untuk mengetahui variabel mana saja yang menjadi faktor internal, maka dari itu jika di gabungkan maka tetap ada 13 variabel yang menjadi faktor internal. Begitu
pula dengan variabel-variabel dari faktor eksternal, berdasarkan tabel di atas maka semua variabel menjadi faktor eksternal. Berdasarkan hasil analisis faktor di atas,
maka dapat diulas lebih lanjut mengenai nilai mean score dari masing-masing variabel faktor internal dan eksternal.
5.2. Faktor-Faktor Ketidakberdayaan
5.2.1.
Faktor-faktor Internal
Hasil analisis
faktor yang
menjadi faktor
internal penyebab
ketidakberdayaan masyarakat TNKS. Nilai mean score masing-masing faktor internal dapat dilihat pada Gambar 22.
Gambar 22. Histogram Mean Score Masing-masing Faktor Internal Terlihat dari histogram pada gambar 22, faktor dengan mean score
tertinggi adalah faktor Potensi SDA, sedangkan yang memiliki nilai mean score terendah adalah konflik sosial dan lingkungan.
5.2.1.1. Potensi SDA TNKS
Mean score untuk potensi SDA di kawasan TNKS mempunyai nilai tertinggi dibanding mean score faktor-faktor lainnya. Faktor ini dibangun dari sub
faktor-sub faktor yang dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 30.
Tabel. 30 Skor Indikator dari Faktor Potensi Sumber Daya Alam
Kode Indikator
Score F9
Potensi Hidrologis TNKS
4.741
F10 Potensi Kayu dan Non Kayu
4.273
F8 Tingginya Potensi Sumberdaya Hayati
4.303
F1 Potensi Bahan Tambang
4.385
F6 Potensi Kesuburan lahan
4.538
F7 Potensi Objek Wisata Alam
4.802
F2 Potensi Flora dan Fauna exotic dan langka
4.697
F3 Potensi Budaya Masyarakat
3.667
F4 Potensi Tumbuhanflora bahan obat-obatan
4.636
F5 Potensi Pemanfaatan jasa lingkungan
4.039
Skor rata-rata mean score
4.408 Dari Tabel 30 dapat dijelaskan potensi-potensi yang terkandung di TNKS,
bahwa Taman Nasional Kerinci Seblat merupakan penyatuan dari berbagai kawasan-kawasan cagar alam, hutan lindung dan hutan produksi terbatas di
sekitarnya yang berfungsi sebagai hidro-orologis yang sangat vital bagi wilayah sekitarnya. Kelompok hutan tersebut merupakan daerah aliran sungai DAS
utama, yaitu DAS Batanghari, DAS Musi dan DAS wilayah pesisir bagian barat. DAS tersebut sangat vital peranannya terutama untuk memenuhi kebutuhan
air bagi kehidupan jutaan orang. Khusus wilayah pedesaan sebagai lokasi penelitian bahwa di kawasan ini merupakan Potensi sumber daya alam termasuk di
dalamnya keragaman hayati atau biodiversity yang sangat besar di kawasan TNKS dapat menjadi sumber penghasilan yang tidak akan pernah habis dan dapat
diandalkan sebagai tulang punggung pengembangan berbagai kebutuhan hidup. Keragaman hayati yang lengkap juga diperlukan guna menciptakan lingkungan
hidup yang mampu memenuhi kebutuhan manusia, baik dari segi fisik udara dan air bersih, keperluan estetika dan juga kebutuhan spiritual.
5.2.1.2. Nilai-nilai Budaya dan Kearifan Lokal
Berdasarkan mean score pada Tabel 31 mengenai nilai-nilai budaya dan kearifan lokal masyarakat di 4 desa kawasan TNKS mempunyai skor tertinggi
kedua, yaitu sebesar 3.317, pada skala likert nilai ini cukup besar di antara score yang lain, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai-nilai budaya dan kearifan
yang dijunjung oleh masyarakat masih cukup kuat dan ini merupakan modal sosial dalam proses pemberdayaan masyarakat TNKS selanjutnya.
Tabel 31. Skor Indikator Nilai-nilai Budaya kearifan lokal
Kode Indikator
Mean Score
D5 Kepatuhan terhadap Pimpinan di daerah bupaticamatkades
4.201
D2 Kepercayaan dan kepatuhan terhadap peraturan-peraturan,
norma-norma dan nilai-nilai yang dianut secara turun temurun
3.578
D8 Percaya kalau keputusankebijakan pemerintah selalu bertujuan
baik dan untuk mensejahterakan rakyat
3.482
D15 Kepercayaan terhadap kekuatan gaib roh-roh yang memelihara
alam
3.341
D10 Kebiasaan tolong menolong sesama warga
3.711
D1 Keyakinan terhadap adat dan kepercayaan tradisional
3.877
D4 Keterlibatan Kegiatan gotong royong di lingkungan desa
3.087
D3 Mengikuti perayaan ritual adat dan budaya
3.026
D6 Menitipkan rumah pada tetangga jika harus bepergian atau
menginap
3.096
D9 Menitipkan anak balita pada tetangga jika harus keluar rumah
3.096
D11 Hambatan adat istiadat kepercayaan terhadap tuntutan
kemajuan disegala bidang
3.017
D7 Pertentangan antara adat dan kepercayaan dengan kemajuan dan
tuntutan kebutuhan hidup
2.894
D12 Kebiasaan mengantar makanan dengan tetangga
2.552
D14 Kebiasaan bersilaturrahmi dengan anggota komunitas
pengajian, arisan, olah raga,dll
3.377
D13 Kepercayaan bahwa manusia dan alam perlu hidup dalam satu
kesatuan ekosistem
3.421
Skor rata-rata
3.317 Kebudayaan masyarakat TNKS cukup beragam yakni dengan berbagai
etnik. Etnik yang ada mempunyai keunikan masing-masing seperti dalam hal bahasa, kesenian, pola hubungan, orientasi nilai budaya, etika tata krama dan
sebagainya. Etnik yang ada di TNKS wilayah Musi Rawas adalah etnik Rejang Rawas, Rawas, Lakitan Ulu Terawas, dan etnik Kubu Rawas. Keberagaman etnik
juga mempengaruhi terhadap keyakinan mereka akan Tuhan agama. Etnik Rejang Rawas, Rawas dan Lakitan Ulu Terawas umumnya beragama Islam.
Sementara etnik Kubu Suku Anak Dalam merupakan salah satu contoh etnik penduduk asli yang cenderung menutup diri dari pengaruh dunia luar. Mereka
memiliki budaya yang khas dan unik yang tinggal di hutan-hutan pedalaman kawasan TNKS dengan kepercayaan Hindu dan aliran kepercayaan Frankistoro,
2006. Kearifan lokal termasuk didalamnya kepercayaan masyarakat setempat
terhadap Tuhan ternyata juga mempengaruhi keberhasilan dalam pengelolaan kawasan perlindungan. Hal ini dikarenakan masyarakat yang beragama memiliki
pedoman untuk memanfaatkan alam sebagaimana mestinya. Semakin patuh masyarakat di sekitar kawasan tersebut terhadap nilai dan norma dari kepercayaan
yang mereka anut, semakin mudah mereka untuk memahami betapa pentingnya memelihara alam. Kepercayaan terhadap kekuatan gaib seperti roh-roh yang ada
dalam sumberdaya alam juga mempengaruhi kelestarian sumberdaya alam dan pengelolaan kawasan perlindungan.
Selanjutnya banyak kawasan yang terjaga kelestarian sumber daya alamnya adalah kawasan keramat alami sacred natural site karena tidak dapat
sembarangan diakses. Kawasan alami ini dapat bertahan dari degradasi lingkungan karena menyatu dengan sistem budaya dan kepercayaan masyarakat setempat.
Pengeramatan ini berlaku di kawasan TNKS yang melarang masyarakat untuk mengakses suatu kawasan yang dianggap keramat. Dapat dipahami, di kawasan
tersebut terdapat keanekaragaman hayati yang langka dan harus dilindungi. Masyarakat tradisional telah mampu dan mengakumulasikan pengetahuan
empirik yang berharga dari ratusan tahun pengalaman mereka berinteraksi dengan lingkungan dan sumber daya alam. Kearifan tradisional ini berdasarkan
pemahaman bahwa manusia dan alam membentuk kesatuan yang tak terpisahkan sehingga harus kompak dan berdampingan. Pandangan ekologi-sentris masyarakat
ini secara umum direfleksikan dalam sikap mereka terhadap tumbuhan, binatang, dan lingkungan alam Soedjito dan Sukara, 2006.
5.2.1.3. Potensi SDM Masyarakat TNKS
Suatu wilayah yang kaya akan sumberdaya alam, tidaklah dengan sendirinya memberikan kemakmuran bagi warga masyarakatnya, jika sumberdaya
manusia yang ada didalamnya tidak mampu memanfaatkan dan mengembangkan teknologi guna memanfaatkan sumber alamnya. Sebaliknya, wilayah yang terbatas
akan sumberdaya alam, namun terdapat SDM yang cakap dalam mengembangkan teknologi, ternyata lebih cepat berkembang dibandingkan wilayah lainnya yang
tidak cukup mempunyai sumberdaya alam dan manusia yang unggul. Hal ini berarti bahwa sumberdaya manusia memiliki peran penting dalam proses
pemakmuran suatu wilayah. Sumberdaya manusia berperan ganda, baik sebagai obyek namun sekaligus sebagai subyek pembangunan. Sebagai obyek
pembangunan, SDM merupakan sasaran pembangunan untuk disejahterakan, dan
menentukan kemajuan. Tabel 32. Skor Indikator dari Faktor Potensi SDM
Kode Indikator
Mean Score
M1 Jumlah Penduduk di kawasan yang relatif tinggi
3.929
M4 Semangat meningkatkan pendidikan dan mengikuti Diklat
3.815
M2 Jumlah Penduduk usia produktif yang tinggi
3.771
M7 Keinginan untuk berpartisipasi dalam pembangunan
3.763
M5 Keinginan untuk meningkatkan taraf hidup
3.377
M3 Keingingan untuk maju dan berubah kearah yang lebih baik
3.245
M8 Keinginan untuk menjaga kelestarian TNKS
2.824
M9 Memanfaatkan kawasan secara bijaksana
2.711
M10 Keinginan untuk meningkatkan derajat kesehatan
2.596
M6 Keiniginan berpartisipasi dalam pengelolaanmenjaga
kelestarian TNKS
2.017
M11 Kemauan untuk mematuhi peraturanlarangan
1.807
M12 Pemahaman terhadap batas - batas kawasan TNKS
1.964
Skor rata-rata
2.985 Skore pada Tabel 32 mengenai potensi masyarakat kawasan TNKS.
menggambarkan nilai rata-rata dari faktor potensi SDM sebesar 2.985 menunjukan masyarakat di wilayah TNKS memiliki potensi SDM yang cukup besar dan dapat
diharapkan mampu mendukung proses pemberdayaan masyarakat di kawasan TNKS.
Sumberdaya manusia atau biasa disingkat menjadi SDM merupakan potensi yang dimiliki kawasan TNKS dan merupakan makhluk sosial yang adaptif
dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam
tatanan yang seimbang dan berkelanjutan. Dalam pengertian masyarakat TNKS sehari-hari, SDM lebih diartikan sebagai bagian integral dari sistem yang
membentuk suatu sistem kawasan hutan. Oleh karena itu, masyarakat TNKS sebagai kekuatan SDM harus mengambil peranan dalam pembangunan mereka
sendiri dan kawasan yang menaunginya. Masyarakat TNKS sebagai potensi SDM bukan sebagai sumberdaya
belaka, melainkan lebih berupa modal atau aset bagi kawasan dan pemerintah, yang dianggap tidak hanya sebagai Human Resources HR, tetapi sudah menjadi
Human Capital yang dapat dijadikan sebagai asset investasi yang bernilai, yang dapat dilipatgandakan atau dikembangkan potensinya.
Berdasarkan data pada tahun 2009, jumlah penduduk di desa Pasenan sebanyak 1.282 jiwa, di Desa Napal Melintang sebanyak 731 jiwa, di desa Napal
Licin sebanyak 1344 jiwa dan Desa Batu Gane sebanyak 1240 jiwa sehingga total jumlah penduduk di ke empat desa adalah 9615 jiwa. Banyaknya jumlah
penduduk yang ada pada kawasan ini akan sangat membantu dalam proses pengelolaan kawasan TNKS dan proses pembangunan berkelanjutan demi
terwujudnya kondisi ekonomi dan sosial yang stabil.
5.2.1.4. Persepsi Masyarakat terhadap TNKS
Hasil analisis pada Tabel 33 menunjukkan bahwa persepsi masyarakat terhadap kawasan Taman Nasional sangat bervariasi. Berdasarkan batas kriteria
yang ditetapkan, persepsi masyarakat positif, karena masyarakat memiliki sikap positif terhadap keberadaan kawasan taman nasional yang harus dilestarikan nilai
skor 3, positifnya persepsi masyarakat terhadap kawasan taman nasional maka akan berlanjut dalam menentukan perilaku individu tersebut. Hal yang menarik
dari penelitian ini adalah masyarakat bersedia berpartisipasi ikut menjaga kelestarian kawasan taman nasional, jika kebutuhan sehari-hari dapat terpenuhi.
Tabel 33. Skor indikator dari faktor persepsi terhadap kawasan TNKS
Kode Indikator
Score
J7 Persepsi masyarakat terhadap batas desa yang termasuk dalam
kawasan TNKS 3.523
J2 Persepsi jika diberi kesempatan mengolah lahan di hutan TNKS
3.061 J3
Persepsi terhadap manfaat TNKS untuk ekosistem dan lingkungan 2.912
J6 TNKS merupakan kawasan konservasi dan tidak untuk dirambah
2.811 J8
Manfaat TNKS bagi kehidupan 2.523
J9 Pemberantasan illegal logging di kawasan TNKS
2.381 J1
Persepsi terhadap nilai-nilai yang dimiliki TNKS 2.194
J4 Pengetahuan batas-batas kawasan TNKS
1.696 J10
Persepesi tentang kesepakatan konservasi desa yang dicanangkan dalam ICDP
1.731 J5
Pengaruh keterlibatan dalam KKD terhadap pemahaman dan kehidupan masyarakat
1.164 Skor rata-rata
2.399
Namun jika dilihat secara keseluruhan masih rendah, hal ini dapat dilihat dari Mean score sebesar 2,399 menunjukan bahwa persepsi masyarakat TNKS
terhadap kawasan konservasi masih rendah. Persepsi masyarakat TNKS terhadap kawasan konservasi tersebut meliputi indikator pandangan terhadap nilai-nilai
pemanfaatan TNKS, pengetahuan tentang batas-batas kawasan TNKS, pengetahuan tentang fungsi penetapan hutan dan ekosistem TNKS, frekuensi
penyuluhan tentang kehutanan dan agroforestry, tingkat kepedulian terhadap pemberantasan illegal loging, serta manfaat TNKS.
Rendahnya persepsi terhadap fungsi TNKS, karena sebagian masyarakat tidak memahami pentingnya fungsi TNKS, hal ini disebabkan kurangnya
informasi tentang fungsi kawasan TNKS. Dengan demikian perlu adanya perhatian khusus dari pemerintah setempat, untuk meningkatkan persepsi masyarakat.
Indikator lain yang menunjukkan masih rendahnya persepsi masyarakat terhadap kawasan konservasi antara lain masih sedikitnya peran masyarakat dalam
Kesepakatan Konservasi Desa KKD, hal ini dibuktikan dengan nilai skor sebesar 0,51 yang menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang tidak terlibat dalam
KKD. Selain itu keterlibatan dalam KKD ICDP juga masih tidak ada. Selain itu frekuensi penyuluhan tentang kehutanan dan agroforestry masih rendah.
Rendahnya persepsi masyarakat terhadap kawasan konservasi juga tidak terlepas dari tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah. Rendahnya tingkat
pendidikan menyebabkan masyarakat sulit untuk menerima informasi dengan cepat. Akses terhadap informasi yang kurang berpengaruh terhadap persepsi
masyarakat terhadap kawasan konservasi. Selain itu, peran serta dalam kelembagaan dan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kawasan
konservasi yang masih kurang maksimal.
5.2.1.5. Interaksi Masyarakat TNKS dengan Masyarakat Luar Kawasan
Nilai Mean Score sebesar 2,064 dari Tabel 34 menunjukan masih kurangnya interaksi sosial masyarakat dengan lingkungan luar, sehingga
mempunyai pengaruh sedang terhadap ketidakberdayaan masyarakat TNKS. Masyarakat desa di TNKS sebenarnya masih memiliki semangat dan
keinginan untuk memperbaiki kondisi kehidupan. Baik itu melalui pelatihan ataupun kegiatan lain yang sifatnya membangun. Fasilitas pelatihan yang kurang
dan sebagian besar waktu masyarakat yang dihabiskan untuk bertani dan berkebun membuat interaksi masyarakat sangat terbatas. Kesulitan berinteraksi dengan dunia
luar juga ada kaitannya dengan posisi geografis desa-desa TNKS dan kondisi infrastruktur khususnya transportasi yang masih sangat terbatas.
Tabel 34. Indikator Faktor interaksi dengan masyarakat luar kawasan
Kode Indikator
Score
E13 Keinginan belajar jika ada penyuluhan dan teknik baru dalam
menjalankan usaha 3.872
E16 Keinginan untuk sama dengan kehidupan orang yang lebih baik
3.831 E15
Ketergantungan terhadap lembaga sosial ekonomi di luar desa 3.322
E12 Perilaku jika berada ditengah-tengah orang lain yang lebih maju
2.991 E4
Fasilitas angkutan dalam desa maupun antar desa 2.414
E3 Kemudahan menghubungi sanak famili di luar desa
2.273 E6
Jumlah saudara yang tinggal di luar desa 1.921
E1 Kemudahan melakukan perjalanan ke luar desa
1.861 E14
Semangat untuk mencari kebutuhan hidup diluar desa sendiri 1.821
E2 Kemudahan memperoleh informasi dari luar daerah
1.802 E11
Kemudahan memperoleh kebutuhan hidup yang berasal dari luar desa
1.796 E7
Kunjungan sanak famili dari luar desa 1.625
E8 Pengetahuan terhadap kejadian-kejadian di luar desa
1.623 E9
Pengaruh kondisi dan informasi di luar wilayah desa terhadap kehidupan
1.585 E5
Frekuensi melakukan perjalanan satu tahun terkahir 1.182
E10 Frekuensi melakukan interaksi dengan orang di luar desa
1.115 E17
Ketergantungan terhadap orang lain 1.062
E18 Fasilitas angkutan dalam desa maupun antar desa
1.051 Skor rata-rata
2.064
Rendahnya jejaring informasi adalah permasalahan sosial ekonomi yang dapat menghambat pencapaian kegiatan pemberdayaan masyarakat. Akibat
rendahnya jejaring informasi masyarakat tidak mengetahui potensi sumberdaya sekitarnya sehingga masyarakat cenderung menjadi objek pihak lain dan
kurangnya dorongan untuk maju. Implikasinya, pemanfaatan kesempatan usaha tidak optimal, kemampuan mendapat nilai tambah menjadi sulit, harga jual hasil
produksi masyarakat tertekan, dan masyarakat sulit melepaskan diri dari kungkungan sistem yang membelenggu masuknya arus informasi.
Ada kalanya masyarakat yang mempunyai cukup informasi memiliki keinginan yang kuat untuk melepaskan diri dari lingkaran kemiskinan. Keinginan
masyarakat untuk meningkatkan pendapatan seringkali terhambat karena keterbatasan modal ekonomi. Terbatasnya modal ekonomi masyarakat ini
berdampak pada terhambatnya pemanfaatan lebih lanjut sumber daya hutan, rendahnya peluang berusaha, dan sulitnya mengembangkan potensi dan mendapat
nilai tambah sehingga pada akhirnya cenderung berorientasi pada eksploitasi illegal sumber daya hutan.
Interaksi dapat diartikan sebagai bentuk hubungan sosial yang dinamis menyangkut hubungan perorangan, antar orang dengan kelompok, maupun antar
kelompok manusia. Bentuk interaksi tidak hanya terjadi antar manusia saja, tetapi juga terjadi antara manusia dengan alam di sekitarnya. Interaksi antara masyarakat
dengan kawasan perlindungan ternyata dapat mempengaruhi pengelolaan kawasan perlindungan tersebut, serta erat kaitannya dengan keberdayaan masyarakat di
dalam kawasan.
5.2.1.6. Akses Terhadap Kelembagaan Sosial dan Ekonomi
Nilai mean score sebesar 1,793 pada Tabel 35 menunjukan lemahnya struktur-struktur penghubung mediating structures yang memungkinkan
kelompok-kelompok lemah mengekspresikan aspirasi dan menunjukkan kemampuannya terhadap lingkungan sosial yang lebih luas, seperti organisasi-
organisasi sosial, lembaga-lembaga keagamaan dan lembaga keluarga yang secara tradisional merupakan lembaga alamiah yang dapat memberi dukungan dan
bantuan informal, pemecahan masalah dan pemenuhan kebutuhan para anggotanya mengakibatkan ketidakberdayaan bagi masyarakat TNKS.
Tabel 35. Faktor Akses terhadap kelembagaan Sosial Ekonomi
Kode Indikator
Score
D1 Kemudahan memperoleh pekerjaan formal
2.298
D6 Kemudahan terhadap akses kelembagaan desa
2.877
D14 Percaya pada pengurus dan pengelolaan keuangan desa
2.719
C12 Keutuhan lembaga-lembaga marga dan keluarga
2.184
C13 Lembaga yang dapat memberi modal dengan persyaratan rendah
2.193
D4 Manfaat dari kegiatan sosial yang diikuti
2.088
C1 Hubungan sosial kekerabatan
1.930
C2 Pelaksanaan adat istiadat, pola dan sistem produksi
1.877
C9 Keaktifan dalam kepengurusan sosial desa
1.816
C11 Akses terhadap modal dengan suku bunga rendah,
1.614
D5 Keaktifan dalam kepengurusan sosial desa
1.675
C8 Kemudahan terhadap akses kelembagaan desa
1.509
D17 Kemudahan akses terhadap organisasi sosial-ekonomi
1.491
C10 Akses terhadap koperasi, UKM dan lembaga keuangan
1.412
C4 Keikutsertaan dalam organisasi sosial
1.377
C14 Lemahnya perlindungan terhadap aset usaha
1.289
C6 Keterlibatan dalam sistem politik desa
1.175
C8 Kemudahan untuk memperoleh izin usaha
0.754
Skor rata-rata
1.793
Rendahnya hubungan sosial yang terjadi di masyarakat tidak terlepas dari aktifitas masyarakat desa yang sebagian besar adalah bertani atau berkebun, yang
dilakukan masyarakat mulai dari pagi sampai sore, sehingga tidak memungkinkan masyarakat berhubungan ataupun berpartisipasi dalam kelembagaan sosial yang
ada. Aspek kelembagaan merupakan salah satu hal terpenting dalam rencana
pemberdayaan masyarakat TNKS. Beberapa isu pokok dalam aspek kelembagaan pemberdayaan masyarakat TNKS antara lain adalah: kurangnya peran dan
sinergitas diantara para pihak stakeholder, baik sinergitas antar sektor maupun antar tingkat pemerintahan; lemahnya akses masyarakat terhadap modal finansial,
lahan, saprodi, pasar, iptek, informasi, dan dalam proses pengambilan kebijakan; melemahnya
social capital kepercayaan, kebersamaan, partisipasi, jejaring masyarakat yang diberdayakan; kesenjangan antara kebijakan dan pelaksanaan;
lemahnya posisi tawar masyarakat dalam kemitraan pengelolaan sumber daya hutan; dan lemahnya data dan informasi tentang masyarakat di dalam dan sekitar
hutan serta kurangnya kepedulian terhadap data. Kurangnya lapangan pekerjaan serta banyaknya masyakarakat yang bekerja
pada lapangan kerja yang kurang produktif berakibat pada rendahnya pendapatan sehingga mereka tergolong miskin. Masyarakat juga mempunyai akses yang
terbatas untuk memulai dan mengembangkan koperasi dan usaha, mikro, dan kecil KUMK. Permasalahan yang dihadapi antara lain adalah sulitnya mengakses
modal dan rendahnya kapasitas kewirausahaan dan terbatasnya akses terhadap informasi, pasar, serta sulitnya memanfaatkan bantuan teknis dan teknologi.
Permasalahan lainnya adalah masih terbatasnya lembaga resmi yang dapat memberi modal dengan persyaratan yang dapat dipenuhi oleh kapasitas
masyarakat TNKS. Di sisi lain, masalah yang dihadapi masyarakat adalah terbatasnya dukungan
produksi, tata niaga yang tidak efisien dan rendahnya penerimaan usaha tani. Kurangnya lapangan kerja yang tersedia menyebabkan masyarakat semakin
tergantung pada sumber daya hutan dan masyarakat cenderung melegalkan segala cara dalam mengeksploitasi sumber daya hutan. Kurangnya lapangan kerja
mengakibatkan banyak pengangguran maupun setengah penganggur, sehingga produktivitas masyarakat rendah dan mudah dihasut untuk melakukan kegiatan
semakin terancam.
5.2.1.7. Posisi geografis dan kondisi infrastruktur
Wilayah TNKS sangat luas dan bervariasi. Umumnya secara geografis daerah TNKS relatif sulit dijangkau karena letaknya yang jauh di pedalaman,
perbukitanpegunungan, kawasan terpencil atau karena faktor geomorfologis lainnya sehingga sulit dijangkau oleh jaringan baik transportasi maupun media
komunikasi. Secara fisik kondisi kawasan TNKS bergunung dan berbukit yang sulit ditembus dengan sarana perhubungan biasa atau kendaraan roda empat.
Sarana perhubungan yang memungkinkan untuk mencapai kawasan angkutan sungai, itupun sangat tergantung dengaan kondisi air sungai serta sepeda motor.
Mean skore sebesar 1.785 pada Tabel 36 menunjukan terbatasnya kondisi infrastruktur dan kurang strategisnya posisi geografis desa, hal ini juga dapat
menjadi faktor penghalang proses pemberdayaan masyarakat. Tabel 36. Faktor Kondisi Infrastruktur dan Posisi Geografis
Kode Indikator
Score K2
Kondisi Jalan dan jembatan menuju desa 2.682
K6 Kondisi fisik wilayah berbukit, pegunungan,
2.323 K8
Kondisi angkutan desa 2.241
K5 Transportasi sungai
2.321 K4
Akses terhadap informasi, pasar, dan saprodi 2.201
K11 Sarana sanitasi permukiman
2.131 K9
Media komunikasi dan informasi 2.004
K7 Fasilitas pasar desa
1.982 K14
Akses terhadap bantuan teknis dan teknologi 1.845
K1 Posisi geografis di kawasan TNKS, terpecil dan sulit dijangkau
1.765 K15
Kondisi jaringan listrik 1.282
K13 Fasilitas persampahan
1.254 K3
Kondisi keanekaragaman hayati yang tinggi 1.246
K12 Sarana irigasi
1.032 K10
Sarana air bersih 0.831
Skor rata-rata 1.785
Walaupun menyimpan sumberdaya alam yang melimpah, pembangunan ekonominya menghadapi tantangan-tantangan luar biasa. Rintangan yang harus
dihadapi bersifat fisik – yaitu jarak yang sangat jauh, pegunungan yang curam, dataran rendah berawa-rawa, tanah yang rapuh, curah hujan musiman yang tinggi
dan kepadatan penduduk yang rendah. Keterbatasan prasarana dan sarana komunikasi, transportasi, air bersih, irigasi, kesehatan, pendidikan, dan pelayanan
lainnya yang menyebabkan masyarakat di kawasan TNKS masih mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas ekonomi dan sosial.
Masih lemahnya kondisi infrastruktur dikawasan TNKS, sangat dirasakan oleh masyarakat umum. Salah satu kelemahan yang menonjol adalah akses
transportasi yang sangat terbatas, sehingga masyarakat kesulitan untuk memobilisasi produk-produk pertanian yang dihasilkan di desa. Kelemahan ini
tergambar dari masih rendahnya aktifitas bepergian bagi masyarakat, karena tidak tersedianya sarana dan prasarana transportasi.
Infrastruktur lain yang juga belum dapat dinikmati oleh sebagian besar masyarakat desa TNKS seperti pasokan listrik, prasarana lingkungan
permukiman, fasilitas pasar, dan lain-lain. Di sisi lain, pembangunan infrastruktur dihadapkan pada tantangan mengingat kawasan ini adalah kawasan konservasi.
Secara umum walaupun kawasan TNKS luas akan tetapi perubahan sosial sulit terjadi di kawasan ini. Hal ini di karenakan lokasi masyarakat TNKS jauh dari
pusat perkembangan kota sebagai akses utama perdagangan.
5.2.1.8. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Kawasan
Partisipasi masyarakat TNKS dalam pengelolaan TNKS masih sangat rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai mean score sebesar 1,551 pada Tabel 37.
Rendahnya partisipasi masyarakat TNKS baik dalam keterlibatan pengambilan keputusan, pelaksanaan program pengelolaan kawasan, keikutsertaan dalam
organisasi, dan keikutsertaan dalam menikmati hasil-hasil pembangunan berpengaruh
terhadap masa
depan kawasan
TNKS dan
tingkat kesejahteraanketidakberdayaan masyarakat.
Ketergantungan masyarakat yang masih cukup tinggi terhadap keberadaan kawasan TNKS seharusnya menjadikan masyarakat sadar bahwa
mereka juga ikut bertanggungjawab terhadap kelestarian kawasan TNKS. Tidak hanya itu, pihak pengelolah TNKS seharusnya juga terus memberikan pengarahan
kepada masyarakat akan pentingnya menjaga kawasan konservasi. Melibatkan masyarakat dalam hal pengambilan keputusan serta menempatkan mereka dalam
struktur kelembagaan merupakan cara untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab masyarakat terhadap kelestarian kawasan TNKS.
Tabel 37. Skor Faktor Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan TNKS
Kode Indikator
Score
I5 Keikutsertaan dalam Penerapan UU tentang konservasi 2.253
I6 Ketergantungan Kehidupan masyarakat dengan wilayah TNKS 1.962
I2 Keikutsertaan dalam menjaga dan mengamankan hutan 1.885
I10 Manfaat yang dirasakan jika diajak terlibat dalam kegiatan konservasi
1.844 I8 Pemahaman manfaat penggunaan teknologi pertanian
1.756 I9 Pengetahuan batas-batas kawasan TNKS
1.721 I4 Keterlibatan dalam pengelolaan TNKS
1.684 I7 Kegiatan pertanian dan kehutanan masyarakat TNKS
1.682 I3 Keterlibatan dalam proses pembuatan keputusan
0.943 I11 Keikutsertaan dalam organisasi yang menangangi konservasi
0.755 I1 Kepatuhan melaksanakan kegiatan pertanian sesuai aturan
konservasi 0.581
Skor rata-rata 1.551
Salah satu penyebab kurang sesuainya rumusan kebijakan publik dengan kebutuhan masyarakat adalah lemahnya partisipasi mereka dalam perumusan dan
pelaksanaan kebijakan. Rendahnya tingkat kesadaran untuk berpartisipasi dan tidak adanya akses untuk melakukan partisipasi penyebab lemahnya partisipasi
masyarakat. Rendahnya partisipasi masyarakat TNKS dalam perumusan kebijakan juga disebabkan oleh kurangnya informasi baik mengenai kebijakan yang akan
dirumuskan maupun mekanisme perumusan yang memungkinkan keterlibatan mereka.
5.2.1.9. Alternatif mata pencaharian dan tingkat kesejahteraan
Sumberdaya alam yang ada dikawasan TNKS kurang termanfaatkan secara baik dan optimal. Kawasan TNKS yang dikaruniai sumber daya alam melimpah
seperti tanah yang relatif subur, kawasan hutan yang luas dan kaya berbagai bahan mineral, namun kenyataan yang dihadapi seolah-olah kawasan ini sangat minim
sumber daya alam. Memang suatu kenyataan yang sangat ironis, bahwa di kawasan yang dikenal kaya dengan sumber daya alam dan didukung jumlah
penduduk yang relatif besar, tetapi masih terbelenggu masalah kemiskinan dan kemelaratan. Kondisi ini mengindikasikan bahwa daerah ini menghadapi persoalan
yang serius dalam pengelolaanpemanfaatan sumber daya alam secara optimal dan berkelanjutan.
Tabel 38. Skor Indikator dari Faktor Alternatif Mata Pencaharian dan Tingkat Kesejahteraan
Kode Indikator
Score F12
Pengaruh kehilangan pendapatan akibat dilarang masuk TNKS 1.992
F13 Peran pemanfaatan teknologi dalam meningkatkan pendapatan
1.763 F11
Informasi dalam mencari pekerjaan dan pendapatan lain 1.371
F15 Tingkat pemenuhan kebutuhan hidup dan gizi dalam keluarga
1.369 F10
Kemudahan mendapatkan pekerjaan 1.367
F8 Luas kepemilikan lahan yang dikuasai untuk usaha pertanian
1.279 F1
Sumber pendapatan dari sektor pertanian 1.287
F6 Penggunaan lahan rumah tangga untuk tambahan usaha
pertanian 1.119
F4 Pendapatan dari subsidi pemerintah atau lembaga keuangan lain
1.109 F16
Pemenuhan biaya kesehatan 1.091
F17 Tingkat pemenuhan kebutuhan sekunder
1.032 F14
Akses terhadap lembaga Koperasi, UKM, dan lembaga keuangan
0.954 F18
Pemenuhan untuk biaya sosial 0.952
F19 Pemenuhan biaya pendidikan
0.935 F7
Tambahan pendapatan dari hasil hutan 0.859
F9 Sumber pendapatan dari lapangan kerja lain yang ditekuni
0.758 F7
Sumber pendapatan dari hasil hutan selain kayu jasa lingkungan 0.581
F2 Pendapatan dari usaha dagang dalam mencukupi kebutuhan
keluarga 0.486
F3 Kontribusi sumber pendapatan dari usaha diluar desa
0.462 Rata-rata
1.093 Sumber daya alam yang melimpah belum menjamin suatu komunitas atau bangsa
akan makmur dengan tingkat kesejahteraan rakyat yang tinggi. Jika sumber daya alam tersebut tidak dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi peningkatan kesejahteraan
rakyat. Bahkan ada gejala pengelolaanpemanfaatan sumber daya alam tidak bijaksana dan tidak optimal. Akibatnya kerusakan lingkungan dan ekosistem yang terjadi seperti di
daerah TNKS pada dekade terakhir terasa begitu dahsyat. Oleh karena itu, dalam upaya meningkatkan pengelolaan pemanfaatan sumber daya alam secara optimal dan
berkelanjutan diperlukan kesadaran, keterampilan, keahlian dan kepedulian dari manusia pengelolanya.
Nilai mean score sebesar 1,093 menunjukkan rendahnya alternatif mata pencaharian, sumber pendapatan, lapangan kerja, penguasaan lahan dan akses terhadap
SDA lainnya, hal ini mengingat masyarakat berada pada kawasan konservasi TNKS dengan lokasi yang cukup jauh dari pusat perkembangan. Berdasarkan Tabel dibawah ini,
dapat kita ketahui bahwa semua indikator yang menyusun faktor ini mempunyai pengaruh yang tinggi terhadap ketidak berdayaan masyarakat TNKS, karena memiliki skor yang
sangat rendah. Hal ini didukung oleh data pengeluaran rata-rata masyarakat TNKS yang sangat kecil yaitu sebesar Rp. 286.938,98 per bulan.
Rendahnya sumber pendapatan masyarakat desa lebih disebabkan oleh mata pencarian masyarakat yang hanya sebagai petani dan berkebun. Masyarakat kurang
mampu untuk mencari sumber pendapatan lain dikarenakan kurangnya kemampuan atau keterampilan. Penguasaan terhadap teknologi juga memiliki peranan penting dalam
pemberdayaan masyarakat, karena teknologi dapat memanfaatkan SDA yang berada di desa. Selain itu akses terhadap pasar dapat memberikan pertumbuhan perekonomian.
Adanya pertumbuhan perekonomian bagi masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Masyarakat TNKS menghadapi masalah ketimpangan struktur penguasaan dan pemilikan tanah, serta ketidakpastian dalam penguasaan dan pemilikan lahan pertanian.
Kehidupan petani sangat dipengaruhi oleh aspek penguasaan tanah dan kemampuan memobilisasi anggota keluarganya untuk bekerja di atas tanah pertanian. Masalah utama
yang dihadapi masyarakat adalah terbatasnya akses masyarakat terhadap sumber daya alam TNKS, baik sebagai sumber mata pencaharian maupun sebagai penunjang kehidupan
sehari-hari. Peningkatan jumlah penduduk miskin juga terjadi dengan menyempitnya kepemilikan lahan dan hilangnya sumber mata pencaharian masyarakat sebagai akibat
pembatasan akses terhadap SDA TNKS terutama kayu hutan.
5.2.1.10. Kondisi Kesehatan
Kondisi kesehatan masyarakat merupakan salah satu faktor bagi keberhasilan pembangunan bangsa, karena aspek kesehatan sangat berpengaruh terhadap kualitas
sumber daya manusia sebagai pelaku pembangunan. Kondisi dan pelayanan kesehatan penduduk disekitar Taman Nasional Kerinci Seblat masih sangat rendah. Berdasarkan
nilai mean score kondisi kesehatan masyarakat di kawasan TNKS sebesar 1,092 dan nilai ini terendah bersama-sama dengan faktor pendapatan dari seluruh faktor, nilai ini
mengindikasikan bahwa kondisi kesehatan masyarakat merupakan faktor yang berpengaruh terhadap ketidakberdayaan masyarakat.
Masyarakat di kawasan TNKS juga menghadapi masalah keterbatasan akses layanan kesehatan dan rendahnya status kesehatan yang berdampak pada rendahnya daya tahan
mereka untuk bekerja dan mencari nafkah, terbatasnya kemampuan anak dari keluarga untuk tumbuh dan berkembang, dan rendahnya derajat kesehatan ibu. Penyebab utama
dari rendahnya derajat kesehatan masyarakat TNKS selain ketidak cukupan pangan adalah keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan dasar, rendahnya mutu layanan kesehatan
dasar, kurangnya pemahaman terhadap perilaku hidup sehat, dan kurangnya layanan kesehatan reproduksi. Hal tersebut menunjukkan bahwa akses masyarkat TNKS terhadap
layanan kesehatan yang memadai, memang masih sangat terbatas dan masih terjadi keterlambatan pemberian layanan kesehatan.
Tabel 41. Skor Indikator dari Faktor Kesehatan
Kode Indikator
Score B14
Tingkat keikutsertaan imunisasi bagi Balita 2.371
B10 Gangguan terhadap pekerjaan atau kegiatan sehari-hari akibat
sakit 1.471
B7 Pemahaman terhadap pentingnya kecukupan gizi anak
1.381 B1
Pemahaman terhadap perilaku hidup sehat 1.339
B5 Kematian Ibu dan anak dalam persalinan
1.291 B11
Pemahaman terhadap sanitasi lingkungan 1.135
B3 Kemudahan mengakses pelayanan kesehatan
1.075 B9
Frekwensi rawat inap dalam 3 bulan terakhir 1.062
B6 Pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada
0.943 B2
Tingkat pemahaman terhadap pentingnya kesehatan reproduksi 0.931
B4 Sistem perawatan kesehatan
0.902 B8
Frekuensi berobat jalan dlm 3 bulan terakhir 0.831
B13 Biaya pengobatan
0.433 Skor rata-rata
1.092 Pemenuhan kebutuhan pangan yang layak dan memenuhi persyaratan gizi masih
menjadi masalah bagi masyarakat. Terbatasnya kecukupan dan kelayakan mutu pangan berkaitan dengan rendahnya daya beli, ketersediaan pangan yang tidak merata,
ketergantungan tinggi terhadap beras dan terbatasnya diversifikasi pangan. Kurang terpenuhinya gizi dari masyarakat tercermin dari kasus-kasus gizi buruk yang terjadi
diperdesaan yang disebabkan oleh rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai kecukupan gizi.
Selain itu, di daerah ini juga masih terdapat kasus berbagai penyakit seperti ISPA, Diare, dan lain-lain. Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap berbagai jenis penyakit
serta kurangnya informasi terhadap adanya layanan kesehatan yang tersedia menyebabkan berjangkitnya berbagai jenis penyakit. Selain itu, keluhan utama masyarakat adalah
mahalnya biaya pengobatan dan perawatan serta jarak yang jauh dari fasilitas kesehatan. Hal ini disebabkan oleh jauhnya tempat pelayanan kesehatan dan rendahnya pemanfaatan
jaminan kesehatan. Masyarakat sekitar TNKS yang mempunyai Kartu Sehat hanya sekitar 15 persen, itu pun digunakan hanya bila penduduk memerlukan rawat inap di Rumah
Sakit. Penyebab utama rendahnya pemanfaatan tersebut adalah ketidaktahuan tentang proses pembuatan KS dan kurang jelasnya pelayanan terhadap pemegang KS.
Berdasarkan kondisi di atas, hampir semua fasilitas pelayanan kesehatan di daerah ini harus ditingkatkan, mulai dari jumlah tenaga medis dan paramedis, selain obat-obatan
dan alat kesehatan. Sedangkan untuk peningkatan partisipasi masyarakat dalam hal
perbaikan kesehatan perlu dilakukan penyuluhan kesehatan dan pendidikan kader kesehatan pada desa-desa dikawasan TNKS. Rendahnya tingkat kesehatan juga
merupakan tantangan yang harus diatasi dalam pemberdayaan masyarakat, sebab tingkat kesehatan yang rendah mengakibatkan rendahnya potensi sumberdaya manusia yang
ditandai dengan rendahnya kinerja, produktivitas, dan mobilitas sehingga masyarakat menjadi kurang mampu berpartisipasi dalam berbagai proses pembangunan.
5.2.1.11. Tingkat Pendidikan
Berdasarkan hasil pengolahan data pada analisis faktor didapatkan bahwa nilai mean score untuk faktor tingkat pendidikan adalah sangat rendah, yaitu sebesar 1,23.
Berdasarkan skala likert, skore ini tergolong sangat rendah. Dari hasil amatan didapatkan bahwa kondisi pendidikan masyarakat khususnya responden memang belum memadai,
mayoritas KK rumah tangga miskin mempunyai pendidikan tidak tamat SD atau tidak pernah mendapatkan pendidikan. Memperhatikan jumlah penduduk usia dibawah 15 tahun
yang seharusnya wajib mengikuti pendidikan dasar TK, SD dan SLTP kenyataannya hampir separuh penduduk usia sekolah wajib belajar 9 tahun tidak mengikuti pendidikan
dasar tersebut, dilain pihak rasio antara guru dengan murid untuk proses belajar mengajar memang masih sangat terbatas.
Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah tidak hanya dimiliki oleh Kepala
Keluarga masyarakat TNKS, namun juga secara keseluruhan masih sangat rendah. Hal ini disebabkan keterbatasan akses terhadap fasilitas pendidikan formal dan nonformal,
fasilitas pendidikan yang kurang mendukung, jarak antara tempat tinggal dengan fasilitas pendidikan yang relatif jauh, serta kurangnya kesadaran masyarakat akan manfaat dan
pentingnya pendidikan, tingginya biaya pendidikan, terbatasnya jumlah dan mutu prasarana dan sarana pendidikan, terbatasnya jumlah dan guru bermutu, terbatasnya
jumlah sekolah yang layak untuk proses belajar-mengajar, serta terbatasnya jumlah, sebaran dan mutu kegiatan kesetaraan pendidikan dasar melalui pendidikan nonformal.
Gambar 23. Tingkat Pendidikan Masyarakat
Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat TNKS berkaitan dengan kondisi perekonomian masyarakat yang sebagian besar bekerja sebagai petani dengan pendapatan
yang sangat rendah, sehingga masyarakat desa cenderung lebih fokus dalam hal cara memenuhi kebutuhan hidup dibandingkan melanjutkan tingkat pendidikan. Tingkat
pendidikan masyarakat ini selanjutnya dapat dijadikan indikator kualitas sumberdaya manusia di desa sekitar TNKS atau lebih spesifik lagi bahwa tingkat keberdayaan
masyarakat di kawasan ini. Kondisi pendidikan masyarakat sekitar TNKS menunjukkan indikator yang masih terlalu jauh dari yang diharapkan, terutama dalam rangka partisipasi
masyarakat bagi kepentingan pembangunan daerah. Kualitas pendidikan penduduk yang demikian berimplikasi kepada beratnya tantangan yang akan dihadapi sehubungan dengan
rencana pemberdayaan masyarakat TNKS.
5.2.1.12. Kerawanan terhadap bencana
Dengan karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis dan geografis yang dimiliki kawasan TNKS, maka dapat dikategorikan sebagai daerah yang rawan terhadap
bencana alam.
Tabel 40. Skor Indikator dari Faktor Kerawanan Bencana
Kode Indikator
Score J15
klimatologis dan geografis yang dimiliki kawasan TNKS
1.472
J2 Perbedaan Debit air sungai dimusim hujan dan musim kemarau
1.314
J5 Pengetahuan masyarakat tentang Fungsi penetapan hutan dan
ekosistem TNKS
1.284
J12 Potensi Illegal mining
1.214
J1 Pelaksanaan sistem pertanian ramah lingkungan
1.213
J14 Karakteristik hidrologis, mempunyai curah hujan tinggi
1.213
J16 Pemahaman Fungsi hutan dan ekosistemnya
1.212
J3 Potensi kekeringan dimusim kemarau
1.113
J18 Kerusakan Ekosistem Sungai
1.006
J6 Potesi kerusakan ekosistem hutan
1.063
J9 Alih fungsi lahan dari hutan ke non hutan
1.051
J10 Terjadinya Banjir bandang
1.012
J17 Keterlibatan masyarakat dalam illegal logging
1.003
J4 Penebangan hutan dan pembangunan yang tak terencana di
TNKS
1.002
J8 Keterlibatan masyarakat dalam KKD ICDP
1.002
J7 Karakteristik geologis yang rapuh
0.979
J13 Tingginya sedimentasi di sungai
0.987
J11 Terjadi Perambahan Hutan, peladang berpindah
0.941
Skor rata-rata
1.116
Kerusakan lingkungan biotis seperti penurunan sumberdaya hayati florafauna illegal logging, kerusakan ekosistem hutan, ekosistem sungai, kerusakan sumberdaya alam
oleh exploitasi berlebihan, illegal mining dan perambahan hutan, maka dapat diprediksikan daerah ini menjadi potensi bencana alam, longsor, erosi, kekeringan dan
banjir. Banjir bandang sudah sering terjadi selama ini disebabkan oleh adanya kerusakan hutan yang parah yaitu dipicu oleh adanya perubahan alih fungsi lahan secara cepat, dari
hutan menjadi non hutan dan pengambilan kayu. Skor indicator kerawanan terhadp bencana dapat dilihat pada Tabel 40.
5.2.1.13. Konflik Sosial dan Lingkungan
Nilai mean score sebesar 1,017 pada Tabel 41 menunjukan bahwa kondisi konflik yang terjadi di masyarakat TNKS sangat tinggi, khususnya konflik lahan,
dimana sebagian besar perkebunan yang diusahakan masyarakat merupakan lahan TNKS. Secara tidak langsung, konflik yang terjadi di masyarakat juga dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan yang masih rendah dan kondisi masyarakat yang belum sejahtera.
Rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan pola pikir masyarakat yang belum terbuka, belum bisa menerima masukan yang bersifat pembaharuan dari
luar serta masih mementingkan yang juga sering terjadi kepentingan pribadi untuk memenuhi kebutuhan.
Pada umumnya masyarakat setempat telah hidup sejak sebelum daerah tersebut ditetapkan sebagai kawasan konservasi. Mereka telah turun temurun
menjalankan kehidupan tradisional mereka yang dicirikan dengan eratnya hubungan mereka dengan alam sekitar. Namun tidak jarang terjadi bahwa
masyarakat yang sebenarnya pendatang di daerah tersebut sengaja menerobos ke dalam kawasan untuk mengambil hasil hutan atau membuka kebun karena alasan-
alasan ekonomis yang mendesak. Selain itu, diketahui cukup banyak kasus di mana para perambah adalah orang-orang yang dibayar oleh pemilik-pemilik modal
di kota untuk membuka kebun-kebun baru dalam kawasan. Masyarakat di sekitar hutan atau kawasan konservasi pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
berpendidikan rendah, tidak banyak berhubungan dengan dunia luar, sistem pertanian yang sederhana dan belum mengembangkan perilaku petani produsen
yang berorientasi ke pasar.
Tabel 41. Skor Indikator dari Konflik Sosial dan Lingkungan
Kode Indikator
Score
H2 Konflik antar warga masalah lahan pertanian
2.163 H26
Keamanan lingkungan 2.161
H5 Kekuatan ikatan Kekerabatan antar warga
2.084 H1
Kondisi keamanan dan kenyaman di desa 2.049
H6 Perubahan sistem kekerabatan
2.018 H7
Perebutan lahan usaha tani sesama warga 1.075
H3 Konflik dapat menghambat kemajuan desa
1.013 H23
Kesadaran dan pemahaman tentang flora dan fauna 0.991
H11 Pemahaman terhadap aturan konservasi
0.928 H9
Kesadaran terhadap pentingnya lingkungan 0.891
H4 Konflik warga dengan taman nasional
0.841 H16
Potensi kerugian akibat rusaknya ekosistem hutan 0.805
H25 Aktifitas pembakaran lahan dan penebangan liar
0.803 H14
Kepedulian Tata Batas Wilayah TNKS 0.801
H21 Perusakan habitat dan perburuan hewan mangsa
0.799 H22
Latar belakang merambah hutan karena ekonomi 0.763
H10 Konflik kepentingan antara masyarakat dan kawasan
TNKS 0.753
H24 Pemahaman maksud dan tujuan Penetapan Taman
Nasional 0.709
H18 Konflik manusia dengan fauna langka
0.703 H12
Frekwensi masuk ke dalam kawasan 0.692
H8 Konflik horisontal akan merugikan sesamamengganggu
aktifitas 0.681
H17 Potensi bencana alam dan bencana sosial,
0.662 H19
Kegiatan pertanian yang mengalihfungsikan lahan hutan TNKS
0.602 H15
Melakukan illegal logging dan perburuan liar demi ekonomi
0.507 H13
Alasan merambah kawasan adalah ekonomi 0.492
H20 Hilangnya habitat hutan akibat pembabatan liar
0.465
Skor rata-rata 1.017
Konflik di masyarakat adalah konflik sesama warga desa. Walaupun demikian kekuatan kekerabatan antar warga masih cukup tinggi hal ini
dikarenakan masyarakat desa masih memiliki nilai-nilai dan hubungan sosial yang cukup baik. Kondisi ini sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan
konflik agar tidak menjadi lebih besar. Dengan tingkat pengetahuan yang rendah, pendidikan yang rendah,
penguasaan ketrampilan dan teknologi yang rendah serta akses pasar yang minim pada umumnya mereka adalah masyarakat yang miskin. Konflik kepentingan
Kedua belah pihak merasa memiliki alasan yang kuat untuk mempertahankan kepentingannya di kawasan tersebut. Pendekatan penegakan hukum untuk
melindungi kawasan konservasi dari masyarakat yang hidup di sekitarnya sulit mencapai keberhasilan. Sebaliknya, membiarkan masyarakat untuk terus memanen
hasil alam secara tidak terkendali dari kawasan TNKS akan secara langsung berkibat buruk bagi kelestarian kawasan dan keanekaragaman hayati di dalamnya.
Beberapa ancaman dan gangguan dapat merusak hutan dan ekosistem dalam kawasan TNKS. Gangguan tersebut adalah perambahan, illegal logging,
perburuan liar, rencana pembangunan jalan melintasi kawasan dan pertambangan illegal Fandelli, 2002. Menyusutnya populasi ekosistem hutan dapat
menimbulkan kerugian besar bagi manusia, bahkan dapat menimbulkan bencana alam dan bencana sosial, seperti banjir, tanah longsor, kelaparan dan konflik
manusia dengan fauna. Sebagai akibat menyusutnya populasi harimau Sumatera berdampak pada
tidak terkendalinya populasi babi hutan sehingga berdampak mewabahnya hama babi yang merusak perkebunan masyarakat. Pada hakekat rantai makanan, harimau
Sumatera berfungsi sebagai satwa pengendali pupulasi babi hutan. Harimau merupakan satwa pemangsa atau pemakan daging carnivora. Demikian juga
sebaliknya, kalau populasi babi hutan punah maka satwa pemangsa seperti harimau Sumatera akan kekurangan mangsa. Seperti yang terjadi di beberapa
daerah di wilayah Sumatra, harimau Sumatera memangsa hewan ternak milik masyarakat sehingga terjadilah konflik antar fauna dan manusia.
Kegiatan pertanian yang mengalihfungsikan lahan hutan dapat juga menjadi penyebab kerusakan habitat dan kepunahan jenis flora dan fauna yang telah
disebutkan di atas. Hal ini sejalan dengan Nyhus dan Tilson 2004 dalam Dinata dan Sugardjito 2008 yang menyatakan bahwa alih fungsi kawasan hutan secara
besar-besaran menyebabkan hilangnya habitat hutan atau terpotongnya blok kawasan hutan yang luas menjadi bagian-bagian kecil yang terpisah-pisah.
Kompetisi ruang dan sumber pakan antara manusia dan harimau telah mendorong masyarakat untuk memusuhi dan membunuh satwa ini. Perusakan habitat dan
perburuan hewan telah diketahui sebagai faktor utama yang menyebabkan turunnya jumlah harimau secara dramatis di TNKS. Sementara itu, dijabarkan pula
bahwa pada pertemuan population and habitat viability assessment PHVA tahun
1992 di kota Padang, dinyatakan bahwa hanya tersisa 400 ekor harimau sumatra yang bertahan hidup di lima kawasan konservasi besar di Sumatera. Seratus
individu lainnya diperkirakan hidup di hutan-hutan di luar kawasan konservasi Dinata dan Sugardjito, 2008; Seal et al., 1994.
Hubungan antar faktor
Masing-masing faktor internal saling mempengaruhi satu sama lain dan memiliki hubungan karakteristik yang berbeda-beda. Hubungan kedekatan
masing-masing faktor internal dapat dilihat dari analisis biplot yang ditunjukkan oleh Gambar 24 berikut:
Gambar 24. Plot Nilai Loading Masing-Masing Faktor
Berdasarkan Gambar 24 dapat dilihat bahwa keragaman yang diterangkan oleh sumbu utama 1 sebesar 49.33 dan sumbu utama 2 sebesar 10.36, sehingga
secara keseluruhan keragaman yang dapat diterangkan oleh kedua sumbu tersebut sebesar 59.69. Plot loading faktor di atas menunjukan hubungan kedekatan antar
faktor. Faktor I1, I3, I6, I7, I8, I9 dan I13 memiliki hubungan yang cukup dekat, karena masih terletak dalam satu kuadran dan sudut yang di bentuk antar faktor
sempit. Kemudian semakin panjang garis menunjukan bahwa semakin beragam kondisi dari faktor tersebut. Sedangkan faktor I2, I4, I5, I10, I11 dan I12 terletak di
kuadran lainnya dan memiliki hubungan yang cukup dekat.
Dalam penelitian ini hipotesis awal ada 10 variabel yang menjadi faktor eksternal yang berpengaruh terhadap ketidakberdayaan masyarakat TNKS. Nilai
mean score masing-masing faktor eksternal dapat dilihat pada Gambar 30 dibawah ini:
Gambar 25. Histogram Mean Score Masing-masing Faktor Eksternal Terlihat dari histogram di atas, bahwa seluruh faktor-faktor eksternal
mempunyai mean score sangat rendah, bahkan beberapa faktor mempunyai mean score sangat-sangat rendah, yakni dibawah angka 1. Hal ini dapat dikatakan bahwa
faktor-faktor eksternal sangat berpengaruh terhadap ketidakberdayaan masyarakat, artinya berbagai fungsi-fungsi pemerintahan belum berjalan sebagaimana
mestinya.
5.2.2.1. Rendahnya Dukungan Peraturan Perundangan
Untuk melindungi suatu kawasan perlindungan, pemerintah Republik Indonesia telah mengeluarkan beberapa payung hukum diantaranya melalui
Undang-Undang nomor 5 tahun 1990, Keputusan Presiden nomor 32 tahun 1990 serta Peraturan Pemerintah nomor 68 tahun 1998. Pada payung hukum tersebut
dijelaskan bahwa pembentukan suatu kawasan perlindungan di Indonesia dapat berupa sebuah taman nasional. Taman nasional merupakan kawasan pelestarian
alam yang memiliki ciri khas dan berfungsi sebagai pelindung ekosistem yang akan dapat menyangga sistem kehidupan. Taman nasional dikelola dengan sistem
zonasi yang ditujukan untuk rekreasi, pendidikan dan penelitian. Namun tujuan
pembentukan kawasan belum dapat sepenuhnya diterapkan diberbagai kawasan Taman Nasional. Demikian juga berbagai perangkat peraturan perundang-
undangan yang sudah dibuat dan diundangkan, namun implementasi dilapangan belum dilaksanakan.
Tabel 42. Skor Indikator Faktor Dukungan Peraturan Perundangan
Kode Indikator
Nilai S13
Penerapan amanat Undang-Undang Dasar 45, pasal 33 0.915
S11 Penerapan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan 1.032
S5 Penerapan Undang-Undang No 5 1990 tentang Konservasi SDA
Hayati dan Ekosistemnya 1.061
S14 Penerapan Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup 1.116
S3 Penerapan terhadap larangan membakar hutan dan sanksinya
1.106 S1
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
1.134 S12
Pemahaman terhadap peruntukan kawasan TNKS 1.023
S4 Penerapan terhadap larangan penebangan hutan secara liar
1.089 S7
Pemahaman terhadap UU Peraturan tentang Kawasan konservasi
0.817 S2
Pelaksanaan Peraturan tentang Pemberdayaan Masyarakat dikawasan hutan
1.051 S10
Pemahaman terhadap sanksi jika menduduki hutan lindungkawasan konservasi
1.106 S8
Sosialisasi tentang Batas Desa dan Batas TNKS kepada masyarakat
1.012 S9
Penetapan dan Penegasan serta pematokan fisik batas Desa dan TNKS
1.079 S6
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan
1.045 Skor rata-rata
1.042
Nilai mean score pada Tabel 42 sebesar 1,042 menunjukan rendahnya dukungan peraturan perundang-undangan terhadap pengembangan kawasan
konservasi termasuk masyarakat yang ada di dalamnya. Selain itu juga, pemahaman terhadap berbagai aturan perundang-undangan masih sangat rendah,
hal ini dapat di lihat dari rendahnya pengetahuan masyarakat tentang adanya undang-undang konservasi, adanya larangan membakar hutan, adanya UU
kehutanan, larangan eksploitasi hutan dan adanya sanksi jika melanggar. Sehingga menyebabkan ketidakberdayaan masyarakat TNKS.
Rendahnya pemahaman masyarakat yang menempati wilayah Taman Nasional terhadap birokrasi dan peraturan yang ada merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan sering terjadinya masalah di dalam Taman Nasional. Masalah yang sering timbul antara lain perusakan hutan yang digunakan untuk lahan
melakukan pembakaran hutan untuk membuka lahan pertanian baru. Hal ini dapat dilihat dari masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang adanya undang-
undang konservasi, adanya larangan membakar hutan, dan adanya UU kehutanan.
5.2.1.2. Rendahnya Keberpihakan Pemerintah
Pemerintah merupakan wakil dari masyarakat yang bertugas untuk mengayomi serta mendukung masyarakat dalam berbagai bidang pembangunan.
Dalam penelitian ini keberpihakan dari suatu pemerintah adalah salah satu hal terpenting bagi masyarakat dalam menyusun pembangunan di dalam masyarakat
TNKS. Nilai mean score sebesar 1,294 pada Tabel 43 menunjukkan bahwa keberpihakan dari pemerintahan masih sangat rendah. Dengan demikian akan
berpengaruh kepada berbagai aspek kehidupan. Tabel 43. Skor Indikator Faktor Keberpihakan Pemerintah
Kode Indikator
Nilai P21
Peningkatan Peran Masyarakat dalam Pelestarian Lingkungan
1.213 P9
Porsi kegiatan pembangunan di kawasan 1.214
P6 Dampak kebijakan pemerintah terhadap masyarakat
1.193 P13
Fasilitasi pemberdayaan masyarakat pada kawasan SDA strategis
1.162 P17
Perbaikan lingkungan pemukiman keluarga miskin. 1.121
P16 Pengembangan
prasarana perdesaan
berbasis masyarakat.
1.471 P1
Bantuan pemerintah terhadap adanya bencana 1.504
P12 Fasilitasi pemberdayaan sosial ekonomi
1.463 P18
Peningkatan pelayanan prasarana dan sarana dasar pemukiman
0.845 P3
Kemudahan mendapatkan pelayanan birokrasi 1.106
P19 Fasilitasi Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
1.174 P8
Bantuan sosial kesejahteraan yang didapatkan 1.701
P20 Memperkuat jaringan pelayanan kesehatan dasar
1.653 P2
Kondisi sarana perhubungan tiga tahun terakhir 1.144
P10 Pemberian jaminan sosial Askeskin, Pendidikan, KTP,
Sertifikat,dll 2.103
P4 Penyediaan sarana prasarana pelayanan sosial
1.153 P14
Perlindungan hak-hak
adat atau
ulayat dalam
pengelolaan SDA 1.016
P11 Fasilitasi masyarakat dalam pendayagunaan SDA
1.342 P15
Fasilitasi Pemerintah Daerah dalam mendorong peran masyarakat
1.015 Skor rata-rata
1.294
Rendahnya Keberpihakan pemerintah terhadap masyarakat miskin dapat dilihat dari rendahnya tingkat penyediaan sarana prasarana pelayanan sosial,
bantuan sosial, pemberdayaan sosial ekonomi, pemberian jaminan ekonomi dan sosial dan peningkatan kualitas manajemen kelembagaan sosial masyarakat.
5.2.1.3. Rendahnya Dukungan Politik dan pengalaman dalam politik
Nilai mean score sebesar 1,059 pada Tabel 44 menunjukkan dukungan dan pengalaman politik masyarakat TNKS masih sangat rendah, hal ini dapat dilihat
dari sangat terbatasnya masyarakat yang ikut serta dalam organisasi politik serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh organisasi politik seperti kampanye.
Dukungan politik ini sangat diperlukan dalam proses pemberdayaan dan pengalaman politik yang dimiliki masyarakat akan sangat berpengaruh baik dalam
proses pemberdayaan masyarakat. Tabel 44. Skor Indikator Dukungan Politik dan Pengalaman Politik Masyarakat
Kode Indikator
Score M5
Keikutsertaan dalam pemilu, pilkada, pemilihan kades 2.709
M6 Intervensi pihak-pihak tertentu terhadap pilihan dalam pemilu
1.025 M19
Penguatan dan peningkatan kinerja DPD 1.205
M18 Peran politik dalam penataan Keuangan dan Asset Desa
1.017 M14
Kontribusi politik dalam pemberdayaan masyarakat 1.052
M13 Fasilitasi Politik dalam menunjang Kemandirian masyarakat
1.108 M3
Keikutsertaan dalam kampaye-kampaye 0.758
M16 Fasilitasi parpol dalam Pemberdayaan Pemerintahan Desa
1.019 M11
Kesempatan menjadi pengurus dalam organisasi politik 0.596
M9 Minat terhadap organisasi politik
0.681 M12
Frekwensi legislatif datang ke kawasandesa 1.086
M15 Peran Parpol dalam mendorong pengelolaan SDA secara
bijaksana 0.541
M10 Pengaruh keikutsertaan dalam rapat-rapat organisasi
1.095 M7
Keikutsertaan dalam negosiasi untuk memutuskan sesuatu 1.185
M17 Fasilitasi pengembangan sumber-sumber keuangan desa
1.245 M4
Pendapat sering di dengar 0.836
M2 Akses terhadap Organisasi politik
1.024 M1
Peluang untuk terlibat dalam organisasi politik di desa dan di luar desa
1.081 M8
Keikutsertaan dalam rapat-rapat desa 0.853
Skor rata-rata 1.059
Rendahnya keterlibatan Politik anggota masyarakat dapat dilihat dari berbagai aktifitas politik dan daya tawar masyarakat yang masih sangat rendah,.
Rendahnya posisi tawar masyarakat karena mereka tidak terlibat dalam berbagai kegiatan seperti dalam kampaye, organisasi politik di desa dan di luar desa serta
ketidakikutsertaan masyarakat dalam negosiasi untuk memutuskan sesuatu kebijakan. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan masyarakat di kawasan TNKS
yang berkaitan dengan keikutsertaan mereka dalam kegiatan kampanye dan
sangat rendah, serta keikutsertaan mereka dalam negosiasi untuk memutuskan sesuatu tergolong masih kurang. Demikian juga dukungan secara politik yang
dilakukan oleh perwakilan masyarakat, belum dapat dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan atau proses pemberdayaan masyarakat, karena masih sangat
rendah.
5.2.1.4. Rendahnya Dukungan Lembaga Keuangan
Tabel 45 menggambarkan hampir semua indikator mempunyai score yang sangat rendah, yaitu sebesar 0,669 pada. Hal ini menunjukan hampir tidak adanya
bantuan keuangan dari lembaga keuangan baik swasta maupun Pemerintah, seperti akses perbankan yang tidak ada, kepercayaan terhadap lembaga keuangan yang
sangat rendah, kurangnya bantuan dana dari pemerintah, kurangnya sarana prasarana produksi, kurangnya akses terhadap bantuan pemerintah dan jarang
sekali masyarakat TNKS terpilih sebagai sasaran dalam program-program pemerintah. Oleh karena itu kurangnya bantuan keuangan dari lembaga keuangan
atau pemerintah yang menyebabkan ketidakberdayaan masyarakat TNKS. Masyarakat juga mempunyai akses yang terbatas untuk memulai dan
mengembangkan koperasi dan usaha, mikro, dan kecil KUMK. Permasalahan yang dihadapi antara lain adalah sulitnya mengakses modal dengan suku bunga
rendah, hambatan untuk memperoleh izin usaha, kurangnya perlindungan dari kegiatan usaha, rendahnya kapasitas kewirausahaan dan terbatasnya akses terhadap
informasi, pasar, bahan baku, serta sulitnya memanfaatkan bantuan teknis dan teknologi.
Ketersediaan modal dengan tingkat suku bunga pasar masih sulit diakses oleh pengusaha kecil dan mikro, apalagi oleh masyarakat miskin. Permasalahan
lainnya adalah tidak adanya lembaga resmi yang dapat memberi modal dengan persyaratan yang dapat dipenuhi oleh kapasitas masyarakat. Masyarakat juga
menghadapi masalah lemahnya perlindungan terhadap aset usaha dan hasil produksi. Usaha koperasi juga sering menghadapi kesulitan untuk menjadi badan
hukum karena persyaratan yang sangat rumit, seperti batas modal, anggota, dan kegiatan usaha.
Tabel 45 Skor Indikator dari Faktor Dukungan Lembaga Keuangan Kode
Indikator Score
N10 Fasilitasi pembentukan Lembaga Keuangan Mikro Perdesaan
0.701 N9
Penguatan jaringan kemitraan antara lembaga keuangan mikro dengan perbankan.
0.592 N11
Fasilitasi pengembangan kemandirian masyarakat dalam pengelolaan keuangan
0.821 N7
Ketersediaan lembaga keuangan di desa 1.026
N8 Bimbingan Administrasi di lembaga keuangan desa
0.361 N12
Peningkatan dan pengembangan kemampuan pengelola keuangan desa
0.552 N4
Kredit-kredit yang disalurkan ke masyarakat 1.106
N14 Kecocokan Jenis kredit atau pinjaman yang diberikan dengan
usaha 0.779
N2 Manfaat adanya lembaga keuangan di desa bagi kehidupan
0.811 N6
Bunga pinjaman yang diberikan 0.345
N13 Akses modal usaha pengembangan kegiatan ekonomi mikro dan
usaha kecil 0.672
N1 Akses terhadap lembaga keuangan
0.839 N5
Kepercayaan perbankanlembaga keuangan lainnya kepada masyarakat
0.478 N3
Akses masyarakat terhadap perbankanlembaga keuangan lain 0.285
Skor rata-rata 0.669
Lembaga keuangan merupakan salah satu kunci perekonomian suatu masyarakat. Suatu lembaga keuanganperbankan dapat berkembang juga karena
masyarakat. Jika antara masyarakat dan perbankan saling mendukung maka akan sangat membantu tumbuhnya perekonomian di Masyarakat TNKS. Beberapa
bentuk dukungan kelembagaan perbankan yang di terapakan pada masyarakat antara lain investasi pada lembaga perbankan yang mampu mengembangkan
modal masyarakat menjadi lebih bermanfaat, kemudahan akses administrasi terhadap perbankan, adanya kepercayaan dari pihak perbankan untuk
meminjamkan sejumlah modal kepada masyarakat TNKS. Kurangnya lembaga perekonomian yang dapat mendukung usaha
masyarakat berpengaruh terhadap sulitnya masyarakat dalam mendapatkan bantuan modal usaha. Peran lembaga perekonomian sangat diperlukan untuk
membantu masyarakat menciptakan peluang usaha yang dapat memajukan taraf kesejahteraan.
5.2.1.5. Rendahnya Ketersediaan Pelatihan
– pelatihan
Nilai mean score sebesar 1,047 pada Tabel 46 menunjukan bahwa hampir tidak adanya pelatihan-pelatihan dari luar untuk masyarakat TNKS. Hal ini
rendahnya penguasaan terhadap ilmu dan teknologi pertanian, serta masyarakat jarang terpilih sebagai sasaran dalam program-program pelatihan. Sedikitnya
pelatihan-pelatihan dari
luar untuk
masyarakat TNKS
menyebabkan ketidakberdayaan masyarakat TNKS. Skor Indikator dari Faktor Pelatihan-
pelatihan dari Luar dapat dilihat pada Tabel 46. Tabel 46. Skor Indikator dari Faktor Ketersediaan Pelatihan
Kode Indikator
Nilai
O5 Penyuluhan tentang larangan perambahan hutan TNKS
1.268 O2
Frekuensi diikutsertakan dalam penyuluhan-penyuluhan 1.013
O8 Terpilih sebagai sasaran dalam program pelatihan-pelatihan
1.134 O9
Pemahaman terhadap materi pelatihan 1.209
O15 Identifikasi terhadap bentuk, jenis dan jenjang pelatihan
pemberdayaan 1.142
O4 Penyuluhan tentang agroforestry
1.062 O17
Pengembangan dan fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa
1.182 O11
Peningkatan keterampilan dalam pendayagunaan teknologi tepat guna.
1.023 O1
Jenis pelatihan yang ditawarkan 1.319
O10 Akses terhadap lokasi pelatihan
1.321 O3
Penguasaan terhadap ilmu dan teknologi pertanian 1.207
O16 Identifikasi kebutuhan pelatihan masyarakat Desa
1.132 O14
Bimbingan Teknis pengembangan desa 1.213
O12 Fasilitasi kerjasama pendayagunaan TTG bersama instansi terkait
dan kalangan LSM 1.162
O13 Pelatihan Kader Pemberdayaan Masyarakat
1.046 O19
Koordinasi Penyusunan Program Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa.
0.834 O18
Fasilitasi Pendataan, Pengolahan dan Pendayagunaan Profil Desa 1.203
O7 Manfaat dari pertemuan dengan PPL dan mengikuti pelatihan-
pelatihanpenyuluhan 1.386
O20 Pengembangan Pelatihan Tingkat Daerah
1.062 O6
Frekwensi pertemuan dengan Petugas Penyuluh Pertanian Lapangan PPL
1.014 Skor rata-rata
1.147
Masyarakat masih sangat terbatas dalam mengikuti berbagai kegiatan penyuluhan-penyuluhan, sehingga penguasaan terhadap ilmu dan teknologi
pertanian, serta masyarakat jarang terpilih sebagai sasaran dalam program-program pelatihan masih sangat rendah. Sedikitnya pelatihan-pelatihan dari luar untuk
masyarakat TNKS mampu mengurangi ketidakberdayaan masyarakat TNKS. Disamping pendidikan formal, bagi masyarakat diperlukan juga peningkatan
keterampilan bagi masyarakat disekitar Taman Nasional Kerinci Seblat TNKS melalui kursus-kursus keterampilan baik dibidang pertanian kaitannya dengan
meningkatkan ekonomi pertanian secara luas ataupun keterampilan berbagai keahliannya untuk dapat mendukung dan berpartisipasi didalam berbagai program
pembangunan daerah. Dengan meningkatnya keterampilan masyarakat berarti meningkat pula produktifitas sumberdaya manusia yang pada akhirnya akan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat itu sendiri.
5.2.1.6. Rendahnya Jaminan Ekonomi
Jaminan ekonomi merupakan salah satu faktor penting dalam mendukung lancarnya pembangunan pada masyarakat. Nilai Mean Score sebesar 0,592 pada
Tabel 47 menunjukkan hampir tidak adanya jaminan ekonomi yang di berikan kepada masyarakat TNKS. Hal ini perlu ada perhatian khusus dari pemerintah,
pemerintah daerah dan juga pihak swasta maupun masyarakat TNKS sendiri. Kurangnya lembaga perekonomian yang dapat mendukung usaha
masyarakat berpengaruh terhadap sulitnya masyarakat dalam mendapatkan bantuan modal usaha. Peran lembaga perekonomian sangat diperlukan untuk
membantu masyarakat menciptakan peluang usaha yang dapat memajukan taraf kesejahteraan. Kondisi ini sejalan dengan beberapa kajian bahwa salah satu
masalah yang dihadapi oleh masyarakat lemah adalah dalam hal akses untuk memperoleh modal. Kenyataan yang terjadi, kepada masyarakat lemah dan
pengusaha kecil, perlakukan atas ketiga hal tersebut juga diskriminatif. Dan atas perlakuan yang tidak adil itu, masyarakat tidak memiliki kekuatan tawar menawar
dengan pihak lembaga kuangan. Tabel 47. Skor Indikator dari Faktor Jaminan Ekonomi
Kode Indikator
Score T11
Bantuan pendampingan kepada keluarga kelompok masyarakat
0.521 T7
Bantuan pemerintah dalam hal pelatihan keterampilan usaha 0.501
T10 Bantuan prasarana dan sarana pengembangan usaha keluarga
miskin. 0.621
T12 Peningkatan keterampilan usaha ekonomi produktif
masyarakat miskin 0.562
T1 Bantuan keuangan dari Pemerintah dan manfaatnya
0.686 T6
Jaminan pembelian dari hasil pertanian 0.792
T16 Fasilitasi Pemerintah Daerah dalam Pengembangan Pasar Desa
1.108 T9
Bantuan modal usaha bagi keluarga miskin 0.362
T13 Identifikasi potensi dan sumber daya keluarga masyarakat
miskin 0.525
T20 Peningkatan keterampilan masyarakat dalam pengelolaan
Lumbung Desa 0.585
T17 Peningkatan keterampilan pengelola kelompok Usaha
Ekonomi Produktif 0.531
T19 Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan
Masyarakat. 0.625
T2 Jaminan kesalahan dari kebijakan yang diambil
0.247 T18
Pemberdayaan masyarakat dalam memperkuat cadangan pangan
0.832 T15
Fasilitasi peluang pemasaran bagi hasil usaha 0.521
T14 Pengembangan partisipasi dan keswadayaan masyarakat
miskin 0.584
T5 Peningkatan ketersediaan pangan wilayah berbasis pangan
lokal 0.592
T8 Peran swasta dalam hal peningkatan keterampilan SDM
0.563 T3
Manfaat kredit bagi usaha 0.684
T4 Kredit-kredit yang disalurkan kepada keluarga dan warga desa
0.389 Skor rata-rata
0.592
Penanganan kendala modal, kendala distribusi, dan kendala tanah tidak seluruhnya dapat dilakukan melalui pendekatan ekonomi semata. Karena banyak
dimensi-dimensi politik yang harus ditangani. Oleh sebab itu, pemberdayaan ekonomi masyarakat tidak dapat dilakukan tanpa pemberdayaan politik dan
kebijakan politik. Selain itu akses terhadap pasar dapat memberikan pertumbuhan
perekonomian. Adanya pertumbuhan perekonomian bagi masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat TNKS menghadapi
masalah ketimpangan struktur penguasaan dan pemilikan tanah, serta ketidakpastian dalam penguasaan dan pemilikan lahan pertanian. Kehidupan petani
sangat dipengaruhi oleh aspek penguasaan tanah dan kemampuan memobilisasi anggota keluarganya untuk bekerja di atas tanah pertanian. Masalah utama yang
dihadapi masyarakat adalah terbatasnya akses masyarakat terhadap sumber daya alam TNKS, baik sebagai sumber mata pencaharian maupun sebagai penunjang
kehidupan sehari-hari. Peningkatan jumlah penduduk miskin juga terjadi dengan menyempitnya kepemilikan lahan dan hilangnya sumber mata pencaharian
masyarakat sebagai akibat pembatasan akses terhadap SDA TNKS terutama kayu
hutan. Kurangnya lapangan pekerjaan serta banyaknya masyarakat yang bekerja
pada lapangan kerja yang kurang produktif berakibat pada rendahnya pendapatan sehingga mereka tergolong miskin. Masyarakat juga mempunyai akses yang
terbatas untuk memulai dan mengembangkan koperasi dan usaha, mikro, dan kecil KUMK. Permasalahan yang dihadapi antara lain adalah sulitnya mengakses
modal dengan tingkat suku bunga pasar oleh pengusaha kecil dan mikro, hambatan untuk memperoleh izin usaha, kurangnya perlindungan dari kegiatan usaha,
rendahnya kapasitas kewirausahaan dan terbatasnya akses terhadap informasi, pasar, bahan baku, serta sulitnya memanfaatkan bantuan teknis dan teknologi..
Permasalahan lainnya adalah tidak adanya lembaga resmi yang dapat memberi modal dengan persyaratan yang dapat dipenuhi oleh kapasitas masyarakat.
Masyarakat juga menghadapi masalah lemahnya perlindungan terhadap aset usaha dan hilangnya aset usaha akibat peraturan.
5.2.1.7. Implementasi Kebijakan dan kesesuaian dengan Kebutuhan Masyarakat Distorsi kebijakan
Nilai mean score sebesar 1,104 pada Tabel 48 menunjukan bahwa kurang sesuainya program-program atau kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah
dengan kondisi kebutuhan masyarakat TNKS. Sehingga menyebabkan ketidakberdayaan masyarakat TNKS. Ada beberapa bentuk implementasi
kebijakan dan keterkaitannya dengan kebetuhan lokal bantuan sarana prasarana produksi, kesesuaian antara kebutuhan dengan yang diprogramkan dari atas,
tingkat pemenuhan kebutuhan masyarakat desa, dll. Jika beberapa bentuk implementasi itu bisa di terapkan dengan baik maka masyarakat TNKS masih
memiliki peluang untuk menjadi masyarakat yang sejahtera. Tabel 48. Skor Indikator dari Faktor Implementasi Kebijakan dan
Kesesuaiannya dengan Kebutuhan Masyarakat
Kode Indikator
Nilai
P1 Kesesuaian program yang diberikan oleh Pemerintah Pemda
1.243 P2
Manfaat kebijakan terhadap pemberdayaan masyarakat 1.123
P9 Kesesuaian bentuk bentang alam kawasan TNKS dengan
keinginan warga 1.091
P3 Pemahaman masyarakat terhadap kebijakan
1.091 P5
Kesesuaian antara kebutuhan dengan yang diprogramkan 1.052
P8 Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam membangun Desa.
1.125 P12
Kesesuaian teknologi tepat guna dengan kebutuhan masyarakat
1.224 P4
kesenjangan antara kebijakan dan pelaksanaan; 0.623
P10 Peran serta masyarakat dalam penentuan kebijakan
1.107 P6
Benturan kebijaksanaan antara Pemerintah, Pemda dan Masyarakat
1.402 P7
Bantuan sarana prasarana produksi 1.072
P11 Kesesuaian pola Keswadayaan dan Kemandirian masyarakat
1.155 P13
Ketidak adilan yang didapatkan dalam menuntut hak-hak 1.033
P14 Hilangnya hak kepemilikan dan penguasaan lahan masyarakat
lokal 1.119
Skor rata-rata 1.104
5.2.1.8. Rendahnya Akses terhadap Informasi
Informasi merupakan suatu sarana penting untuk membuka wawasan dan pengetahuan tentang berbagai hal. Informasi merupakan kebutuhan wajib untuk
jaman sekarang, berkat informasi kita bisa tahu dan mengerti apa yang sebaiknya di lakukan jika suatu masalah terjadi. Nilai mean score sebesar 1,314 pada Tabel
49 menunjukan masih rendahnya akses masyarakat TNKS dalam menjangkau berbagai informasi dari luar wilayah TNKS, sehingga berpengaruh terhadap
ketidakberdayaan bagi masyarakat TNKS. Salah satu bentuk manfaat dengan adanya kemudahan akses informasi
untuk masyarakat TNKS adalah adanya ajakan dari wilayah untuk bekerja dan berkembang, fasilitas bagi masyarakat setempat untuk berkembang lebih baik dari
luar, akses masyarakat setempat terhadap sistem sosial di luar desa, kesempatan masyarakat setempat untuk mengikuti pendidikan atau pelatihan, dan kemudahan
masyarakat setempat dalam menjangkau fasilitas-fasilitas sosial diluar wilayah. Tabel 49. Skor Indikator Faktor Akses Informasi
Kode Indikator
Score
Q8 Informasi Kesempatan masyarakat setempat untuk mengikuti
diklat 1.692
Q1 Hambatan dari lingkungan di luar wilayah desa
1.201 Q14
Data dan informasi tentang masyarakat di dalam dan sekitar hutan
1.192 Q12
Pengembangan system informasi Pemberdayaan Masyarakat 0.953
Q4 Hambatan masyarakat luar desa terhadap keinginan
masyarakat 0.737
Q7 Akses terhadap sistem sosial di luar desa
1.628 Q9
Akses terhadap bantuan pemerintah 1.651
Q3 Sarana dan prasarana perhubungan untuk menuju wilayah
lain 1.458
Q13 Kesulitan dalam menjangkau fasilitas-fasilitas sosial diluar
wilayah 1.443
Q11 Fasilitasi pelayanan informasi dan penyediaan perangkat
TTG 1.414
Q10 Pengembangan informasi pasar bagi pemasaran produk
1.396 Q5
Fasilitas untuk berkembang lebih baik dari luar 1.289
Q6 Peluang atau ajakan dari wilayah lain untuk bekerja
1.245 Q2
Keadilan yang didapatkan dalam menuntu hak-haknya 1.092
Skor rata-rata 1.314
5.2.1.9. Pola Perencanaan Pembangunan
Pembangunan merupakan faktor kunci menjadi masyarakat yang maju. Pembangunan perlu di lakukan dalam berbagai bidang. Setiap pembangunan
memiliki skala prioritas untuk bidangnya. Tabel 50. Skor Indikator Faktor Pola Perencanaan Pembangunan
Kode Indikator
Score R12 Peran Pemerintah Daerah dalam pembangunan kawasan TNKS 1.511
R1 Proses perencanaan pembangunan desa melalui prosedur
Musrenbang 1.404
R2 Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Kegiatan
pembangunan 1.228
R14 Fasilitasi Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa 1.212
R15 Kompetensi dalam Proses Perencanaan dan Pembangunan Partisipatif.
1.011 R3
Partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan
0.975 R4
Pendapat masyarakat dalam perencanaan pembangunan 1.047
R13 Partisipasi Wanita dalam perencanaan dan pembangunan 0.801
R5 Budaya menghambat pembangunan
2.689 R11 Fasilitasi Pendayagunaan Pusat Pertumbuhan Terpadu Antar
Desa. 1.025
R6 Pemahaman masyarakat terhadap manfaat dan pentingnya
pembangunan 1.772
R10 Penetapan Tipologi Desa sesuai karakteristik dan potensi SDA desa
1.033 R16 Perencanaan pengembangan Kader Pemberdayaan Masyarakat
0.875 R7
Jika ada proyek pembangunan, apakah anda pernah dimintai pendapat
0.862 R8
Penyusunan Rencana Pembangunan berbasis kebutuhan Masyarakat.
0.912 R9
Peran masyarakat dalam penataan ruang kawasan perdesaan. 1.098
Skor rata-rata 1.216
5.2.1.10. Implikasi Program pelestarian TNKS Pembangunan
Masyarakat TNKS
Nilai mean score sebesar 0,871 pada Tabel 51 menunjukan sangat rendahnya implikasi program pembangunan yang selama ini dijalankan terhadap
kesejahetraan masyarakat. Masyarakat belum dapat menikmati manfaat pembangunan yang telah dilaksanakan selama ini, mengingat tingkat pemenuhan
kebutuhan masyarakat belum terlaksana, termasuk didalamnya masyarakat belum mendapat manfaat dari program kesehatan dan pendidikan gratis yang
dicanangkan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Selatan.
Tabel 51. Skor Indikator dari Faktor Implikasi Program Pembangunan Sebelumnya
Kode Indikator
Score S9
Tingkat Pemenuhan Kebutuhan masyarakat desa 1.105
S17 Manfaat program kesehatan bagi masyarakat
1.102 S7
Koordinasi dengan pihak dan instansi terkait 1.090
S1 Fasilitasi Pembangunan Kawasan Perdesaan Berbasis
Masyarakat 1.028
S4 Peningkatan Koordinasi Pembangunan desa tertinggal
1.032 S16
Pelaksanaan Sanksi penebangan pohon pelindung 1.021
S15 Sanksi aktivitas pertambangan di dalam kawasan TNKS
0.987 S15
Sanksi jika salah dalam penggunaan kawasan hutan 0.932
S6 Pengembalaan ternak di hutan dan perburuan liar
0.929 S5
Lahan yang dikelola masyarakat ditetapkan sebagai kawasan TNKS
0.923 S18
Gangguan Taman Nasional akibat kelalaian 0.881
S16 Kondisi sosial, ekonomi, dan budaya
0.838 S8
ekspansi lahan untuk pertanian lainnya 0.826
S14 Gangguan terhadap satwa liar dan ekosistemmnya
0.804 S13
Sanksi penggunaan alat-alat yang dapat merusak hutan 0.770
S11 Melakukan perusakan Taman Nasional dengan sengaja
0.675 S10
Melakukan gangguan keutuhan Suaka Alam yang dengan sengaja
0.635 S3
Sanksi jika merusakmemindahkan tanda batas 0.631
S12 Sanksi terjadinya kebakaran hutan karena kelalaian
0.620 S2
Terjadi gangguan dan tekanan dari masyarakat sekitar kawasan
0.587 Skor rata-rata
0.871 Pada sisi pengelolaan kawasan, koordinasi yang dilakukan juga belum
berjalan dengan baik, mulai dari Pemerintah Pusat dalam hal ini dilakukan oleh Balai TNKS, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten dan masyarakat
luas, hal ini dapat dilihat dari rendahnya koordinasi. Demikian juga berbagai pelanggaran dan konflik dengan TNKS masih
terus terjadi. Masyarakat masih belum memahami sepenuhnya akibat dari berbagai aktifitas yang mereka lakukan termasuk sanksi-sanksi yang harus mereka emban
jika melakukan pelanggaran seperti sanksi jika merusakmemindahkan tanda batas, Sanksi penebangan pohon pelindung, Sanksi jika salah dalam penggunaan
kawasan hutan, gangguan taman nasional akibat kelalaian, sanksi penggunaan alat- alat yang dapat merusak hutan, melakukan perusakan taman nasional dengan
sengaja, melakukan gangguan keutuhan suaka alam yang dilakukan dengan sengaja, sanksi terjadinya kebakaran hutan karena kelalaian, aturan pengembalaan
ternak di hutan, dll.
Keterkaitan Antar Faktor Eksternal:
Berdasarkan Gambar 26, dapat dilihat bahwa keragaman yang diterangkan oleh oleh sumbu utama 1 sebesar 59.10 dan sumbu utama 2 sebesar 9.33,
sehingga secara keseluruhan keragaman yang dapat diterangkan oleh kedua sumbu tersebut sebesar 68.43. Plot loading faktor di atas menunjukan hubungan
kedekatan antar faktor. Faktor E1, E4, E5,E7 ,E3, E8 dan E9 memiliki hubungan yang cukup
dekat, karena masih terletak dalam satu kuadran dan sudut yang di bentuk antar faktor sempit. Kemudian semakin panjang garis menunjukan bahwa semakin
beragam kondisi dari faktor tersebut. Kemudian faktor E2, E6 dan E10 terletak di kuadran lainnya dan memiliki hubungan yang cukup dekat.
Gambar 26. Plot Nilai loading masing-masing faktor eksternal Kelompok vektor peubah yang membentuk sudut yang cenderung lancip
adalah antara vektor E4 dukungan politik, E5 ketersediaan pelatihan, dan E7 pola perencanaan pembangunan, antara vektor E3 dukungan kelembagaan
perbankan, E8 akses informasi, dan E9 Jaminan Ekonomi, dan antara vektor E2 keberpihakan pemerintah dan E6 Implementasi kebijakan dan keterkaitanya
dengan kebutuhan lokal. Masing-masing kelompok vector indikator faktor eksternal tersebut memiliki hubungan yang positif dan korelasi yang tinggi.
Vektor indikator E4, E5, dan E7 menunjukkan hubungan yang sangat tinggi. ketiga indikator tersebut memiliki karakteristik yang hampir sama.
politik ternyata juga diikuti dengan rendahnya partisipasi masyarakat dalam mengikuti program pelatihanan dalam peningkatan kapasitas keterampilan
masyarakat. Sehingga menyebabkan rendahnya penguasaan terhadap ilmu dan teknologi, khususnya bidang pertanian, rendahnya keterampilan masyarakat
terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi juga berdampak terhadap rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam program perencanaan pembangunan daerah.
Vektor indikator E3, E8, dan E9 menunjukkan bahwa semakin pemerintah memberikan kemudahan dalam memberikan akses bantuan keuangan, baik dalam
hal administrasi dan bantuan bunga kredit, maka jaminan kesejahteraan masyarakat dalam perbaikan ekonomi akan dapat ditingkatkan. Peran serta
kelembagaan keuangan swasta sangat diharapkan untuk mempercepat pertumbuhan perkeonomian. Selain itu, akses sumberdaya informasi juga dapat
membantu masyarakat dalam kejelasan mendapatkan bantuan keuangan dari lembaga keuangan baik pemerintah maupun swasta. Vektor indikator E2 dan E6
menunjukkan hubungan yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, ketika pemerintah membuat suatu program dan kebijakan yang kurang sesuai dengan
kutuhan lokal masyarakat, terutama kebutuhan masyarakat terhadap ketersediaan sarana dan prasarana, masyarakat merasakan bahwa pemerintah kurang
memperhatikan kebutuhan mereka hingga muncul asumsi bahwa pemerintah tidak berpihak kepada masyarakat.
Vektor peubah yang membentuk sudut yang cenderung tumpul adalah vektor E2 keberpihakan pemerintah atau E6 Implementasi kebijakan dan
keterkaitannya dengan kebutuhan lokal dan E8 akses informasi. Indikator- indikator tersebut masih memiliki hubungan yang positif, tetapi memiliki korelasi
yang kecil. Panjang vektor dalam grafik Biplot menunjukkan besar atau kecilnya
keragaman nilai yang dimiliki oleh masing-masing peubah. Peubah yang memiliki tingkat keragaman yang kecil digambarkan dengan vektor yang pendek, sedangkan
peubah yang memiliki tingkat keragaman yang besar digambarkan dengan vektor yang panjang. Dari gambar, semua indikator memiliki tingkat keragaman yang
tinggi. Pada umumnya, posisi objek indikator faktor eksternal berdekatan satu sama lain, hal ini menunjukkan bahwa secara umum faktor ektsernal yang
mempengaruhi ketidakberdayaan masyarakat memiliki karakteristik yang sama.
Nilai indikator faktor-faktor eksternal yang rendah secara keseluruhan juga menunjukkan bahwa masyarakat di daerah penelitian masih kecilnya faktor-faktor
dari luar lingkunngan yang dapat mempengaruhi atau mengubah pola pikir dan kebiasaan masyarakat sehingga membuat tingkat kesejahteraan masyarakat
meningkat.
5.3. Perumusan Konsep Pemberdayaan Masyarakat