  masyarakat  TNKS  masih
memiliki peluang untuk menjadi masyarakat yang sejahtera. Tabel 48.  Skor Indikator dari Faktor  Implementasi Kebijakan dan
Kesesuaiannya dengan Kebutuhan Masyarakat
Kode Indikator
Nilai
P1 Kesesuaian program yang diberikan oleh Pemerintah  Pemda
1.243 P2
Manfaat kebijakan terhadap pemberdayaan masyarakat 1.123
P9 Kesesuaian bentuk bentang alam kawasan TNKS dengan
keinginan warga 1.091
P3 Pemahaman masyarakat terhadap kebijakan
1.091 P5
Kesesuaian antara kebutuhan dengan yang diprogramkan 1.052
P8 Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam membangun Desa.
1.125 P12
Kesesuaian teknologi tepat guna dengan  kebutuhan masyarakat
1.224 P4
kesenjangan antara kebijakan dan pelaksanaan; 0.623
P10 Peran serta masyarakat dalam penentuan kebijakan
1.107 P6
Benturan kebijaksanaan antara Pemerintah, Pemda dan Masyarakat
1.402 P7
Bantuan sarana prasarana produksi 1.072
P11 Kesesuaian pola Keswadayaan dan Kemandirian masyarakat
1.155 P13
Ketidak adilan yang didapatkan dalam menuntut hak-hak 1.033
P14 Hilangnya hak kepemilikan dan penguasaan lahan masyarakat
lokal 1.119
Skor rata-rata 1.104
5.2.1.8. Rendahnya Akses terhadap  Informasi
Informasi  merupakan  suatu  sarana  penting  untuk  membuka  wawasan  dan pengetahuan  tentang  berbagai  hal.  Informasi  merupakan  kebutuhan  wajib  untuk
jaman sekarang, berkat informasi kita bisa tahu dan mengerti apa yang sebaiknya di lakukan jika suatu masalah terjadi. Nilai  mean score sebesar 1,314 pada Tabel
49  menunjukan  masih  rendahnya  akses  masyarakat  TNKS  dalam  menjangkau berbagai  informasi  dari  luar  wilayah  TNKS,  sehingga  berpengaruh  terhadap
ketidakberdayaan bagi masyarakat TNKS. Salah  satu  bentuk  manfaat  dengan  adanya  kemudahan  akses    informasi
untuk  masyarakat  TNKS  adalah    adanya  ajakan  dari  wilayah  untuk  bekerja  dan berkembang, fasilitas bagi masyarakat setempat untuk berkembang lebih baik dari
luar,  akses  masyarakat  setempat  terhadap  sistem  sosial  di  luar  desa,  kesempatan masyarakat  setempat  untuk  mengikuti  pendidikan  atau  pelatihan,  dan  kemudahan
masyarakat setempat dalam menjangkau fasilitas-fasilitas sosial diluar wilayah. Tabel 49.  Skor Indikator Faktor Akses Informasi
Kode Indikator
Score
Q8 Informasi Kesempatan masyarakat setempat untuk mengikuti
diklat 1.692
Q1 Hambatan dari lingkungan di luar wilayah desa
1.201 Q14
Data  dan  informasi  tentang  masyarakat  di  dalam  dan  sekitar hutan
1.192 Q12
Pengembangan system informasi Pemberdayaan Masyarakat 0.953
Q4 Hambatan masyarakat  luar desa terhadap keinginan
masyarakat 0.737
Q7 Akses  terhadap sistem sosial di luar desa
1.628 Q9
Akses terhadap bantuan pemerintah 1.651
Q3 Sarana dan prasarana perhubungan untuk menuju wilayah
lain 1.458
Q13 Kesulitan dalam menjangkau fasilitas-fasilitas sosial diluar
wilayah 1.443
Q11 Fasilitasi pelayanan informasi dan penyediaan perangkat
TTG 1.414
Q10 Pengembangan informasi pasar bagi pemasaran produk
1.396 Q5
Fasilitas untuk berkembang lebih baik dari luar 1.289
Q6 Peluang atau ajakan dari wilayah lain untuk bekerja
1.245 Q2
Keadilan yang didapatkan dalam menuntu hak-haknya 1.092
Skor rata-rata 1.314
5.2.1.9. Pola Perencanaan Pembangunan
Pembangunan  merupakan  faktor  kunci  menjadi  masyarakat  yang  maju. Pembangunan  perlu  di  lakukan  dalam  berbagai  bidang.  Setiap  pembangunan
memiliki skala prioritas untuk bidangnya. Tabel 50. Skor Indikator Faktor Pola Perencanaan Pembangunan
Kode Indikator
Score R12  Peran Pemerintah Daerah dalam pembangunan kawasan TNKS   1.511
R1 Proses perencanaan pembangunan desa melalui prosedur
Musrenbang 1.404
R2 Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Kegiatan
pembangunan 1.228
R14  Fasilitasi Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa 1.212
R15  Kompetensi dalam Proses Perencanaan dan Pembangunan Partisipatif.
1.011 R3
Partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan
0.975 R4
Pendapat masyarakat dalam perencanaan pembangunan 1.047
R13  Partisipasi Wanita dalam perencanaan dan pembangunan 0.801
R5 Budaya menghambat pembangunan
2.689 R11  Fasilitasi Pendayagunaan Pusat Pertumbuhan Terpadu Antar
Desa. 1.025
R6 Pemahaman masyarakat terhadap manfaat dan pentingnya
pembangunan 1.772
R10  Penetapan Tipologi Desa sesuai karakteristik dan potensi SDA desa
1.033 R16  Perencanaan pengembangan Kader Pemberdayaan Masyarakat
0.875 R7
Jika ada proyek pembangunan, apakah anda pernah dimintai pendapat
0.862 R8
Penyusunan Rencana Pembangunan berbasis kebutuhan Masyarakat.
0.912 R9
Peran  masyarakat dalam penataan ruang kawasan perdesaan. 1.098
Skor rata-rata 1.216
5.2.1.10. Implikasi  Program pelestarian TNKS  Pembangunan
Masyarakat TNKS
Nilai  mean  score  sebesar  0,871  pada  Tabel  51  menunjukan  sangat rendahnya  implikasi  program  pembangunan  yang  selama  ini  dijalankan  terhadap
kesejahetraan  masyarakat.  Masyarakat  belum  dapat  menikmati  manfaat pembangunan  yang  telah  dilaksanakan  selama  ini,  mengingat  tingkat  pemenuhan
kebutuhan masyarakat  belum terlaksana, termasuk didalamnya masyarakat  belum mendapat  manfaat  dari  program  kesehatan  dan  pendidikan  gratis  yang
dicanangkan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Selatan.
Tabel 51.  Skor Indikator dari Faktor Implikasi Program Pembangunan Sebelumnya
Kode Indikator
Score S9
Tingkat Pemenuhan Kebutuhan masyarakat  desa 1.105
S17 Manfaat program kesehatan bagi  masyarakat
1.102 S7
Koordinasi dengan pihak dan instansi terkait 1.090
S1 Fasilitasi Pembangunan Kawasan Perdesaan Berbasis
Masyarakat 1.028
S4 Peningkatan Koordinasi Pembangunan desa tertinggal
1.032 S16
Pelaksanaan Sanksi penebangan pohon pelindung 1.021
S15 Sanksi  aktivitas pertambangan di dalam kawasan TNKS
0.987 S15
Sanksi jika salah dalam penggunaan kawasan hutan 0.932
S6 Pengembalaan ternak di hutan dan perburuan liar
0.929 S5
Lahan yang dikelola masyarakat ditetapkan sebagai kawasan TNKS
0.923 S18
Gangguan Taman Nasional akibat kelalaian 0.881
S16 Kondisi sosial, ekonomi, dan budaya
0.838 S8
ekspansi lahan untuk pertanian lainnya 0.826
S14 Gangguan terhadap satwa liar dan ekosistemmnya
0.804 S13
Sanksi penggunaan alat-alat yang dapat merusak hutan 0.770
S11 Melakukan perusakan Taman Nasional dengan sengaja
0.675 S10
Melakukan gangguan keutuhan Suaka Alam yang dengan sengaja
0.635 S3
Sanksi jika merusakmemindahkan tanda batas 0.631
S12 Sanksi terjadinya kebakaran hutan karena kelalaian
0.620 S2
Terjadi gangguan dan tekanan dari masyarakat sekitar kawasan
0.587 Skor rata-rata
0.871 Pada  sisi  pengelolaan  kawasan,  koordinasi  yang  dilakukan  juga  belum
berjalan  dengan  baik,  mulai  dari  Pemerintah  Pusat  dalam  hal  ini  dilakukan  oleh Balai TNKS, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten dan masyarakat
luas, hal ini dapat dilihat dari rendahnya koordinasi. Demikian  juga  berbagai  pelanggaran  dan  konflik  dengan  TNKS  masih
terus terjadi. Masyarakat masih belum memahami sepenuhnya akibat dari berbagai aktifitas  yang  mereka  lakukan  termasuk  sanksi-sanksi  yang  harus  mereka  emban
jika  melakukan  pelanggaran  seperti    sanksi  jika  merusakmemindahkan  tanda batas,  Sanksi  penebangan  pohon  pelindung,  Sanksi  jika  salah  dalam  penggunaan
kawasan hutan, gangguan taman nasional akibat kelalaian, sanksi penggunaan alat- alat  yang  dapat  merusak  hutan,  melakukan  perusakan  taman  nasional  dengan
sengaja,  melakukan  gangguan  keutuhan  suaka  alam  yang  dilakukan  dengan sengaja, sanksi terjadinya kebakaran hutan karena kelalaian, aturan pengembalaan
ternak di hutan, dll.
Keterkaitan Antar Faktor Eksternal:
Berdasarkan Gambar 26, dapat dilihat bahwa keragaman yang diterangkan oleh  oleh  sumbu  utama  1  sebesar  59.10  dan  sumbu  utama  2  sebesar  9.33,
sehingga secara keseluruhan keragaman yang dapat diterangkan oleh kedua sumbu tersebut  sebesar  68.43.  Plot  loading  faktor  di  atas  menunjukan  hubungan
kedekatan antar faktor. Faktor  E1,  E4,  E5,E7  ,E3,  E8  dan  E9    memiliki  hubungan  yang  cukup
dekat,  karena  masih  terletak  dalam  satu  kuadran  dan  sudut  yang  di  bentuk  antar faktor  sempit.  Kemudian  semakin  panjang  garis  menunjukan  bahwa  semakin
beragam kondisi dari faktor tersebut. Kemudian faktor E2, E6 dan E10 terletak di kuadran lainnya dan memiliki hubungan yang cukup dekat.
Gambar 26. Plot Nilai loading masing-masing faktor eksternal Kelompok  vektor  peubah  yang  membentuk  sudut  yang  cenderung  lancip
adalah  antara  vektor  E4  dukungan  politik,  E5  ketersediaan  pelatihan,    dan  E7 pola  perencanaan  pembangunan,    antara  vektor  E3  dukungan  kelembagaan
perbankan, E8 akses informasi, dan E9 Jaminan Ekonomi, dan   antara vektor E2 keberpihakan pemerintah dan E6 Implementasi kebijakan dan keterkaitanya
dengan  kebutuhan  lokal.    Masing-masing  kelompok  vector  indikator  faktor eksternal tersebut memiliki hubungan yang positif dan korelasi yang tinggi.
Vektor  indikator  E4,  E5,  dan  E7  menunjukkan  hubungan  yang  sangat tinggi.  ketiga  indikator  tersebut  memiliki  karakteristik  yang  hampir  sama.
politik  ternyata  juga  diikuti  dengan  rendahnya  partisipasi  masyarakat  dalam mengikuti  program  pelatihanan  dalam  peningkatan  kapasitas  keterampilan
masyarakat.  Sehingga  menyebabkan  rendahnya  penguasaan  terhadap  ilmu  dan teknologi,  khususnya  bidang  pertanian,  rendahnya  keterampilan  masyarakat
terhadap  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi  juga  berdampak  terhadap  rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam program perencanaan pembangunan daerah.
Vektor indikator E3, E8, dan E9 menunjukkan bahwa semakin pemerintah memberikan kemudahan dalam memberikan akses bantuan keuangan, baik dalam
hal  administrasi  dan  bantuan  bunga  kredit,  maka  jaminan  kesejahteraan masyarakat  dalam  perbaikan  ekonomi  akan  dapat  ditingkatkan.  Peran  serta
kelembagaan  keuangan  swasta  sangat  diharapkan  untuk  mempercepat pertumbuhan  perkeonomian.  Selain  itu,  akses  sumberdaya  informasi  juga  dapat
membantu  masyarakat  dalam  kejelasan  mendapatkan  bantuan  keuangan  dari lembaga  keuangan  baik  pemerintah  maupun  swasta.  Vektor  indikator  E2  dan  E6
menunjukkan  hubungan  yang  saling  mempengaruhi  satu  sama  lainnya,  ketika pemerintah  membuat  suatu  program  dan  kebijakan  yang  kurang  sesuai  dengan
kutuhan  lokal  masyarakat,  terutama  kebutuhan  masyarakat  terhadap  ketersediaan sarana  dan  prasarana,  masyarakat  merasakan  bahwa  pemerintah  kurang
memperhatikan kebutuhan mereka hingga muncul asumsi bahwa pemerintah tidak berpihak kepada masyarakat.
Vektor  peubah  yang  membentuk  sudut  yang  cenderung  tumpul  adalah vektor  E2  keberpihakan  pemerintah  atau  E6  Implementasi  kebijakan  dan
keterkaitannya  dengan  kebutuhan  lokal  dan  E8  akses  informasi.    Indikator- indikator tersebut masih memiliki hubungan yang positif, tetapi memiliki korelasi
yang kecil. Panjang  vektor  dalam  grafik  Biplot  menunjukkan  besar  atau  kecilnya
keragaman nilai yang dimiliki oleh masing-masing peubah. Peubah yang memiliki tingkat keragaman yang kecil digambarkan dengan vektor yang pendek, sedangkan
peubah  yang memiliki tingkat keragaman  yang besar digambarkan dengan vektor yang  panjang.  Dari  gambar,  semua  indikator  memiliki  tingkat  keragaman  yang
tinggi.  Pada  umumnya,  posisi  objek  indikator  faktor  eksternal  berdekatan  satu sama  lain,  hal  ini  menunjukkan  bahwa  secara  umum  faktor  ektsernal  yang
mempengaruhi  ketidakberdayaan  masyarakat  memiliki  karakteristik  yang  sama.
Nilai  indikator  faktor-faktor  eksternal  yang  rendah  secara  keseluruhan  juga menunjukkan bahwa masyarakat di daerah penelitian masih kecilnya faktor-faktor
dari  luar  lingkunngan  yang  dapat  mempengaruhi  atau  mengubah  pola  pikir  dan kebiasaan  masyarakat  sehingga  membuat  tingkat  kesejahteraan  masyarakat
meningkat.
5.3. Perumusan Konsep Pemberdayaan Masyarakat